BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit jantung beberapa
tahun belakangan ini menjadi suatu penyakit yang sering diperbincangkan, baik
masyarakat awam hingga para ahli kesehatan. Hal ini terjadi akibat meningkatnya
kematian oleh penyakit jantung. Penyakit jantung sendiri tak semata-mata
memandang dari organ jantung tersebut, melainkan juga sistem sirkulasi darah
yang mengalir di dalam tubuh. Berdasarkan data dari SKRT ( Survey Kesehatan
Rumah Tangga )1995 dan surkesnas 2001 menyebutkan bahwa penyebab kematian nomer
satu di Indonesia adalah penyakit jantung dan sistem sirkulasi. Sindroma
Koroner Akut merupakan salah satu jenis dari penyakit jantung dan sistem
sirkulasi yang memiliki persentase tinggi sebagai penyebab kematian
Pembuluh darah coroner (Arteri
Coronaria) merupakan saluran pembuluh darah percabangan aorta yang membawa
darah mengandung O2 dan nutrisi yang dibutuhkan oleh miokard agar dapat
berfungsi dengan baik. Coroner Heart Disease (CHD) adalah salah satu akibat
utama arteriosklerosis atau pengerasan pembuluh darah nadi, yang dikenal
sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena
terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) pada dindingnya dan otot
jantung mengalami iskemia (kekurangan darah dan oksigen).
Penyakit kardovaskuler ini merupakan
penyebab kematian terbesar di Indonesia sehingga diperlukan strategi
penatalaksanaan dalam menegakkan diagnose Coronary Heart Disease (CHD) secara
optimal. Secara klinis Non-Elevasi Infark Miokard Akut sangat mirip dengan
Angina Pectoris tidak stabil yang disebabkan karena ketidakseimbangan antara
kebutuhan oksigen miokard dengan penyediaanya. Yang membedakan adalah adanya
enzyme petanda jantung yang positif dan terdiri dari infark miokard akut dengan
atau tanpa elevasi segmen ST serta angina pectoris yang tak stabil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari Non-ST Elevasi Miokardial Infark?
2. Apa
etiologi dari Non-ST Elevasi Miokardial Infark?
3. Bagaimana
patofisiologi atau proses perjalanan penyakit pada Non-ST Elevasi Miokardial
Infark?
4. Bagaimana
manisfestasi klinis pada pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark?
5. Pemeriksaan
penunjang apa sajakah yang harus dilakukan pada pasien Non-ST Elevasi
Miokardial Infark?
6. Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan
umum
Mampu menerapkan dan mengembangkan
pola fikir secara ilmiah kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta
mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada Non-ST
Elevasi Miokardial Infark.
2. Tujuan
khusus
a.
Mengetahui pengertian dari Non-ST
Elevasi Miokardial Infark.
b.
Mengetahui etiologi dari Non-ST Elevasi
Miokardial Infark.
c.
Mengetahui patofisiologi atau proses
perjalanan penyakit pada Non-ST Elevasi Miokardial Infark.
d.
Mengetahui manisfestasi klinis pada pasien
Non-ST Elevasi Miokardial Infark.
e.
Mengetahui pemeriksaan penunjang yang
harus dilakukan pada pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark.
f.
Mengetahui asuhan keperawatan pada
pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark.
D.
Manfaat
1.
Melalui laporan ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan pemahan tentang resume keperawatan pada pasien Non-ST
Elevasi Miokardial Infark.
2. Diharapkan
dengan praktek program profesi peminatan dapat menyelaraskan aplikasi asuhan
keperawatan melalui praktek dan ujian komprehensif.
3. Menjadi
masukan kepada mahasiswa dan institusi pendidikan untuk meningkatkan skill dan
ilmu keperawatan khususnya di bidang kardiovaskuler.
E. Metode Penulisan
1. Metode kepustakaan
Metode penulisan dengan menggunakan beberapa literatur
sebagai sumber dan catatan Medical Record (MR).
2. Metode wawancara
Data diperoleh dengan
wawancara lansung kepada keluarga klien
3. Metode observasi
Dengan
mengobservasi langsung terhadap keadaan
klien.
F. Sistematika Penulisan
1. Bab I merupakan pendahuluan
yang berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,Manfaat, metode penulisan
dan sistematika penulisan
2. Bab II berisi
tinjauan teori Non-ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI), tindakan operatif,
dan asuhan keperawatan
3. Bab III berisi
tentang resume keperawatan klien dengan Non-ST Elevasi
Miokardial Infark (NSTEMI)
4. Bab IV membahas
kesinambunagan antara teori dan kasus
5. Bab V berupa penutup
yang memuat kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. KONSEP
MEDIS NSTEMI
1.
Definisi
Sindrome koroner akut merujuk pada suatu
spektrum dari prsentsai klinis, mulai
dari
infark miokard dengan ST elevasi (STEMI)
hingga infark miokard tidak disertai ST elevasi (NSTEMI) atau angina tidak stabil (Coven,
2011)
Non-ST Elevasi Miokardial Infark
(NSTEMI) adalah oklusi
sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium,
sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa
elevasi ST yang terjadi dengan mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner
kecil atau oklusi parsial arteri koroner utama yang sebelumnya terkena
aterosklerosis. Hal ini menyebabkan kerusakan ketebalan parsial otot jantung.
Jumlah NSTEMI sekitar 30% dari semua serangan jantung.
NSTEMI mengacu pada proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah
koroner berkurang (Brunner & Sudarth, 2002).
NSTEMI merupakan kondisi kematian pada
miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung
terhambat.
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa
elevasi ST yang terjadi dengan mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner
kecil atau oklusi parsial arteri koroner utama yang sebelumnya terkena
aterosklerosis. Hal ini menyebabkan kerusakan ketebalan parsial otot jantung.
Jumlah NSTEMI sekitar 30% dari semua serangan jantung.
2.
Etiologi
1.
Faktor penyebab :
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan
oleh 3 faktor :
1)
Faktor pembuluh darah : Aterosklerosis,
Spasme,Arteritis
2)
Faktor sirkulasi : Hipotensi, Stenosos
aurta, insufisiensi
3)
Faktor darah : Anemia, Hipoksemia,
polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat :
1) Aktifitas
berlebihan
2) Emosi
3) Makan
terlalu banyak
c. Kebutuhan oksigen
miocard meningkat pada :
1) Kerusakan
miocard
2) Hypertensi
diastolic
2. Faktor predisposisi :
a.
faktor resiko biologis yang tidak dapat
diubah :
1) usia lebih dari 40 tahun
2) Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan
pada wanita meningkat setelahmenopause
3) hereditas
4) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor resiko yang
dapat diubah :
1)
Mayor : hiperlipidemia, hipertensi,
Merokok, Diabete, Obesitas, Diet tinggi lemak jenuh, kalori
2)
Minor: Inaktifitas fisik, Pola
kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif), Stress
psikologis berlebihan.
3. Manifestasi
KLinis
1. Nyeri
Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit,
sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri
akan hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak. Nyeri dan rasa
tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau
perasaan takut. Biasanya nyeri dada menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai
ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang terasa hanya
sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau penderita DM berkaitan
dengan neuropathy.
2.
Sesak Nafas
Sesak
nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan hipervenntilasi.
Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya
disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala
Gastrointestinal
Peningkatan
aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada
infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan
cegukan.
4. Gejala Lain
Termasuk palpitasi,
rasa pusing atau sinkop dari aritmia ventrikel dan gelisah.
4. Stratifikasi
Resiko
Penilaian klinis dan EKG, keduanya merupakan pusat
utama dalam pengenalan dan penilaian risiko NSTEMI. Jika ditemukan resiko
tinggi, maka keadaan ini memerlukan terapi awal yang segera. Karena NSTEMI
merupakan penyakit yang heterogen dengan subgrup yang berbeda, maka terdapat
keluaran tambahan yang berbeda pula.
Penatalaksanaan sebaiknya terkait pada faktor
resikonya. Penentuan risiko berdasarkan skor risiko TIMI (Thrombolysis in
myocardial Infarction) sebagai berikut:
a.
.
Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir
b.
Usia
> 65 tahun
c.
Memiliki
lebih dari 3 faktorrisiko penyakit jantung koroner
d.
Diketahhui
penderita PJK atau terdapat stenosis arteri koroner > 60%
e.
Lebih
dari 2x episode angina dalam 24 jam terakhir
f.
Peningkatan
enzim jantung (CKMB dan Troponin)
g.
Adanya
deviasi segmen ST.
Insiden keluaran yang buruk (kematian, (re) infark
miokard, atau iskemia berat rekuren) pada 14 hari berkisar antara 5% dengan
risiko 0-1, sampai 41% dengan skor risiko 6-7. Skor resiko ini berasal dari
analisis pasien-pasien pada penelitian TIMI IIB dan telah divalidasi pada empat
penelitian tambahan dan satu registry, terdapat banyak bukti yang menunjukkan
disfungsi ginjal berhubungan dengan peningkatan resiko keluaran yang buruk.
Beberapa penelitian seperti Platelet Receptor Inhibition Ischemic Syndrome
Management in Patien Limited by Unstable Sign and Symptom(PRISM-PLUS). Treat
Angina with Aggrastat and Determine Cost of Therapy with invasive or
Conservative Strategy(TACTICS)-TIMI 18, DAN Global Use Strategies to Open
Ocluded Coronary Arteries
Tampilkan lebih banyak
5. Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan
suplai oksigen dan atau peningkatan
kebutuhanoksigen
miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atauvasokonstriksi
koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil.
Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos
yangrendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang
cenderungruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi.
Padalokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limposit T yang menunjukkan adanya
prosesimflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sel sitokin proinflamasi seperti IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaran
hsCRP di hati. (Harun,
2006, cit Sudoyo, 2006)
Gejala
yang di temukan :
a. Khas
nyeri dada dengan lokasi substernal atau kadang kala di epigastrium dengan ciri sepertidiperas, perasaan seperti
diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan
b. Tidak
khas seperti: Dispneu, Mual, Diaphoresis, Sinkop, atau nyeri di lengan,
epigastrium, bahuatas
atau leher Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onsetbaru
angina/terakselerasi memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki
nyeri padawaktu istirahat.
6. Komplikasi
Komplikasi
dapat terjadi pada kasus ini. Tetapi,
beberapa komplikasi seperti syok kardiogenik, kegagalan ventrikel kiri,
regurgitasi mitral berat karena ruptur otot papilaris, tamponade jantung karena
dinding ventrikel pecah berlebihan di NSTEMI
(akibat kerusakan penuh ketebalan otot jantung) dari pada NSTEMI..
7.
Pemeriksan
Penunjang
1. EKG
Untuk
mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
2. Enzim Jantung.
CPKMB,
LDH, AST
3. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat
mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi
4. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 –
20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses
inflamasi
5. Kecepatan
sedimentasi
Meningkat
pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal,
tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis
7. GDA
Dapat
menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8. Kolesterol atau
Trigliserida serum
Meningkat,
menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
9. Foto dada
Mungkin normal atau
menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
10. Ekokardiogram
Dilakukan untuk
menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan
konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan
pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi
aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal lokasi atau luasnya IMA
Technetium
: terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah
jantung
Mengevaluasi penampilan
ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran
darah)
13. Angiografi koroner
Menggambarkan
penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan
pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi)
Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase IMA kecuali mendekati bedah jantung
angioplasty atau emergensi.
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
1) Obat
anti trombolitik
2) Obat
anti iskemik
3) Obat
analgesic
4) SimvasStatin
5) Revaskularisasi
6) Terapi
oksigen
9.
b.
Non Farmakologis
1) Teknik
relaksasi
2) Pendidikan
kesehatan
B.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Dasar Data Pengkajian Pasien
i.
Aktifitas
Gejala : Kelemahan,
letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi
jantung meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea.
ii.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat
hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung kongesti/katup dan penyakit
serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan
tekanan darah.
Nadi: denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut.
Denyut apical: titik point of maksimum
impuls, mungki bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi/irama: takikardia, berbagai
disritmia.
Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi
jantung I, pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III.
Murmur stenosis valvular.
Distensi vena jugularis/kongesti vena.
Desiran vaskuler tidak terdengar di atas
karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri).
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu
dingin, pengisian kapiler mungkin lambat atau tertunda.
iii.
Integritas ego
Gejala : Riwayat
kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor stress multiple.
Tanda : Letupan
suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak,
gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas,
penurunan pola bicara.
iv.
Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini
atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa
lalu).
v.
Makanan dan cairan
Gejala : Makanan
yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak, kolesterol serta makanan
dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda : Berat
badan normal atau obesitas.
Adanya
edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria.
vi.
Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit
kepala sub occipital.
Episode bebas atau kelemahan
pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan dan episode
statis staksis.
Tanda : Status mental: perubahan
keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori.
Respon
motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan
Perubahan
retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan – mendatar, edema,
papiladema, exudat, hemorgi.
vii.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina
(penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).
Nyeri tungkai yang hilang
timbul/klaudasi.
Sakit kepala oxipital berat.
Nyeri abdomen/massa.
viii.
Pernafasan (berhubungan dengan efek
cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea
yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea, ortopnea, dispnea, nocturnal
paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress
respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
i.
Keamanan
Keluhan : Gangguan
koordinasi/cara berjalan.
Gejala : Episode
parastesia unilateral transien, hypotensi postural.
c. Diagnosa keperawatan
a. penurunan
curah jantung Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia myokardia,
hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler
b. Intolerans
aktifitas Berhubungan dengan: kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2
c. Nyeri
(akut) berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan suplay O2 yang
tidak efektif
e. Koping
individual tidak efektif berhubungan dengan: Krisis situasional/diaturasional,
Perubahan hidup beragam, Relaksasi tidak adekuat, System pendukung tidak
adekuat, Persepsi tidak realistic, Sedikit atau tidak pernah olahraga, Nutrisi
buruk, Harapan yang tidak terpenuhi, Kerja tidak berlebihan, Metode koping
tidak efektif
f. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan
dengan: Kurang pengetahuan/daya ingat, Misinterpretasi informasi, Keterbatasan
kopnitif, Menyangkal diagnosa
d. Perencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
sekunder terhadap oklusi arteri koroner
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria
hasil:
·
Nyeri dada hilang/terkontrol
·
Mendemonstrasikan penggunaan teknik
relaksasi
·
Klien tampak rileks,mudah bergerak
Intervensi:
1)
Kaji keluhan pasien mengenai nyeri dada,
meliputi : lokasi, radiasi, durasi dan faktor yang mempengaruhinya.
Rasional: Data tersebut membantu
menentukan penyebab dan efek nyeri dada serta merupakan garis dasar untuk
membandingkan gejala pasca terapi.
2)
Berikan istirahat fisik dengan punggung
ditinggikan atau dalam kursi kardiak. Rasional: Untuk mengurangi rasa tidak
nyaman serta dispnea dan istirahat fisik juga dapat mengurangi konsumsi oksigen
jantung.
3) Kaji
ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina
Rasional: Untuk membandingkan nyeri
yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan identifikasi komplikasi seperti
meluasnya infark, emboli paru, atau perikarditis
4) Anjurkan
pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
Rasional : Untuk memberi intervensi
secara tepat sehingga mengurangi kerusakan jaringan otot jantung yang lebih
lanjut
5) Berikan
lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman Rasional:
Menurunkan rangsang eksternal
6) Bantu
melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan,perilaku distraksi,
visualisasi, bimbingan imajinasi
Rasional: Membantu dalam menurunkan
persepsi/respon nyeri
7) Periksa
tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik
Rasional: Hipotensi /depresi pernapasan
dapat terjadi sebagai akibat pemberian narkotik. Dimana keadaan ini dapat
meningkatkan kerusakan miokardia pada adanya kegagalan ventrikel
8) Kolaborasi
dengan tim medis pemberian:
Antiangina (NTG) à
Rasional: Untuk mengontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner, yang
meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokardia
Penyekat β (atenolol) à
Rasional: Untuk mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis,
sehingga menurunkan fungsi jantung, TD sistolik dan kebutuhan oksigen miokard
Preparat analgesik (Morfin Sulfat) à
Rasional: Untuk menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi dan mengurangi kerja
miokard
Pemberian oksigen bersamaan dengan
analgesik à
Rasional: Untuk memulihkan otot jantung dan untuk memastikan peredaan maksimum.
2.
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi elektri, penurunan
preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, otot infark, kerusakan
structural
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam curah jantung adekuat
Kriteria Hasil:
·
TD, curah jantung dalam batas
normal
·
Haluaran urine adekuat
·
Tidak ada disritmia
·
Penurunan dispnea, angina
·
Peningkatan toleransi terhadap
aktivitas
Intervensi :
1)
Pantau tanda vital: frekuensi
jantung, TD,nadi
Rasional: Untuk mengetahui adanya perubahan TD,nadi secara dini
sehingga memudahkan dalam melakukan intervensi karena TD dapat meningkatkan
rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi.
Evaluasi adanya bunyi jantung S3,S4
Rasional: Untuk megetahui adanya komplikasi pada GJK gagal mitral
untuk S3, sedangkan S4 karena iskemia miokardia, kekakuan ventrikel, dan
hipertensi pulmonal /sistemik
Auskultasi bunyi napas
Rasional: Untuk mengetahui adanya kongesti paru akibat penurunan
fungsi miokard
2)
Berikan makanan porsi makan
kecil dan mudah dikunyah, batasi asupan kafein,kopi, coklat, cola
Rasional: Untuk menghindari kerja miokardia, bradikardi,peningkatan
frekuensi jantung
3)
Kolaborasi:
·
Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan miokard,
menurunkan iskemia dan disritmia lanjut
·
Pertahankan cairan IV
Rasional: Jalur yang paten untuk pemberian
obat darurat pada disritmia/nyeri dada
·
Kaji ulang seri EKG
Rasional: memberikan informasi sehubungan dengan kemajuan/perbaikan
infark, fungsi ventrikel, keseimbangan
elektrolit, dan efek terapi obat
·
pantau laboratorium (enzim
jantung, gda, elektrolit)
·
rasional: untuk mengetahui
perbaikan/perluasan infark adanya hipoksia, hipokalemia/hiperkalsemia
·
berikan obat antidisritmia
3.
Ketidakefektifan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah, misalnya vasikonstriksi,
hipovolemia, dan pembentukan tromboemboli
tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
perfusi jaringan efektif
kirteria hasil:
·
kulit hangat dan kering
·
nadi perifer kuat
·
tanda vital dalam batas normal
·
kesadran compos mentis
·
keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran
·
tidak edema dan nyeri
Intervensi:
1.
observasi adanya perubahan
tingkat kesadaran secara tiba-tiba
rasional: untuk mengetahui adanya penurunan curah jantung
2.
observasi adanya pucat,
sianosis, kulit dingin/lembab da raba kekuatan nadi perifer
rasional: vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah
jantung
3.
observasi adanya tanda homan,
eritema, edema
rasional: untuk mengetahui adanya trombosis vena dalam
4.
anjurkan klien untuk latihan
kaki aktif/pasif
rasional: menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan
menurunkan risiko tromboflebitis
5.
pantau pemasukan dan perubahan
keluaran urine
6.
rasional: penurunan/mual terus
menerus dapat megakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negatif
pada perfusi dan fungsi organ
7.
pantau laboratorium, kreatinin,
elektrolit
rasional: indikator dari perfusi atau fungsi organ
8.
beri obat sesuai indikasi
·
heparin: untuk menurunkan
resiko tromboflebitis atau pembentukan trombus mural
·
cimetidine untuk menetralkan
asam lambung dan iritasi gaster
4.
intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dengan
kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek obat depresan jantung
tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien menunjukkan peningkatan
aktivitas secara bertahap
kriteria hasil:
·
klien dapat melakukan
peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur dengan frekuensi
jantung/irama jantung dan td dalam batas normal
·
kulit teraba hangat, merah muda
dan kering
intervensi :
1)
pantau frekuensi jantung,
irama, dan perubahan td sebelum, selama, dan sesudah beraktivitas sesuai
indikasi
rasional: untuk menentukan tingkat aktivitas klien yang tidak
memberatkan curah jantung
2)
tingkatkan istirahat, batasi
aktivitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan aktivitas senggang yang
tidak berat
rasional: menurunkan kerja miokard, sehingga menurunkan risiko
komplikasi
3)
anjurkan pasien untuk tidak
mengejan saat defekasi
rasional: dengan mengejan dapat mengakibatkan manuver valsava
sehingga terjadi bradikardi, menurunnya curah jantung, takikardi dan
peningkatan td
4)
jelaskan pola peningkatan
bertahap dari tingkat akyivitas
rasional: aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung,
meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan
5)
observasi gejala yang
menunjukkan tidak toleran terhadap aktivitas
rasional: palpitasi, nadi tidak teratur, adanya nyeri dada atau
dispnea dapat mengindikasikan kebutuhan perubahan program oalahraga atau diet.
5.
Ansietas yang berhubungan
dengan ketakutan akan kematian
tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan klien
hilang
intervensi:
1)
kaji tingkat kecemasan pasien
dan keluarganya serta mekanisme koping
rasional: data tersebut memberikan informasi mengenai perasaan sehat
secara umum dan psikologis sehingga gejala pasca terapi dapat dibandingkan.
2)
kaji kebutuhan bimbingan
spiritual
rasional: jika pasien memerlukan dukungan keagamaan, konseling agama
akan membantu mengurangi kecemasan dan rasa takut.
3)
biarkan pasien dan keluarganya
mengekspresikan kecemasan dan ketakutannya
rasional: kecemasan yang tidak dapat dihilangkan (respons stress)
meningkatkan konsumsi oksigen jantung.
4)
manfaatkan waktu kunjungan yang
fleksibel, yang memungkinkan kehadiran keluarga untuk membantu mengurangi
kecemasan pasien
rasional: kehadiran dukungan anggota keluarga dapat mengurangi
kecemasan pasien maupun keluarga.
5)
dukung partisipasi aktif dalam
program rehabilitasi jantung
rasional: rehabilitasi jantung yang diresepkan dapat membantu
menghilangkan ketakutan akan kematian, dapat meningkatkan perasaan sehat.
No comments:
Post a Comment