Visitor

Thursday, January 26, 2017

LAPORAN BAKTEOROLOGI (P) PEWARNAAN SPORA "AnaLis Kesehatan"




Terima kasih teLah Mengunjungi bLog Kami.... jangan Lupa TinggaLkan Komentar anda di koLom bagian bawah... demi keberLanjutan BLog Kami... syukran :) salama'Ki :)




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan.(Dwidjoseputro, 2001)
            Sepanjang pengetahuan yang kita miliki sekarang, hanya golongan basillah yang dapat membentuk spora, akan tetapi tidak semua basil mampu berbuat demikian. Beberapa spesies Bacillus yang aerob dan beberapa spesies Clostridium yang anaerob dapat membentuk spora. Spora ini lazim disebut endospora, dikarenakan spora itu dibentuk di dalam sel. (Dwidjoseputro, 2001)
            Endospora hanya terdapat pada bakteri.Merupakan tubuh berdinding tebal, sangat refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh semua spesies Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina.Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi sebagai sel vegetatif.Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhannya, terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi spora. (Pelczar,1986)


B.      Tujuan
Untuk melihat bentuk dan letak spora bakteri




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus.Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang paling banyak digunakan.Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan endspores, perlu dilakukan pemanasan supaya cat malachite hijau  bisa masuk ke dalam spora , seperti halnya pada pewarnaan  Basil Tahan Asam dimana cat  carbol   fuschsin  harus dipanaskan untuk biasa menembus  lapisan lilin asam mycolic  dari Mycobacterium .
Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora dihasilkan di dalam tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di bagian tengah (central), ujung (terminal) ataupun tepian sel. Pelczar (1986), menyatakan bahwa spora merupakan tubuh bakteri yang secara metabolik mengalami dormansi, dihasilkan pada faselanjut dalam pertumbuhan sel bakteri yang sama seperti asalnya, yaitu sel vegetatif.Spora bersifat tahan terhadap tekanan fisik maupun kimiawi.Santoso (2010) menyebutkan bahwa ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus Bacillus dan genus Clostridium.Strukturspora yang terbentuk di dalamtubuh vegetative bakteri disebut sebagai ‘endospora’ (endo=dalam, spora=spora) yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan.
Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim.Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri.
            Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai spora bakteri, tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri.Semua spora bakteri mengandung asam dupikolinat.Yang mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora.Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk di warnai menggunakan pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri juga terdapat kompleks Ca2+dan asam dipikolinan peptidoglikan.
            Proses pembentukan spora disebut sprorulasi, pada umumnya proses ini mudah terjadi saat kondisi medium biakan bakteri telah memburuk, hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa, sampel yang diambil dalam praktikum ini berasal dari biakan bakteri yang dibuat beberapa minggu yang lalu, sehingga di asumsikan, nutrisi di dalam medium telah hampir habis, sehingga diharapkan bakteri melakukan proses sporulasi ini. Haapan ini terbukti benanr dengan kenyataan bahwa dari kedua sampel yaitu koloni 1 dan koloni 2, keduanya sama-sama menghasilkan spora.
Namun menurut Dwijoseputro (1979) beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi.Hal ini dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi.Masih menurut Dwijoseputro (1979) jka medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan disekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapat kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora.Hal ini dimungkinkan karena struktur bakteri yang sangat sederhana dan sifatnya yang sangat mudah bermutasi, sehingga perlakuan pada lingkungan yang terus menerus dapat mengakibatkan bakteri mengalami mutasi dan kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora.
            Proses pembentukan spora di dalam sel vegetatif bakteri, terjadi dalam beberapa tahapan, secara singkat bagan proses pembentukan spora bakteri di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Terjadi kondensasi DNA pada bakteri yang akan membentuk spora
2.      Terjadi pembalikan membran sitoplasma, sehingga, lapisan luar membran kini menjadi lapisan dalam membran (calon) spora.
3.      Pembentukan korteks primordial (calon korteks)
4.      Pembentukan korteks
5.      Spora terlepas dan menjadi spora yang bebas, pada tahap 5 ini,jika spora mendapatkan lingkungan yang kondusif, maka ia bisa tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru. (sumber: FMIPA UPI).
Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup bertahun-tahun bahkan berabad-abad jika berada dalam kondisi lingkungan yang normal. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70oC, namun spora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih bahkan selama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru dan berkembangbiak secara normal (Volk & Wheeler, 1988).
            Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan.(Dwidjoseputro, 2001).
Sepanjang pengetahuan yang kita miliki sekarang, hanya golonganbasillah yang dapat membentuk spora, akan tetapi tidak semua basil mampu
berbuat demikian. Beberapa spesies Bacillus yang aerob dan beberapaspesies Clostridium yang anaerob dapat membentuk spora.Spora ini lazim disebut endospora, dikarenakan spora itu dibentuk di dalam sel. (Dwidjoseputro, 2001).Endospora hanya terdapat pada bakteri.Merupakan tubuh berdinding tebal, sangat refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh semua spesies Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina.Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi sebagai sel vegetatif.Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhannya, terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi spora. (Pelczar,1986).
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang, hal ini bergantung pada spesies.Endospora ada yang lebih kecil dan ada pula yang lebih besar daripada diameter sel induk.(Dwidjoseputro, 2001). Letak endospora di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya tidaklah sama bagi semua spesies. Sebagai contoh, beberapa spora adalah sentral yaitu dibentuk di tengah-tengah sel, yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung; dan yang lain lagi subterminal yaitu di dekat ujung. (Pelczar,1986).
Pada umumnya sporulasi itu mudah terjadi, jika keadaan mediummemburuk, zat-zat yang timbul sebagai pertukaran zat bertimbun-timbun dan faktor-faktor luar lainnya merugikan.Tetapi pada beberapa spesies mampu membentuk spora meskipun tidak terganggu oleh faktor luar.Sporulasi dapat dicegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru.Beberapa spesies bakteri dapat kehilangan kemampuannya untuk membentuk spora.Spora dapat tumbuh lagi menjadi bakteri biasa apabila keaadaan di luar menguntungkan.Mula-mula air meresap ke dalam spora, kemudian spora mengembang dan kulit spora menjadi retak karenanya.Keretakan ini dapat terjadi pada salah satu ujung, tetapi juga dapat terjadi pada tengah-tengah atau dekat tengah-tengah spora.Hal ini merupakan ciri khas bagi beberapa spesies Bacillus. Jika kulit spora pecah di tengah-tengah, maka masing-masing pecahan akan merupakan suatu tutup pada kedua ujung bakteri. (Dwidjoseputro, 2001)
PEWARNAAN SPORA BAKTERI

            Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar.Segera setelah keadaan luar baik lagi bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri.Spora lazim disebut endospora ialah karena spora itu dibentuk di dalam sel. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif.Sporulasi dapat dicegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru.Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas pembungkus luar, korteks dan inti yang mengandung struktur nukleus. Apabila sel vegetatif membentuk endospora, sel ini membuat enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama sekali baru dan berubah bentuk. Dengan kata lain sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi sel, karena itu, proses ini diteliti secara mendalam untuk mempelajari peristiwa apa yang memicu perubahan enzim dan morfologi.
            Spora biasanya terlihat sebagai badan-badan refraktil intrasel dalam sediaan suspensi sel yang tidak diwarnai atau sebagai daerah tidak berwarna pada sel yang diwarnai secara biasa.Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah melalui pencucian dengan alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel vegetatif.Sel vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras.Spora biasanya diwarnai dengan hijau malachit atau carbol fuchsin.
            Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman. spora merupakan stadium dorman dari sel vegetatif.


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengecatan spora:

    Fiksasi
    Smear terlalu tebal
    Waktu pengecatan tidak tepat
    Konsentrasi reaagen
    Umur bakteri
    Nutrisi
Ada 2 jenis bakteri yang dapat membentuk spora
    Clostridium adalah bakteri yang bersifat anaerob
    Bacillus adalah Bakteri yang bersifat aerob

Stuktur endospora berbeda-beda untuk setiap spesies
Clostridium botullinum           : sporanya subterminal
Clostridium tetani                   :sporanya terminal
Bacillus anthracis                    : sporanya central

            Endospora bakteri merupakan struktur yang paling tahan terhadap lingkungan yang ekstrim misalnya kering, kepanasan, dan keadaannya asam.

Macam-macam metode pengecetan
    Schaffer fulton
    Klein vedder
    Bartolomew mittler
Core                            : sitoplasma dari spora yang didalamnya terkandung        semua unsur untuk kehidupan bakteri seperti kromosom yang komplit, komponen- komponen untuk sintesis protein dan sebagainya.
Cortex                         : lapisan yang paling tebal dari spora envelope, terdiri dari lapisan peptidoglikan tapi dalam bentuk yang istimewa.
Dinding spora             : lapisan paling dalam dari spora, terdiri dari peptidoglikan dan akan menjadi dinding sel bila spora kembali dalam bentuk vegetative.
Eksosporium               : lipoprotein membrane yang terdapat dari luar.
Coat                            : terdiri dari zat semacam keratin, dan keratin inilah yang menyebabkan spora relatif tahan terhadap pengaruh luar.

Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan Spora kali ini, digunakan suspensi dari bakteri Salmonella typhii  dan Bacillus subtilis. Suspensi bakteri ini telah disiapkan sebelumnya. Pada saat pembuatan preparat sama halnya dengan pewarnaan Gram waktu yang ditentukan untuk penetesan zat warna dan H2SO4 sebaiknya tidak lebih ataupun kurang dari waktu yang telah ditentukan, karena hal tersebut dapat mempengaruhi hasil preparat saat dilihat dbawah mikroskop.
Perbedaan Pewarnaan tahan asam dan Pewarnaan spora ialah pada pewarnaan tahan asam bertujuan untuk melunturkan pewarnaan bakteri yang tahan asam.Sedangkan pewarnaan spora bertjuan untuk mewarnai spora pada bakteri yang dapat membentuk spora.













BAB III
METODE PRAKTIKUM

III.1.          Alat dan Bahan
a.       Biakan bakteri pada agar miring
b.      Larutan malachite green
c.       Air garam fisiologis steril
d.      Air Fuchsin
e.       Aquades
f.       Minyak emersi

III.1.          Prinsip Praktikum
      Pemanasan akan mengembangkan lapisan luar spora sehingga zat warna utama dapat masuk masuk ke dalam spora sehingga berwarna hijau. melalui pendinginan warna utama akan terperangkap di dalam spora,dengan pencucian zat warna utama yang ada pada sel vegetatif akan terlepas sehingga pada saat pewarnaan kedua (air fuchsin), sel vegetatif akan berwarna pink keunguan.
III.4.          Cara Kerja
1.      Ambil sebuah kaca benda dan bersihkan lalu
2.      Buat preparat yang tipis dan rata dari bakteri
3.      Keringkan preparat pada suhu kamar dan fiksasi
4.      Letakan kaca benda/ preparat mendatar di atas rak preparat , dan tuangi masing-masing  preparat dengan larutan malachite green 
5.      Panaskan selama 2-3 dan jaga agar pewarna tidak menguap
6.      Buang zat warna, dan cuci dengan air mengalir
7.      Tetesi seluruh preparat dengan larutan fuchsin, biarkan selama 30 detik
8.      Buat zat warna dan cuci dengan air yang menglir
9.      Periksalah di bawah mikroskop dengan pembesaran emersi
10.  Gambarkan apa yang  anda lihat !

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1.          Tabel
Nama bakteri
Bentuk
 Warna spora
 Warna L.belakang
Bacillus  Sp
Central
Bening
Hijau

Bakteri vegetatif berwarna : Pink keunguan

Gambar











IV.1. Pembahasann
Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas pembungkus luar, korteks dan inti yang mengandung struktur nukleus. Apabila sel vegetatif membentuk endospora, sel ini membuat enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama sekali baru dan berubah bentuk. Dengan kata lain sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi sel, karena itu, proses ini diteliti secara mendalam untuk mempelajari peristiwa apa yang memicu perubahan enzim dan morfologi. 
Pada praktikum pewarnaan spora kali ini, kami menggunakan malachite green, air fuchsin dan aquades. Setelah di amati di bawah mikroskop, kami menemukan bakteri bacillus sp denag bentuk sentral, warna spora bening, dan latar belakang hijau.
Praktikum  kali  ini  bertujuan  untuk  mengamati  endospora  bakteri dengan  menggunakan  prosedur  pewarnaan  spora  (pewarnaan  Klein). Memahami setiaplangkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dałam prosedur tersebut.  Dimana  zat pewarna  yang  digunakan  yaitu  karbol  fukhsin  dan pewarna tandingannya yaitu malachiten green. Kaca preparat yang sudah diberi bakteri diberi larutan dmalachiten green.  Kemudian dipanaskan selama 2-3 menit dan jaga aggar  warnanya tidak menguap. Setelah itu, diberi larutan fuchsin dan didiamkan selama 30 menit. Dituang diair mengalir dan diamati dibawah microskop pembesaran 100 x.
Spora biasanya terlihat sebagai badan-badan refraktil intrasel dalam sediaan suspensi sel yang tidak diwarnai atau sebagai daerah tidak berwarna pada sel yang diwarnai secara biasa.Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah melalui pencucian dengan alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel vegetatif.Sel vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras.Spora biasanya diwarnai dengan hijau malachit atau carbol fuchsin. 
Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman.
Dari hasil pecobaan didapatkan hasil yaitu pada bakteri yang berwarna ungu, spora yang berwarna hijau dan latar belakang berwarna bening





 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)














BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat ditarik kesimpulan yaitu pada peewarnaan spora dengan penambahan Praktikum  kali  ini  bertujuan  untuk  mengamati  endospora  bakteri yaitu  karbol  fukhsin  dan pewarna tandingannya yaitu malachite green. Hasil yang didapatkan yaitu pada bakteri berwarna ungu, spora berwarna hijau dan latar belakangnya berwarna bening.




















DAFTAR PUSTAKA

ü  Dwidjoseputro, D.2005. Dasar- dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT Penerbit Djambatan.
ü  Awetz, E., Joseph Melnick&Edward Aldeberg.1996. Mikrobiologi Kedokteran,     diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R. F Maulany.Jakarta: Penerbit Buku      kedokteran EGC.
ü  Pelczar, M J.dan E.C.S Chan.1986.Dasar- dasar Mikrobiologi Jilid 1Jakarta: UI   Press.
ü  Razali, U. 1987. Mikrobiologi Dasar.Jatinangor:FMIPA UNPAD.
ü  Volk, W.A dan Margaret Fwheeler.1988.Mikrobiologi Dasar, diterjemahkan oleh: Markham, M.sc.Jakarta: Erlangga
ü  Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta
ü  Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta
ü  Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang
ü  Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan

No comments:

Post a Comment