VISUALISASI POLSTRANAS
A. POLITIK
Etimologis Politik berasal dari bahasa yunani (Politeia) yang berasal dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang mengurus diri sendiri / berdiri sendiri (negara) dan teia (urusan)
Politik Terminologis dari segi kepentingan mempunyai dua pengertian, bahasa indonesia menerjemahkan dua perkataan Inggris yang berbeda yaitu politics dan policy menjadi satu kata yang sama yaitu politik.
kepentingan umum para warga negara dari suatu negara. Politik dalam arti politics
Pemaknaan Politics :
Serangkaian asas atau prinsip / alat atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu
Suatu keadaan yang dikehendaki disertai cara / alat yang dipergunakan untuk mencapai keadaan yang diinginkan.
Gagasan suatu kelompok/individu untuk mencapai kepentingannya baik sendiri / bersama ide yang digagas dan disepakati Politik dalam makna Policy adalah kebijakan yang dirumuskan berdasarkan pertimbangan tertentu.Penggunaan pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita keinginan atau keadaan yang kita kehendaki.
B. Strategi
Etimologis Strategi berasal dari Yunani strategos artinya the art of general atau ilmu tentang cara menjalankan politik. ( tokoh : Antoine Henri Jomni, Karl Von Clausewitr dan Linddle Hart )
strategi tidakàTerminologis hanya sebagai ranah perjuangan fisik secara luas dikenal dengan telaah strategis (telstra). Pada dasarnya strategi merupakan kerangka rencana / tindakan yang disusun dan ditetapkan untuk mencapai tujuan sebelumnya.
A. POLITIK
Etimologis Politik berasal dari bahasa yunani (Politeia) yang berasal dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang mengurus diri sendiri / berdiri sendiri (negara) dan teia (urusan)
Politik Terminologis dari segi kepentingan mempunyai dua pengertian, bahasa indonesia menerjemahkan dua perkataan Inggris yang berbeda yaitu politics dan policy menjadi satu kata yang sama yaitu politik.
kepentingan umum para warga negara dari suatu negara. Politik dalam arti politics
Pemaknaan Politics :
Serangkaian asas atau prinsip / alat atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu
Suatu keadaan yang dikehendaki disertai cara / alat yang dipergunakan untuk mencapai keadaan yang diinginkan.
Gagasan suatu kelompok/individu untuk mencapai kepentingannya baik sendiri / bersama ide yang digagas dan disepakati Politik dalam makna Policy adalah kebijakan yang dirumuskan berdasarkan pertimbangan tertentu.Penggunaan pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita keinginan atau keadaan yang kita kehendaki.
B. Strategi
Etimologis Strategi berasal dari Yunani strategos artinya the art of general atau ilmu tentang cara menjalankan politik. ( tokoh : Antoine Henri Jomni, Karl Von Clausewitr dan Linddle Hart )
strategi tidakàTerminologis hanya sebagai ranah perjuangan fisik secara luas dikenal dengan telaah strategis (telstra). Pada dasarnya strategi merupakan kerangka rencana / tindakan yang disusun dan ditetapkan untuk mencapai tujuan sebelumnya.
C. Nasional
Suatu bangsa yang telah bernegara. bangsa Nasional (Nation)
Faktor-Faktor Pembentukan Poltranas :
1. UUD 1945 Ideologi dan Politik
2. membiayai pelaksanaan Ekonomi Poltranas
3. Bhineka Tunggal Ika Sosial budaya
4. Hankamrata (bela negara) Hankam tercapai stabilitas nasional Internal / eksternal bangsa.
D. Politik Nasional
a.Hakikat Politik Nasional
Politik Nasional hakikatnya sama dengan kebijakan nasional yang menjadi landasan penyusunan konsep strategi nasional. Politik Nasional dapat diartikan sebagai alat perjuangan mencerminkan ideologi, aspirasi, dan sikap suatu bangsa serta sebagai konsepsi yang merupakan manifestasi (perwujudan) dari ide dan sikap secara konkret ditujukan sebagai sarana mencapai tujuan nasional bertahap
a.Hakikat Politik Nasional
Politik Nasional hakikatnya sama dengan kebijakan nasional yang menjadi landasan penyusunan konsep strategi nasional. Politik Nasional dapat diartikan sebagai alat perjuangan mencerminkan ideologi, aspirasi, dan sikap suatu bangsa serta sebagai konsepsi yang merupakan manifestasi (perwujudan) dari ide dan sikap secara konkret ditujukan sebagai sarana mencapai tujuan nasional bertahap
b. Peranan Politik Nasional
konkretnay sebelum dilakukan amandemen UUD 1945 perumusan nasional dilakukan MPR dan DPR. Rumusan sebelum UUD 1945 diamandemen dilakukan oleh mandataris MPR yaitu Presiden, Wakil Presiden beserta kabinet jajarannya secara fungsional (DPA, DPR, BPK, dan MA). Politik Nasional disusun oleh Presiden bersama-sama DPR. Dalam hal ini DPR memberikan saran dan pendapat serta meminta keterangan dan masukan dari MPR yang tertuang dalam Ketetapan/TAP yang menjadi landasan Politik Nasional.
C. Masalah Pokok Penyusunan Politik Nasional
Dalam menyusun politik nasional terdapat tiga permasalahan pokok meliputi :
1. Kebutuhan Pokok Nasional
a) masalah kesejahteraan baik material maupun non material
b) Masalah Pertahanan dan Keamanan
2. Hal-hal yang timbul dari lingkungan sendiri meliputi kondisi Ipoleksosbud
3. Hal-hal timbul dari
luar lingkungan bersifat membantu/menguntungkan maupun sebaliknya bahwa tidak ada satu negara
yang dapat hidup sendiri.
D. Pertimbangan dalam merumuskan politik nasional
adapun pertimbangan sebagai berikut :
1. Menilai secara tepat ancaman atau gangguan yang datang dari dalam maupun luar.
2. Faktor-faktor Dinamis maupun statis dari wilayah nasional terhadap pelaksanaan
Politik Nasional.
3. Menilai secara tepat potensi dan
kemampuan Ipoleksosbud terhadap penghambat pelaksanaan kebijakan nasional
e. Visualisasi penyusunan politik nasional
sebelum masa amandemen UUD 1945
1. MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat tertinggi
2. Presiden mandataris MPR bersama DPR dibantu lembaga tinggi negara (kabinet, DPA,BPK, dan MA berdsasarkan GBHN dan Ketetapan MPR menyusun Politik nasional (Politik Pembangunan)
D. Pertimbangan dalam merumuskan politik nasional
adapun pertimbangan sebagai berikut :
1. Menilai secara tepat ancaman atau gangguan yang datang dari dalam maupun luar.
2. Faktor-faktor Dinamis maupun statis dari wilayah nasional terhadap pelaksanaan
Politik Nasional.
3. Menilai secara tepat potensi dan
kemampuan Ipoleksosbud terhadap penghambat pelaksanaan kebijakan nasional
e. Visualisasi penyusunan politik nasional
sebelum masa amandemen UUD 1945
1. MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat tertinggi
2. Presiden mandataris MPR bersama DPR dibantu lembaga tinggi negara (kabinet, DPA,BPK, dan MA berdsasarkan GBHN dan Ketetapan MPR menyusun Politik nasional (Politik Pembangunan)
3. Politik Pembangunan dilaksanakan secara bertahap sebagai
peningkatan pembangunan sebelumnya
4. Tahapan pembangunan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
seni dan ilmu mengembangkan dan menggunakan Strategi Nasional kekuatan nasional untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh politik nasional yang berisi perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan.
proses berfikir untuk menelaah yang akan Telaah Strategis (Telestra) terjadi di masa yang akan datang sebagai akibat dan perkembangan peristiwa yang terjadi dimasa lalu dan saat ini.
Perkiraan Proses berfikir secara runtut untuk menganalisis keadaan Stategis serta untuk menentukan sasaran yang akan dipilih dan menentukan cara bertindak yang akan ditempuh.
diperlukan hal-hal sebagai berikut :
1. mempelajari lingkungan (examination of the environment)
4. Tahapan pembangunan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
seni dan ilmu mengembangkan dan menggunakan Strategi Nasional kekuatan nasional untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh politik nasional yang berisi perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan.
proses berfikir untuk menelaah yang akan Telaah Strategis (Telestra) terjadi di masa yang akan datang sebagai akibat dan perkembangan peristiwa yang terjadi dimasa lalu dan saat ini.
Perkiraan Proses berfikir secara runtut untuk menganalisis keadaan Stategis serta untuk menentukan sasaran yang akan dipilih dan menentukan cara bertindak yang akan ditempuh.
diperlukan hal-hal sebagai berikut :
1. mempelajari lingkungan (examination of the environment)
2. Pengembangan
sasaran alaternatif dan cara bertindak yang perlu ditempuh
3. Analisis kekuatan sendiri
4. Batas waktu untuk penilaian strategis
4. Batas waktu untuk penilaian strategis
PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN DUNIA
Dalam
Rapim ABRI tahun yang lalu saya telah berbicara mengenai gambaran masa
depan yang ingin kita
wujudkan pada akhir PJP II dengan berbagai tantangannya. Mengenai
Repelita VII juga
telah saya kemukakan berbagai pikiran yang ada pada kita dalam konteks
pembahasan itu.
Oleh karena itu, saya
tidak akan mengulangi pembahasan mengenai pembangunan dalam
PJP II, tetapi khusus
menyoroti sedikit lebih rinci mengenai Repelita VII sesuai permintaan
penyelenggara Rapim
ini.
Memang, penyusunan
Repelita VII akan berpedoman kepada GBHN 1998 yang setelah
pemilihan umum nanti
baru akan dirumuskan oleh para wakil rakyat. Namun rumusan pokok-pokok
pikiran dalam PJP II
yang telah kita miliki sewaktu menyusun Repelita VI, kiranya dapat menjadi
bahan acuan dalam
melihat gambaran masyarakat Indonesia pada akhir Repelita VII.
Kata kunci yang
terpatri dalam pelaksanaan pembangunan nasional dan telah kita tetapkan
menjadi sasaran
jangka panjang adalah kemajuan, kemandirian, keadilan, dan
peningkatan
kesejahteraan.
Dalam Repelita VII, sasaran itu ingin dicapai dengan meletakkan titik berat
pembangunan pada
bidang ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Titik
berat pembangunan ini memang berbeda dengan tahapan pembangunan terdahulu yang
hanya
meletakkannya pada bidang
ekonomi. Namun, pergeseran paradigma itu sebenarnya menunjukkan
perkembangan kemajuan
pembangunan kita.
Tantangan-tantangan
Pembangunan
Dengan
pokok-pokok pikiran itu kita berusaha menyusun rencana pembangunan dalam
Repelita VII. Dalam melaksanakannya terlebih dahulu harus kita kenali
tantangan-tantangan yang kita hadapi, baik yang berasal dari luar atau dari
dalam serta dapat bersumber pada faktorekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Dengan
terjadinya integrasi ekonomi, volume perdagangan dunia akan
meningkatlebihcepat. Tantangan utama dengan terjadinya proses globalisasi
tersebut adalah mengupayakan agarbangsa Indonesia diuntungkan oleh proses
perubahan itu. Kuncinya dari segi ekonomi adalah membangun daya saing dan
memeliharanya agar berkesinambungan.
Meningkatkan daya
saing akan sangat tergantung pada peningkatan efisiensi dan
produktivitas. Dalam
peningkatan efisiensi kita berbicara mengenai penyempurnaankelembagaan ekonomi
secara keseluruhan.
Deregulasi
dan debirokratisasi adalah sebagian dari upaya itu.
Sedangkan peningkatan
produktivitas dapat dicapai melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia
dan kemampuan teknologi.
Pembangunan sumber
daya manusia telah banyak kita lakukan dan telah cukup besar
hasilnya seperti yang antara lain terlihat
dari indikator keberhasilan pembangunan di bidangpendidikan dan
kesehatan. Namun, jika dibandingkan dengan negara-negara disekeliling kita
masih jauh tertinggal. Oleh karena itu, mengejar ketertinggalan kualitas sumber
daya manusiamerupakan pula tantangan bagi kita.Dalam hal ini, kita menghadapi
masalah yang tidak ringan. Berdasarkan survei penduduk antar sensus (SUPAS)
1985 dan 1995 tampak bahwa jumlah angkatan
kerja pada tiap-tiap tingkat pendidikan memang meningkat. Tetapi angkatan
kerjaberpendidikan SD ke bawah masih sekitar 70 persen.Selain itu, pengangguran
dengan tingkat pendidikan SLTA ke atas sejak tahun 1985 selalumeningkat. Untuk
mengatasi masalah ini maka di masa depan kegiatan formal harus
ditingkatkan,karena adanya kecenderungan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka ia akan lebih memilih bekerja pada kegiatan formal. Tantangan
penciptaan lapangan kerja sektor formal ini akan makin besar di masa yang akan
datang.Membangun kemampuan teknologi, merupakan tantangan yang tidak ringan.
Penguasaan teknologi pada tingkat perusahaan,
dengan begitu juga pada tingkat industri, masih sangat lemah.
Kemampuan kita dalam investasi (investment capability), produksi (production capability), penyesuaian rekayasa dan rancang
bangun (engineering adjustment), organisasi (organizationalcapability),
pemasaran (marketing capability) masih perlu ditingkatkan. Apalagi untuk
menciptakan pengetahuan dan
teknologi baru (major change capability). Kelemahan ini berakar dari kemampuan
teknologi nasional (prasarana, sarana, dan SDM teknologi) kita yang masih lemah
maupun pada kelembagaannya,
termasuk dalam kaitannya dengan dukungannya kepada duniausaha. Sektor ekonomi
Indonesia yang makin modern dan sudah cukup berkembang telah memiliki pelaku-pelaku
ekonomi yang tangguh dan mempunyai peluang untuk berkompetisi. Yang terutama
menjadi masalah bagi kita ialah apakah ekonomi rakyat yang kita artikan sebagai
ekonomi usaha kecil dapat terlibat di dalamnya dan turut mengambil manfaatnya.
Dalam kondisi
seperti sekarang ini jelas
lapisan terbesar rakyat Indonesia ini tidak akan dapat mengikuti, apalagi memanfaatkan
perkembangan ekonomi yang demikian.
Betapapun majunya negara kita,
kalau yang maju hanya satu bagian kecil saja, sedangkan lapisan terbesarnya
makin jauh tertinggal, ancaman terhadap persatuan dan kesatuan justru akan menjadi
lebih besar dibandingkan dengan pada saat kita semua sama-sama serba
kekurangan.
Oleh karena itu, membangun
ekonomi usaha kecil, menghilangkan kemiskinan, dan mendorong kemajuan
wilayah-wilayah yang tertinggal adalah tantangan yang mendasar dalam konsep pembangunan
Indonesia.
Selain itu,
kegiatan usaha di Indonesia sebagian besar masih didominasi oleh pengusaha besar
yang jumlahnya sedikit dengan aset yang besar, sedangkan pengusaha kecil yang
jumlahnya
sangat besar hanya memiliki aset
dalam jumlah yang kecil. Di lain pihak, lapisan pengusaha Kecuali untuk yang
berpendidikan tidak tamat SD dan tidak pernah sekolah. Berdasarkan SUPAS 1985
dan 1995, persentase angkatan kerja yang belum pernah sekolah dan tidak
tamat SD menurun pada periode
1985-1995 masing-masing dari 21,71 persen menjadi 12,09 persen dan 34,41 persen
menjadi 24,49 persen. Dalam periode yang sama, angkatan kerja yang
berpendidikan SD meningkat dari 27,59 persen menjadi 33,37 persen. SUPAS 1985
dan 1995 menunjukkan bahwa pada tahun 1985, tingkat pengangguran berpendidikan SLTA
sebanyak 7,6 persen meningkat menjadi 12,36 persen dalam tahun 1995. Tingkat
pengangguran
berpendidikan Diploma dan Akademi
meningkat dari 3,9 persen menjadi 10,9 persen. Sedangkan tingkat pengangguran
yang berpendidikan Universitas meningkat dari 3,2 persen menjadi 13,5 persen.
Menurut statusnya, tenaga kerja yang berusaha dengan dibantu oleh
karyawan/pekerja tetap dan yang
bekerja sebagai karyawan/pekerja
dengan upah dan gaji digolongkan sebagai tenaga kerja di sektor formal.
Sedangkan tenaga kerja yang berusaha sendiri, dibantu pekerja keluarga dan atau
karyawan/pekerja tetap, serta pekerja keluarga digolongkan sebagai tenaga kerja
di s ektor informal.
menengah belum berkembang
secara sehat dan mantap. Struktur dunia usaha yang demikian tidak kukuh, selain
juga tidak mencerminkan cita-cita demokrasi ekonomi seperti yang diamanatkan
oleh konstitusi. Dalam rangka itu, kemitraan perlu terus dikembangkan dan
ditingkatkan agar menjadi
pola dalam kehidupan
ekonomi kita. Upaya itu merupakan tantangan yang tidak mudah, tetapi mutlak
harus dilakukan.
Kita menyadari bahwa
pembangunan tidak mungkin berjalan lancar apabila keadaan negara senantiasa
kacau. Kita ketahui pula bahwa suasana aman, tenteram, stabil tetapi dinamis tidak
datang dengan sendirinya dan tidak dapat pula terjamin akan tetap terpelihara,
namun harus diciptakan melalui kerja keras dan upaya yang berkesinambungan.
Kita bisa antisipasi bahwa
dalam Repelita VII,
suasana kehidupan politik nasional akan makin diwarnai oleh keinginan untuk meningkatkan
kualitas demokrasi, partisipasi kearah perbaikan dan pembaharuan, serta
kesadaran akan kemajemukan. Dengan demikian menjaga stabilitas nasional
merupakan pekerjaan yang rumit
dan memerlukan
pendekatan-pendekatan yang canggih, sehingga ini merupakan pula tantangan kita
di masa yang akan datang.
Salah
satu masalah yang menjadi kendala dalam upaya pembangunan kita adalah kelemahan
dalam birokrasi. Demikian pula dirasakan kelemahan di bidang hukum. Tanpa perbaikan
yang nyata pada kedua bidang ini, pembangunan sulit untuk bisa berjalan
optimal. Hal ini merupakan tantangan yang tidak ringan pula. Sejalan dengan
arus informasi yang mengalir makin cepat, interaksi kebudayaan kita
dengan kebudayaan
luar juga akan makin gencar. Interaksi itu dapat membuahkan hasil yang
positif dengan
memperkaya kebudayaan bangsa dan mendorong proses modernisasi. Interaksi itu juga
akan menjadi pemacu pembaharuan dan merangsang pemikiran yang lebih maju,
termasuk melahirkan teknologi baru. Sebaliknya interaksi itu, dapat juga
membawa dampak yang negatif
bahkan bisa
mengguncang masyarakat kita. Membentengi diri masyarakat dan bangsa kita, tampaknya
sudah tidak bisa dilakukan lagi dengan mendirikan tembok penghalang, tetapi
dengan penguatan ketahanan kebudayaan kita sendiri. Oleh karena itu, kita
ditanta ng untuk dapat membuat
ekonomi, teknologi,
dan pengetahuan menjadi perangkat budaya yang berwawasan kebangsaan.
Gambaran
Masyarakat Indonesia pada Repelita VII
Dengan
mengenali berbagai tantangan itu, dan berbekal modal hasil-hasil pembangunan yang
telah kita capai selama ini kita merancang upaya pembangunan dalam Repelita
VII.
Dalam Repelita VII,
pertumbuhan ekonomi diproyeksikan cukup tinggi yaitu rata-rata di atas 7 persen
per tahun. Sementara itu laju pertumbuhan penduduk kita harapkan akan terus
turunhingga mencapai 1,4 persen per tahun menjelang akhir Repe lita VII.6 Jika
kedua sasaran tersebut dapat dicapai maka pendapatan per kapita Indonesia tahun
2003 diharapkan akan
meningkat menjadi
hampir 1,8 kalilipat dibanding dengan tahun 1993, atau menjadi sekitar US$1.400
berdasarkan harga konstan US$ 1993 atau sekitar US$2.000 pada harga yang
berlaku.
Dengan
sasaran itu, kita akan memantapkan diri berada di kelas pendapatan menengah
menurut klasifikasi Bank Dunia.
Berbagai proses
transformasi akan menyertai pertumbuhan ekonomi tersebut.
Transformasi struktur
produksi akan tercermin pada peran sektor pertanian yang akan terus turun, tetapi
harus kita upayakan tidak terlalu cepat. Peran sektor industri pengolahan, yang
dewasa ini menengah belum berkembang secara sehat dan mantap.5 Struktur dunia
usaha yang demikian tidak kukuh, selain juga tidak mencerminkan cita-cita
demokrasi ekonomi seperti yang diamanatkan oleh
konstitusi. Dalam
rangka itu, kemitraan perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan agar menjadi pola
dalam kehidupan ekonomi kita. Upaya itu merupakan tantangan yang tidak mudah,
tetapi mutlak harus dilakukan.
Kita menyadari bahwa
pembangunan tidak mungkin berjalan lancar apabila keadaan negara senantiasa
kacau. Kita ketahui pula bahwa suasana aman, tenteram, stabil tetapi dinamis tidak
datang dengan sendirinya dan tidak dapat pula terjamin akan tetap terpelihara,
namun harus
diciptakan melalui
kerja keras dan upaya yang berkesinambungan. Kita bisa antisipasi bahwa dalam
Repelita VII, suasana kehidupan politik nasional akan makin diwarnai oleh
keinginan untuk meningkatkan kualitas demokrasi, partisipasi kearah perbaikan
dan pembaharuan, serta kesadaran
akan kemajemukan.
Dengan demikian menjaga stabilitas nasional merupakan pekerjaan yang rumit dan
memerlukan pendekatan-pendekatan yang canggih, sehingga ini merupakan pula
tantangan kita di masa yang akan datang.
Salah satu masalah
yang menjadi kendala dalam upaya pembangunan kita adalah kelemahan dalam
birokrasi. Demikian pula dirasakan kelemahan di bidang hukum. Tanpa perbaikan
yang nyata pada kedua bidang ini, pembangunan sulit untuk bisa berjalan
optimal. Hal ini merupakan tantangan yang tidak ringan pula.
Sejalan
dengan arus informasi yang mengalir makin cepat, interaksi kebudayaan kita dengan
kebudayaan luar juga akan makin gencar. Interaksi itu dapat membuahkan hasil
yang positif dengan memperkaya kebudayaan bangsa dan mendorong proses
modernisasi. Interaksi itu juga akan menjadi pemacu pembaharuan dan merangsang
pemikiran yang lebih maju, termasuk
melahirkan teknologi
baru. Sebaliknya interaksi itu, dapat juga membawa dampak yang negatif, bahkan
bisa mengguncang masyarakat kita. Membentengi diri masyarakat dan bangsa kita, tampaknya
sudah tidak bisa dilakukan lagi dengan mendirikan tembok penghalang, tetapi
dengan
penguatan ketahanan
kebudayaan kita sendiri. Oleh karena itu, kita ditantang untuk dapat membuat ekonomi,
teknologi, dan pengetahuan menjadi perangkat budaya yang berwawasan kebangsaan.
PERANAN MAHASISWA DALAM POLSTRANAS
Peranan yang
diharapkan kepada mahasiswa dalam pelaksanaan Politik dan Strategi Nasional (poltranas) adalah :
a.
Mahasiswa sebagai subyek, diharapkan
menyadari dirinya sebagai anggota masyarakat untuk dapat menyumbangkan pikiran
dan tenaga dalam pelaksanaan pembangunan antara lain dalam bentuk pengabdian
masyarakat yang merupakan bagian dari tri dharma perguruan tinggi yaitu dalam
bentuk KKN.
b.
Mahasiswa sebagai obyek dalam
pelaksanaan Polstranas sesuai dengan pembukaan UUD1945, yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, dituntut secara sungguh – sungguh menyelesaikan
studinya, sehingga ilmu yang diperoleh setelah selesai pendidikan, dapat
disumbangakan dalam pelaksanaan Polstranas.
c.
Mahasiswa sebagai generasi muda atau
generasi penerus cita dan nilai – nilai luhur bangsa, harus peka dan arif.
d.
Partisipasi mahasiswa dalam pembangunan
nasional sebagai salah satu sumber daya nasional.
PENUTUP
KESIMPULAN
Menapaki
tahap pembangunan nasional berikutnya kita perlu menghimpun sebanyak banyaknya.
modal pembangunan yang kita miliki, yakni hasil-hasil pembangunan yang telah
kita capai serta mengenali berbagai tantangan yang kita hadapi. Berbekal modal
dan penge nalan.tantangan ini kit a mengembangkan potensi yang kita miliki dan
memanfaatkan setiap peluang. Atas dasar itu, rencana pembangunan nasional
disusun untuk kemudian kita laksanakan dan kita wujudkan.
Perlu saya ingatkan
lagi bahwa saat ini kita tengah mempersiapkan penyusunan Repelita
VII, dan apa yang
saya uraikan tadi belumlah merupakan gambaran yang lengkap. Hasil akhir dari
penyusunan ini baru akan terwujud setelah GBHN 1998 tersusun. Namun, gambaran
awal ini saya sampaikan untuk kita cermati bersama, untuk kita renungkan apakah
sudah menuju ke arah yang seharusnya dan mendekatkan kita kepada amanat
pendirian Republik ini.
SARAN
Kami menyadari bahwa makalah yang kami
buat ini tidaksepenuhnya sempurna. Walaupun demikian kami bersyukur dapat
melaksanakan diskusi ini . karena kita dapat mempelajarinya bersama – sama dan
memecahkan permasalahan dalam materi kami.
Demikianlah pelaksanaan diskusi dari
kelompok kami ,kurang lebihnya kamimohon maaf.
Wassalamu Alai’kum
Warahmatullahi wabarakatuh.......
No comments:
Post a Comment