SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Pokok
bahasan : Anemia
Sub
pokok bahasan : Anemia Pada Ibu Hamil
Sasaran : ibu hamil
Tempat :Poli Obgyn RSUD Dr.H. Chasan Boesoirie Ternate
Hari/tanggal : Sabtu, 03 Oktober 2015
Waktu : 15 menit
Tujuan
umum : Setelah diadakan penyuluhan tentang Anemia dalam kehamilan selama
15 menit, diharapkan ibu hamil dapat mengerti dan memahami
tentang anemia pada ibu hamil.
Tujuan
khusus : diharapkan ibu hamil
mampu
1.
Pengertian anemia dan anemia pada ibu hamil
2.
Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia
3.
Macam-macam anemia pada ibu hamil dan penyebabnya
4.
Akibat anemia pada ibu hamil
5.
Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil
6.
Menjelaskan cara minum tablet zat besi yang benar
Pokok materi :
1.
Pengertian anemia dan anemia pada ibu hamil
2.
Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia
3.
Macam-macam anemia pada ibu hamil dan penyebabnya
4.
Factor resiko anemia pada ibu hamil
5.
Etiologi kehamilan dengan anemia
6.
Pengaruh anemia pada kehamilan
7.
Peñatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil
Pelaksanaan :
ceramah dan tanya jawab
DaftarPustaka :
SarwonoPrawirohardjo,
“IlmuKebidanan, Edisi 3,
2010. EGC
MATERI PENYULUHAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL
1. Pengertian
Anemia adalah jumlah sel darah merah menurun, kadar Hb menurun di bawah
normal (normal wanita 12 gr %, pria 14 gr%). Anemia adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester
II (Saifuddin, 2002).
2. Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia
Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau keseluruhan
ciri-ciri dibawah ini, dan untuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb dalam
darah. Ciri-ciri tersebut antara lain :
a.
Konsentrasi hilang
b.
Lemah, letih, lesu, dan lunglai
c.
Mual dan muntah
d.
Nafas terengah-engah dan nyeri dada
e.
Nafsu makan turun
f.
Pucat pada bibir, konjungtiva, lidah, gusi, kulit.
g.
Pusing/ Sakit kepala
h.
Pandangan mata berkunang- kunang
3. Macam-macam anemia pada ibu hamil
a.
Anemia defisiensi besi/ karena kekurangan zat besi
Penyebab tersering anemia selama
kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi besi dan kehilangan darah akut.
Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena pengeluaran darah yang
berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi
pada suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting anemia defisiensi besi pada
kehamilan berikutnya.
Status gizi yang kurang sering
berkaitan dengan anemia defisiensi besi (Scholl, 1998). Pada gestasi biasa
dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh kehamilannya
rata-rata mendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila tersedia, untuk ekspansi massa
hemoglobin ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit.
Jumlah total ini 1000 mg jelas melebihi cadangan besi pada sebagian besar
wanita. Kecuali apabila perbedaan antara jumlah cadangan besi ibu dan kebutuhan
besi selama kehamilan normal yang disebutkan diatas dikompensasi oleh
penyerapan besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia defisiensi besi.
Dengan meningkatnya volume darah
yang relatif pesat selama trimester kedua, maka kekurangan besi sering
bermanifestasi sebagai penurunan tajam konsentrasi hemoglobin. Walaupun pada
trimester ketiga laju peningkatan volume darah tidak terlalu besar, kebutuhan
akan besi tetap meningkat karena peningkatan massa hemoglobin ibu berlanjut dan
banyak besi yang sekarang disalurkan kepada janin. Karena jumlah besi tidak
jauh berbeda dari jumlah yang secara normal dialihkan, neonatus dari ibu dengan
anemia berat tidak menderita anemia defisiensi besi ( Arisman, 2007 ).
b.
Anemia karena perdarahan
Sering terjadi pada masa nifas.
Solusio plasenta dan plasenta previa dapat menjadi sumber perdarahan serius dan
anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada awal kehamilan, anemia akibat
perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan mola
hidatidosa. Perdarahan masih membutuhkan terapi segera untuk memulihkan dan
mempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun jumlah darah yang diganti
umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin akibat perdarahan secara tuntas,
secara umum apabila hipovolemia yang berbahaya telah teratasi dan hemostasis
tercapai, anemia yang tersisa seyogyanya diterapi dengan besi. Untuk wanita
dengan anemia sedang yang hemoglobinnya lebih dari 7 g/dl, kondisinya stabil,
tidak lagi menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dapat berobat jalan tanpa
memperlihatkan keluhan, dan tidak demam, terapi besi selama setidaknya 3 bulan
merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan transfusi darah (Sarwono, 2005
).
c.
Anemia karena radang/ keganasan
Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan
berat badan, dan pucat sudah sejak jaman dulu dikenal sebagai ciri penyakit
kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan neoplasma menyebabkan
anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat, biasanya dengan eritrosit yan
sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi khususnya tuberculosis,
endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab, tetapi terapi
antimikroba telah secara bermakna menurunkan insiden penyakit-penyakit
tersebut. Saat ini, gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi virus
imunodefisiensi manusia (HIV), dan peradangan kronik merupakan penyebab
tersering anemia bentuk ini.
Selama kehamilan, sejumlah penyakit
kronik dapat menyebabkan anemia. Beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal
kronik, supurasi, penyakit peradangan usus (inflammatory bowel disease), lupus
eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa, keganasan, dan arthritis
remotoid. Anemia biasanya semakin berat seiring dengan meningkatnya volume
plasma melebihi ekspansi massa sel darah merah. Wanita dengan pielonefritis
akut berat sering mengalami anemia nyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat
meningkatnya destruksi eritosit dengan produksi eritropoietin normal (Cavenee
dkk,2001).
d.
Anemia aplastik karena kerusakan sumsum tulang
Walaupun jarang dijumpai pada
kehamilan, anemia aplastik adalah suatu penyulit yang parah. Diagnosis
ditegakkan apabila dijumpai anemia, biasanya disertai trombositopenia,
leucopenia, dan sumsum tulang yang sangat hiposeluler (Marsh dkk, 1999).
Sekitar sepertiga kasus, anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi,
radiasi, leukemia, dan gangguan imunologis.
Kelainan fungsional mendasar
tampaknya adalah penurunan mencolok sel induk yang terikat di sumsum tulang.
Banyak bukti yang menyatakan bahwa penyakit ini diperantarai oleh proses
imunologis (Young dan Maciejewski, 1999). Pada penyakit yang parah, yang
didefinisikan sebagai hiposelularitas sumsum tulang yang kurang dari 25%, angka
kelangsungan hidup 1 tahun hanya 20 %.(Suhemi, 2007).
e.
Anemia hemolitik karena usia sel darah merah yang
pendek
Anemia hemolitik disebabkan
penghancuran/pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini
dapat disebabkan oleh :
1.
Faktor intra korpuskuler dijumpai pada anemia
hemolitik heriditer, talasemia, anemia sel sickle (sabit), hemoglobin, C, D, G,
H, I dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria
2.
Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis,
keracun zat logam, dan dapat beserta obat-obatan, leukemia, penyakit hodgkin
dan lain-lain.
Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi
kelainan pada organ-organ vital. Pengobatan bergantung pada jenis anemia
hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya di
berantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis
obat-obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang berulang
dapat membantu penderita ini.
f.
Anemia megaloblastik karena gangguan pencernaan
Anemia megaloblastik yang disebabkan
oleh kekurangan vitamin B12 selama kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai
oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12 karena tidak adanya faktor intrinsik.
Ini adalah suatu penyakit autoimun yang sangat jarang pada wanita dengan
kelainan ini. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih mungkin dijumpai
pada mereka yang menjalani reseksi lambung parsial atau total. Kausa lain
adalah penyakit Crohn, reseksi ileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan di
usus halus.
Kadar vitamin B12 serum diukur
dengan radio immunoassay. Selama kehamilan, kadar non hamil karena berkurangnya
konsentrasi protein pengangkut B12 transkobalamin. Wanita yang telah menjalani
gastrektomi total harus diberi 1000 mg sianokobalamin (vitamin B12)
intramuscular setiap bulan. Mereka yang menjalani gastrektomi parsial biasanya
tidak memerlukan terapi ini, tetapi selama kehamilan kadar vitamin B12 perlu
dipantau. Tidak ada alasan untuk menunda pemberian asam folat selama kehamilan
hanya karena kekhawatiran bahwa akan terjadi gangguan integritas saraf pada
wanita yang mungkin hamil dan secara bersamaan mengidap anemia pernisiosa
Addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga tidak diobati).
g.
Anemia karena penyakit keturunan misalnya anemia sel
sabit
Penyakit sel sabit (sickle cell
disease) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah
yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel
darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya
abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan
bentuk sel menjadi seperti sabit. Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan
merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang dan organ
lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel
sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah, menyebabkan
anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin kematian.
Anemia sel sabit adalah kondisi
serius di mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit, seperti huruf
C. Sel darah merah normal berbentuk donat tanpa lubang (lingkaran, pipih di
bagian tengahnya), sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan
mudah dan memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah
berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh
darah yang menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan
menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh.
4. Akibat Anemia Pada Ibu Hamil
Akibat anemia pada ibu hamil antara
lain :
a.
Abortus/ keguguran
b.
Bayi lahir prematur
c.
Bayi lahir cacat
d.
Infeksi pada saat dan sesudah persalinan
e.
Kekurangan cadangan besi
f.
Kematian ibu dan janin
g.
Lemah jantung
h.
Perdarahan setelah persalinan
i.
Persalinan preterm/sebelum waktunya
j.
Proses persalinan lama
k.
Syok
5. Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil
Penatalaksanaan
dan pencegahan yang umum dilakukan adalah dengan pemberian suplemen zat besi
sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kadar Hb semua ibu hamil dilakukan pada kunjungan ANC pertama dan
pada minggu ke-28. Apabila ditemukan ibu hamil dengan anemia berikan tablet Fe
2-3 kali 1 tablet perhari dan disarankan untuk tetap minum tablet zat besi sampai
4-6 bulan setelah persalinan. Pada ibu hamil trimester 3 dengan anemia
perlu diberi zat besi dan asam folat secara IM dan disarankan untuk bersalin di
rumah sakit.
Pencegahan
juga bisa dilakukan secara mandiri dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dan memperbanyak konsumsi makanan-makanan
yang kaya akan zat besi seperti hati ayam (disarankan hati ayam kampung)
ataupun sapi, sayur bayam dan juga buah-buahan (disarankan hati hewan, sayur
dan buah organik). Dengan mengkonsumsi semua makanan tersebut, zat besi yang
sangat diperlukan oleh sel-sel darah merah dapat terpenuhi secara maksimal dan
dapat terhindar dari. Periksakan sedini mungkin apabila terdapat tanda-tanda
anemia, agar langkah-langkah antisipasi bisa segera dilakukan.
6. Cara meminum Tablet zat besi
a.
Sehari minum 1 tablet Fe setelah makan malam untuk
mengurangi rasa mual
b.
Minum tablet Fe bersamaan dengan vitamin C dan vitamin
B12, misalnya dengan jus jeruk atau air lemon untuk membantu proses penyerapan.
c.
Jangan minum tablet Fe bersamaan dengan kopi, teh,
alkohol dan susu karena dapat menghambat proses penyerapan.
No comments:
Post a Comment