EJAKULASI ( Cairan sperma )
A.
Anatomi Alat Reproduksi Pria
1.
Penis
Gambar 1.1 gambar penis
Penis (dari
bahasa Latin yang artinya ekor´, akar katanya sama dengan phallus, yang berarti
sama) adalah alat kelamin jantan. Penis merupakan organel eksternal, karena
berada di luar ruang tubuh. Pada manusia, penis terdiri atas tiga bangunan
silinder berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian
atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian
bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra.
Ujung penis disebut dengan glan penis. Uretra pada penis dikelilingi oleh
jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan
ujung-ujung saraf perasa.
Fungsi penis
secara biologis adalah sebagai alat pembuangan sisa metabolisme berwujud cairan
(urinasi) dan sebagai alat bantu reproduksi. Penis sejati dimiliki oleh
mamalia.
2.
Skrotum
Gambar
1.2 skrotum
Skrotum adalah kantung ( terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus testi
s atau buah zakar. Skrotum terletak diantara peni s dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini serupa dengan labia mayora.
Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di
antara skrotumkanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan
ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan
skrotum sehinggadapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat
serat-serat ototyang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang
disebut otot kremaster.Pada skrotum manusia dan beberapa mamalia bisa terdapat
rambut pubis. Rambut pubis mulai tumbuh sejak masa pubertas.
Fungsi utama
skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatulingkungan yang memiliki suhu
1-8oC lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini
dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan olehsistem otot rangkap yang
menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasitestis atau membiarkan
testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Pada manusia, suhu testis
sekitar 34°C. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengeratkan atau melonggarkan
skrotum, sehingga testis dapat bergerak mendekat atau menjauhi tubuh.
Testis akan diangkat mendekati tubuh pada suhudingin dan bergerak menjauh pada
suhu panas.
3.
Testis
Gambar 1.3 Testis
Testis adalah kelenjar
kelamin jantan pada hewan dan manusia. Testis berjumlah sepasang (testes =
jamak). Testis dibungkus oleh skrotum, kantong kulit di bawah perut. Pada
manusia, testis terletak di luar tubuh, dihubungkan dengan tubulus spermatikus
dan terletak di dalam skrotum. Ini sesuai dengan fakta bahwa proses
spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien dengan suhu lebih rendah dari
suhu tubuh (< 37°C).
Pada tubulus
spermatikus terdapat otot kremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat
testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot kremaster akan
berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Fenomena ini dikenal dengan refleks
kremaster.
Selama masa
pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis. Ukuran testis
bergantung pada produksi sperma (banyaknya spermatogenesis), cairan
intersisial, dan produksi cairan dari sel sertoli.
Pada umumnya, kedua
testis tidak sama besar. Dapat saja salah satu terletak lebih rendah dari yang
lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan struktur anatomis pembuluh darah pada
testis kiri dan kanan.
Testis berperan pada
sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis
Ø Memproduksi sperma (spermatozoa)
Ø Memproduksi hormon seks pria seperti testosteron.
Kerja testis di bawah pengawasan hormon
gonadotropik dari kelenjar pituitari bagian anterior:
Ø Luteinizing
hormone (LH)
Ø
Follicle-stimulating hormone (FSH)
Testis dibungkus oleh
lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea. Di dalam testis terdapat banyak
saluran yang disebut tubulus
seminiferus. Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang sudah
atau tengah berkembang.
Spermatozoa (sel benih yang sudah siap untuk diejakulasikan), akan
bergerak dari tubulus menuju rete testis, duktus efferen, dan epididimis. Bila
mendapat rangsangan seksual, spermatozoa dan cairannya (semua disebut air mani)
akan dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferen dan akhirnya, penis. Di
antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial Leydig. Sel Leydig
memproduksi hormon testosteron. Pengangkatan testis disebut orchidektomi atau
kastrasi.
4.Saluran
reproduksi
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria
terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra.
a) Epididimis (tempat pematangan sperma)
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar
dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri.
Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma
menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
b)
Vas deferens (saluran sperma dari testis ke kantong sperma)
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran
lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas
deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam
kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma
dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
c)
Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung
semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk
ke dalam uretra.
d)
Uretra
Uretra
merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi
sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk
membuang urin dari kantung kemih.
5.
Kelenjar aksesoris
a) Vesikula
seminalis (tempat penampungan
sperma)
b) Kelenjar
prostat (penghasil cairan
basa untuk melindungi sperma)
c) Kelenjar
bulbouretra / cowper
6. Tahap-Tahap Aktifitas Seksual Pria
a)
Ereksi penis
Ereksi disebabkan
karena impuls parasimpatis yang melepaskan nitric
oxide dan atau peptide intestinal vasoaktif selain asetilkolin.5
Selama ereksi, jaringan arteri memasok darah sekurang-kurangnya 100-140 ml.
Pada puncak ereksi, tekanan intrakavernosa melebihi tekanan sistolik.
b)
Lubrikasi
Selama perangsangan
seksual, serabut saraf parasimpatis juga menyebabkan glandula uretral dan
bulbouretral mensekresi cairan mukosa yang mengalir melewati uretra.
c)
Emisi dan ejakulasi
Emisi adalah
pergerakan semen ke dalam uretra. Ejakulasi merupakan proses terdorongnya semen
keluar dari uretra di saat orgasme.
d)
Resolusi
Pada fase terahir terjadi kontriksi otot polos
trabekuler dan vasokontriksi arteriol yang memasok darah ke jaringan erektil.
Terjadi aliran darah keluar dari sinus venosus sehingga penis menjadi lemas
atau flacid. Fase ini diperantarai
oleh saraf adrenergik simpatis.
Mekanisme fungsi seksual melibatkan beberapa unsur :
libido, ereksi dan ejakulasi. Disfungsi seksual dapat terjadi akibat gangguan
fungsi tersebut dan kombinasinya.
7. Proses Ejakulasi
Ejakulasi merupakan peristiwa
pengeluaran air mani dari penis sewaktu puncak senggama. Tahapannya adalah
sebagai berikut:
Sperma dari tubulus seminiferus à rete testis à duktus
efferent à epididimis à vas deferen à kontraksi otot polos vesica seminalis dan
prostat yang akan menambah cairan ke sperma sehingga disebut air mani à duktus
ejakulatoris à
uretra.
B.
Ejakulasi Dini
Ejakulasi dini berarti ketidakmampuan mengontrol
ejakulasi sehingga terjadi dalam waktu singkat, yang tidak sesuai dengan
keinginannya, sedangkan ejakulasi sendiri adalah peristiwa penyemburan air mani
ke luar secara mendadak yang menandai klimaks bagi pria.
Organ reproduksi pria dibagi atas dua bagian, yaitu
organ reproduksi eksternal dan internal. Organ reproduksi eksternal terdiri
dari penis dan scrotum. Dan organ reproduksi internal terdiri dari testis,
tubulus seminiferus, epididimis, fas deverens, vesika seminalis, duktus
ejakulatorius, duktus prostatikus dan uretra. Penis terdiri dari tiga bagian :
akar, badan, dan glans penis yang membesar dan banyak mengandung ujung-ujung
saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar urin dan semen serta
sebagai organ kopulasi.
Ø Cairan sperma
Cairan Sperma yang sudah matang
memiliki bagian-bagian seperti kepala, leher, bagian tengah, dan ekor. Bagian
kepala sperma terlindungi suatu badan yang disebut akrosom. Bagian ini berinti
haploid. Selain itu, badan ini juga mengandung enzim hialurodinase dan
proteinase. Enzim ini berfungsi saat proses penembusan lapisan sel telur. Pada
bagian tengahnya terdapat mitokondria kecil yang berfungsi menyediakan energi
untuk menggerakkan ekor sperma. Untuk lebih jelasnya silahkan diperhatikan
gambar sperma berikut ini.
Cairan ini bening dan biasanya
terlihat di ujung penis ketika ereksi, meski tak semua laki-laki mengalaminya.
Cairan praseminal berfungsi untuk membantu menetralkan lingkungan asam dari
uretra dan juga membantu melindungi sperma yang akan keluar. Cairan pra-mani
tidak mengandung satupun sperma, yang artinya cairan ini tidak bisa membuahi
sel telur. Bagaimanapun, jika sperma
"tertinggal" dalam uretra dari ejakulasi sebelumnya, ini bisa masuk
dalam cairan tersebut. Sisa sperma masuk kembali ke ujung penis ketika gairah
sedang tinggi yang mungkin membuat sejumlah sperma ikut terangkut ke dalam
cairan ini dan masuk ke tubuh pasangan seksual. Dalam kondisi tersebut, cairan
pra-mani dan hubungan seksual tanpa kondom atau alat kontrasepsi bisa
menyebabkan kehamilan. Sekali sperma dalam cairan pra-ejakulasi masuk ke dalam
vagina, ia dapat membuahi sel telur, bahkan jika pria menariknya keluar sebelum
ejakulasi.
Gambar 1.4 sel sperma
C.
Pemeriksaan Ejakulat
Pemeriksaan
yang pertama kali dilakukan untuk menilai adanya masalah pada kesuburan
pria adalah dengan melakukan analisis sperma. Pemeriksaan sperma
dilakukan melalui bahan sperma yang dikeluarkan melalui jalan masturbasi
ataupun melalui sanggama terputus. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan segera
(paling lambat 1 jam setelah sperma dikeluarkan). Syarat pemeriksaan sperma
analisis:
a)
Keadaan pria hari
pemeriksaan hendaknya cukup sehat, tidak dalam keadaan lelah, lapar dan cukup
beristirahat sebelumnya.
b)
Sperma dikeluarkan setelah
didahului oleh abstinensia seksual (tidak ejakulasi dengan cara apapun) selama
3 – 4 hari (rekomendasi WHO abstinensia 2 sampai 7 hari).
c)
Sperma dikeluarkan
secara mastrurbasi di Laboratorium, dan harus di tampung secara utuh.
Pada kondisi dimana pria tidak dapat mengeluarkan
sperma di laboratorium, maka boleh yang bersangkutan dapat mengeluarkan di
tempat lain, misalnya di rumah/hotel dekat dengan laboratorium dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
a)
Masturbasi tidak
diperkenankan memakai bahan pelicin seperti sabun, minyak dan lain-lainnya.
b)
Wadah penampung harus
terbuat dari gelas yang sudah dicuci bersih dan dibilas berulang-ulang untuk
menghilangkan sisa sabun/ditergen yang di pakai. Botol sebaiknya bermulut
lebar, mempunyai volume 20-50 ml. Sebaiknya wadah dalam keadaan steril dan
sudah dipersiapkan oleh laboratorium pemeriksa.
c)
Tidak diperkenankan
menampung sperma kedalam kondom.
d)
Gelas penampung
ditutup cukup dengan penutup atau dengan kertas
e)
Sperma yang sudah
tertampung segera diserahkan kepada petugas laboratorium dalam waktu setengah
sampai satu jam.
f)
Dalam perjalanan
menuju laboratorium suhu sperma dipertahankan sekitar 25-35oC,
misalnya dalam kantong pakaian yang dikenakan.
Pemeriksaan dengan melakukan senggama terputus boleh
dilakukan asalkan dengan memperhatikan persyaratan/persiapan yang tersebut di
atas.
1.
Analisa sperma Secara Makroskopis
Sperma yang baru keluar selalu
menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara lendir putih yang cair. Pada
sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar dalam waktu
15 – 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan
(Liquefaction). Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim – enzim yang
diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis
antara lain meliputi :
a. Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
Ø Sperma ditampung seluruhnya dalam botol
penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi
Ø Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai
skala volume 0,1 ml.
Ø Kemudian baca hasil.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 – 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 – 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.
Hypospermia disebabkan oleh :
Ø Ejakulasi yang berturut-turut
Ø Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
Ø Penampung sperma tidak sempurna
Hyperspermia
disebabkan oleh :
Ø Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis
terlalu giat.
Ø Minum obat hormon laki – laki.
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar
prostat dan vesika seminalis.
b.
PH
Sperma yang normal tidak banyak
berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH
kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.
Cara
kerjanya :
Celupkan kertas pH dalam sperma yang
homogen yang terdapat dalam botol penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH
menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 – 7,8. pengukuran sperma harus segera
dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma.
Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa
sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin
juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya. pH yang rendah
terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika
seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil,buntu dan rusak.
c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau
yang khas atau spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah
mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Sekali seorang telah mempunai engalaman,
maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang khas tersebut. Baunya Sperma yang
khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Cara pemeriksaannya
Sperma yang baru keluar pada botol
penampung dicium baunya Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas Dalam keadaan infeksi
sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor /
kaporit.
1) Warna sperma
Memeriksa
warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya
berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya
lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna
sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna
kemerahan.
Cara kerja :
Sperma yang
ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang warna putih menggunakan penerangan yang
cukup.
2)
Liquefection
Liquefaction
dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan
jalan melihat coagulumnya. Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar
prostat ada gangguan (semininnya jelek). Bila sperma yang baru diterima
langsung encer mungkin : Tak mempunyai
coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang
tak mempunyai vesika seminalis.
3) Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan
atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna.
Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara subyektif
Dengan
menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik
maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm. Makin panjang benang yang
terjadi makin tinggi viskositasnya.
Cara Pipet Elliason
Syaratnya
sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Mengukur vikositas
dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma dipipet sampai
angka 0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Setalah itu arahkan pipet
tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan pertama stopwath
dimatikan dan hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma normal < 2
detik. Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini
mungkin disebabkan karena :
Ø Spermatozoa terlalu banyak
Ø Cairannya sedikit
Ø Gangguan liquedaction
Ø Perubahan komposisi plasma sperma
Ø Pengaruh obat-obatan tertentu.
4)
Fruktosa
Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh
vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini dapat
disebabkan karena
Ø Azospermia yang disebabkan oleh
agenesis vas deferens
Ø Bila kedua duktus ejakulatorius
tersumbat
Ø Kelainan pada kelenjar vesika
seminalis
Cara
pemeriksaan fruktosa :
Ø 0.05 ml sperma + 2 ml larutan
resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur sampai rata.
Ø Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
Ø Bila sperma mengandung fruktosa maka
campuran diatas menjadi merah coklat atau merah jingga.
Ø Bila tidak ada fruktosa maka tidak
menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia.
2.
Analisa Sperma Secara Mikroskopik
Sebelum pemeriksaan mikroskopik,
sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk pemeriksaan mikroskopik maka 1
tetes sperma, diameter sekitar 2 – 3 mm, diletakan diatas gelas objek yang
bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu siap di periksa
dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X.
a.
Uji Motilitas :
Cara kerja
1)
Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair
di atas objective glass dan tutup dengan cover glass.
2)
Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40 X.
3)
Perhatikan berapa % spermatozoa yang bergerak aktif
dan hitung pula waktu yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi, karena semakin
banyak waktu lewat semakin berkurang motilitas spermatozoa Berkurangnya
motolitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan sampel.
4)
Campurlah sedikit air mani dengan larutan Eosin 0,5%
dalam air, untuk membeda-kan spermatozoa yang tidak bergerak aktif dari yang
mati. Untuk spermatozoa yang mati akan memberi warna
kemerah-merahan dan yang non-aktif saja tidak berwarna.
Nilai Normal
Ø Pergerakan aktif
= > 50 %
Ø Pergerakan lemah
= < 30 %
Ø Tidak bergerak
= < 20 %
Ø Jumlah sperma
= 60 - 150 Juta mL
b. Jumlah Spermatozoa
Cara kerja
1)
Menghitung spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung
Improved Neubauer dan teteskanlah air mani dengan pipet leukosit.
2)
Untuk mengencerkan dapat digunakan aquadestilata,
isilah pipet leukosit dengan air mani yang sudah mencair dengan
aquadest sampai garis bertanda 0,5 dan kemudian aquadest sampai garis bertanda
11.
3)
Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung Improved
Neubauer pada permukaan seluas 1 mm2 Jumlah yang
dihitung dikalikan 200.000 untuk mendapatkan jumlah spermatozoa dalam1 ml mani.
4)
Pemeriksaan jumlah spermatozoa perlu disarankan untuk
dilakukan hitung ulang pada lain waktu karena kualitas air mani seseorang akan
berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain.
Nilai
Normal : Jumlah sperma = 60 - 150
Juta mL
c.
Morfologi:
1)
Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah
tepi biarkan mengering pada hawa udara.
2)
Kemudian lakukan fiksasi dengan metilalkohol
(methanol) selama 5 menit.
3)
Selanjutnya diwarnai dengan Reagen Giemsa/Wright atau
lainny.
4)
Periksalah morfologi spermatozoa dengan perbesaran 100
X menggunakan minyak Imersi (kepala dan ekor spermatozoa).
5)
Hitung % kelainan (abnormal) bentuk kepala (terlalu
besar, terlalu kecil, terlalu memanjang, inti terpecah dsb) dan bentuk ekor
(tidak ada ekor, ada dua ekor, ekor amat pendek dsb).
Nilai Normal
a.
Normal
Kepala dan
ekor : > 60 %
b.
Abnormal
Kepala dan
Ekor : < 40 %
d.
Jumlah Leukosit:
1)
Hitunglah Leukosit yang ditemukan dalam kamar hitung
Improved Neubauer seperti hitung sel leukosit pada sediaan darah dan
2)
Catat jumlah leukositnya.
Nilai
Normal
Jumlah leukosit 100 ul
Aglutinasi nrgatif
3. Analisa Sperma Secara Kimia
Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar
fruktosa, nilai normal fruktosa adalah : Fruktosa tersebut berasal dari
vesiculze Seminalis.
Cara pemeriksaan Fruktosa :
Regensia :
a) Larurtan Ba(OH)2 0,3N
b) Larutan Zn SO4 0,175M
c) Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml
alkhohol 95%.
d) Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa
larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2 %
Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml. Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.
Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml. Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.
cara
kerja
1) Lakukan diproteinsasi mani yang akan
diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan 0.1 ml mani dengan 2.9 ml air.
Kemudian tambah 0.5 ml larutan Ba(OH)2 campur tambahan 0.5 ml Zn SO4. kemudian
dicentrifuqe.
2) Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt
(test) S (standar) dan B (banko)
3) Tabung T diisi 2 ml cairan pada
langkah 1
Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa
Tabung B diisi 2 ml aquadest
Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa
Tabung B diisi 2 ml aquadest
4) Ketiga tabung ditambah masing -
masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl
5) Campur isi tabung, panasi dalam weter
bath 900 C selama 10 menit
6) Baca aboubusi T terhadap S pada 490
mm dengan spektrofotometer.
Hitung
kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl
Kadar
Fruktosa sperma normal : 120 – 450 mg/dl.
4.
Hasil pemeriksaan
sperma yang normal menurut WHO
Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa
sperma/air mani yang normal, sebagai berikut :
1)
Volume total cairan
lebih dari 2 ml.
2)
Konsentrasi sperma
paling sedikit 20 juta sperma/ml.
3)
Morfologinya paling
sedikit 15% berbentuk normal
4)
Pergerakan sperma
lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak secara acak kurang dari 1
jam setelah ejakulasi
5)
Adanya sel darah putih
kurang dari 1 juta/ml .
6)
Analisa lebih lanjut
(tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada kurang dari 10 %
dari jumlah sperma)
No comments:
Post a Comment