Visitor

Wednesday, January 25, 2017

EJAKULASI




EJAKULASI  ( Cairan sperma )


A.       Anatomi Alat Reproduksi Pria
1.      Penis
Gambar 1.1 gambar penis
Penis (dari bahasa Latin yang artinya ekor´, akar katanya sama dengan phallus, yang berarti sama) adalah alat kelamin jantan. Penis merupakan organel eksternal, karena berada di luar ruang tubuh. Pada manusia, penis terdiri atas tiga bangunan silinder berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Ujung penis disebut dengan glan penis. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.
Fungsi penis secara biologis adalah sebagai alat pembuangan sisa metabolisme berwujud cairan (urinasi) dan sebagai alat bantu reproduksi. Penis sejati dimiliki oleh mamalia.
2.    Skrotum
Gambar  1.2 skrotum
Skrotum adalah kantung ( terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus testi s atau buah zakar. Skrotum terletak diantara peni s dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini serupa dengan labia mayora. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotumkanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehinggadapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat ototyang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster.Pada skrotum manusia dan beberapa mamalia bisa terdapat rambut pubis. Rambut pubis mulai tumbuh sejak masa pubertas.
Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatulingkungan yang memiliki suhu 1-8oC lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan olehsistem otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasitestis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Pada manusia, suhu testis sekitar 34°C. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat bergerak mendekat atau menjauhi tubuh. Testis akan diangkat mendekati tubuh pada suhudingin dan bergerak menjauh pada suhu panas.
3.   Testis
Gambar 1.3 Testis
Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan dan manusia. Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis dibungkus oleh skrotum, kantong kulit di bawah perut. Pada manusia, testis terletak di luar tubuh, dihubungkan dengan tubulus spermatikus dan terletak di dalam skrotum. Ini sesuai dengan fakta bahwa proses spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien dengan suhu lebih rendah dari suhu tubuh (< 37°C).
Pada tubulus spermatikus terdapat otot kremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot kremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Fenomena ini dikenal dengan refleks kremaster.
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis. Ukuran testis bergantung pada produksi sperma (banyaknya spermatogenesis), cairan intersisial, dan produksi cairan dari sel sertoli.
Pada umumnya, kedua testis tidak sama besar. Dapat saja salah satu terletak lebih rendah dari yang lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan struktur anatomis pembuluh darah pada testis kiri dan kanan.
Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis
Ø Memproduksi sperma (spermatozoa)
Ø Memproduksi hormon seks pria seperti testosteron.
Kerja testis di bawah pengawasan hormon gonadotropik dari kelenjar pituitari bagian anterior:
Ø Luteinizing hormone (LH)
Ø Follicle-stimulating hormone (FSH)
Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea. Di dalam testis terdapat banyak saluran yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang sudah atau tengah berkembang.
Spermatozoa (sel benih yang sudah siap untuk diejakulasikan), akan bergerak dari tubulus menuju rete testis, duktus efferen, dan epididimis. Bila mendapat rangsangan seksual, spermatozoa dan cairannya (semua disebut air mani) akan dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferen dan akhirnya, penis. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial Leydig. Sel Leydig memproduksi hormon testosteron. Pengangkatan testis disebut orchidektomi atau kastrasi.
4.Saluran reproduksi
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra.
a)   Epididimis (tempat pematangan sperma)
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
b)   Vas deferens (saluran sperma dari testis ke kantong sperma)
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).



c)    Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
d)   Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
5.      Kelenjar aksesoris
a)   Vesikula seminalis (tempat penampungan sperma)
b)   Kelenjar prostat (penghasil cairan basa untuk melindungi sperma)
c)    Kelenjar bulbouretra / cowper
6.      Tahap-Tahap Aktifitas Seksual Pria
a)   Ereksi penis
Ereksi disebabkan karena impuls parasimpatis yang melepaskan nitric oxide dan atau peptide intestinal vasoaktif selain asetilkolin.5 Selama ereksi, jaringan arteri memasok darah sekurang-kurangnya 100-140 ml. Pada puncak ereksi, tekanan intrakavernosa melebihi tekanan sistolik.
b)   Lubrikasi
Selama perangsangan seksual, serabut saraf parasimpatis juga menyebabkan glandula uretral dan bulbouretral mensekresi cairan mukosa yang mengalir melewati uretra.
c)    Emisi dan ejakulasi
Emisi adalah pergerakan semen ke dalam uretra. Ejakulasi merupakan proses terdorongnya semen keluar dari uretra di saat orgasme.


d)   Resolusi
Pada fase terahir terjadi kontriksi otot polos trabekuler dan vasokontriksi arteriol yang memasok darah ke jaringan erektil. Terjadi aliran darah keluar dari sinus venosus sehingga penis menjadi lemas atau flacid. Fase ini diperantarai oleh saraf adrenergik simpatis.
Mekanisme fungsi seksual melibatkan beberapa unsur : libido, ereksi dan ejakulasi. Disfungsi seksual dapat terjadi akibat gangguan fungsi tersebut dan kombinasinya.
7.      Proses Ejakulasi
Ejakulasi merupakan peristiwa pengeluaran air mani dari penis sewaktu puncak senggama. Tahapannya adalah sebagai berikut:
Sperma dari tubulus seminiferus à rete testis à duktus efferent à  epididimis à vas deferen à kontraksi otot polos vesica seminalis dan prostat yang akan menambah cairan ke sperma sehingga disebut air mani à duktus ejakulatoris à uretra.

B.   Ejakulasi Dini
Ejakulasi dini berarti ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sehingga terjadi dalam waktu singkat, yang tidak sesuai dengan keinginannya, sedangkan ejakulasi sendiri adalah peristiwa penyemburan air mani ke luar secara mendadak yang menandai klimaks bagi pria.
Organ reproduksi pria dibagi atas dua bagian, yaitu organ reproduksi eksternal dan internal. Organ reproduksi eksternal terdiri dari penis dan scrotum. Dan organ reproduksi internal terdiri dari testis, tubulus seminiferus, epididimis, fas deverens, vesika seminalis, duktus ejakulatorius, duktus prostatikus dan uretra. Penis terdiri dari tiga bagian : akar, badan, dan glans penis yang membesar dan banyak mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar urin dan semen serta sebagai organ kopulasi.
Ø Cairan sperma
Cairan Sperma yang sudah matang memiliki bagian-bagian seperti kepala, leher, bagian tengah, dan ekor. Bagian kepala sperma terlindungi suatu badan yang disebut akrosom. Bagian ini berinti haploid. Selain itu, badan ini juga mengandung  enzim hialurodinase dan proteinase. Enzim ini berfungsi saat proses penembusan lapisan sel telur. Pada bagian tengahnya terdapat mitokondria kecil yang berfungsi menyediakan energi untuk menggerakkan ekor sperma. Untuk lebih jelasnya silahkan diperhatikan gambar sperma berikut ini.
Cairan ini bening dan biasanya terlihat di ujung penis ketika ereksi, meski tak semua laki-laki mengalaminya. Cairan praseminal berfungsi untuk membantu menetralkan lingkungan asam dari uretra dan juga membantu melindungi sperma yang akan keluar. Cairan pra-mani tidak mengandung satupun sperma, yang artinya cairan ini tidak bisa membuahi sel telur.  Bagaimanapun, jika sperma "tertinggal" dalam uretra dari ejakulasi sebelumnya, ini bisa masuk dalam cairan tersebut. Sisa sperma masuk kembali ke ujung penis ketika gairah sedang tinggi yang mungkin membuat sejumlah sperma ikut terangkut ke dalam cairan ini dan masuk ke tubuh pasangan seksual. Dalam kondisi tersebut, cairan pra-mani dan hubungan seksual tanpa kondom atau alat kontrasepsi bisa menyebabkan kehamilan. Sekali sperma dalam cairan pra-ejakulasi masuk ke dalam vagina, ia dapat membuahi sel telur, bahkan jika pria menariknya keluar sebelum ejakulasi.

Gambar 1.4 sel sperma
C.   Pemeriksaan Ejakulat
 Pemeriksaan yang pertama kali dilakukan untuk menilai adanya masalah pada kesuburan pria  adalah dengan melakukan analisis sperma. Pemeriksaan sperma dilakukan melalui bahan sperma yang dikeluarkan melalui jalan masturbasi ataupun melalui sanggama terputus. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan segera (paling lambat 1 jam setelah sperma dikeluarkan). Syarat pemeriksaan sperma analisis:
a)        Keadaan pria hari pemeriksaan hendaknya cukup sehat, tidak dalam keadaan lelah, lapar dan cukup beristirahat sebelumnya.
b)        Sperma dikeluarkan setelah didahului oleh abstinensia seksual (tidak ejakulasi dengan cara apapun) selama 3 – 4 hari (rekomendasi WHO abstinensia 2 sampai 7 hari).
c)        Sperma dikeluarkan secara mastrurbasi di Laboratorium, dan harus di tampung secara utuh.
Pada kondisi dimana pria tidak dapat mengeluarkan sperma di laboratorium, maka boleh yang bersangkutan dapat mengeluarkan di tempat lain, misalnya di rumah/hotel dekat dengan laboratorium dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a)        Masturbasi tidak diperkenankan memakai bahan pelicin seperti sabun, minyak dan lain-lainnya.
b)        Wadah penampung harus terbuat dari gelas yang sudah dicuci bersih dan dibilas berulang-ulang untuk menghilangkan sisa sabun/ditergen yang di pakai. Botol sebaiknya bermulut lebar, mempunyai volume 20-50 ml. Sebaiknya wadah dalam keadaan steril dan sudah dipersiapkan oleh laboratorium pemeriksa.
c)        Tidak diperkenankan menampung sperma kedalam kondom.
d)        Gelas penampung ditutup cukup dengan penutup atau dengan kertas
e)        Sperma yang sudah tertampung segera diserahkan kepada petugas laboratorium dalam waktu setengah sampai satu jam.
f)         Dalam perjalanan menuju laboratorium suhu sperma dipertahankan sekitar 25-35oC, misalnya dalam kantong pakaian yang dikenakan.
Pemeriksaan dengan melakukan senggama terputus boleh dilakukan asalkan dengan memperhatikan persyaratan/persiapan yang tersebut di atas.
1.    Analisa sperma Secara Makroskopis
Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 – 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan (Liquefaction). Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim – enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara lain meliputi :
a.    Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
Ø  Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi
Ø  Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
Ø  Kemudian baca hasil.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 – 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.
Hypospermia disebabkan oleh :
Ø  Ejakulasi yang berturut-turut
Ø  Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
Ø  Penampung sperma tidak sempurna
Hyperspermia disebabkan oleh :
Ø  Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.
Ø  Minum obat hormon laki – laki.
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis.
b.  PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.
Cara kerjanya :
Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 – 7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil,buntu dan rusak.
c.    Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.

Cara pemeriksaannya
Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor / kaporit.
1)      Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan.
Cara kerja :
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang  warna putih menggunakan penerangan yang cukup.
2)      Liquefection
Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya. Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek). Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin :  Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.
3)      Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm. Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.
Cara Pipet Elliason
Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Mengukur vikositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma dipipet sampai angka 0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Setalah itu arahkan pipet tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma normal < 2 detik. Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena :
Ø Spermatozoa terlalu banyak
Ø Cairannya sedikit
Ø Gangguan liquedaction
Ø Perubahan komposisi plasma sperma
Ø Pengaruh obat-obatan tertentu.
4)      Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini dapat disebabkan karena
Ø Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens
Ø Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat
Ø Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
Cara pemeriksaan fruktosa :
Ø 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur sampai rata.
Ø Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
Ø Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat atau merah jingga.
Ø Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia.

2.   Analisa Sperma Secara Mikroskopik
Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 – 3 mm, diletakan diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X.
a.    Uji Motilitas :
Cara kerja
1)   Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair di atas  objective glass dan tutup dengan cover glass.
2)   Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40 X.
3)   Perhatikan berapa % spermatozoa yang bergerak aktif dan hitung pula waktu yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi, karena semakin banyak waktu lewat semakin  berkurang motilitas spermatozoa Berkurangnya motolitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan sampel.
4)   Campurlah sedikit air mani dengan larutan Eosin 0,5% dalam air, untuk membeda-kan spermatozoa yang tidak bergerak aktif dari yang mati. Untuk spermatozoa yang mati  akan  memberi  warna  kemerah-merahan  dan yang  non-aktif saja tidak berwarna.
Nilai Normal
Ø  Pergerakan aktif     = > 50 %
Ø  Pergerakan lemah  = < 30 %
Ø  Tidak bergerak       =  < 20 %
Ø  Jumlah sperma       = 60 - 150 Juta mL
b.  Jumlah Spermatozoa
Cara kerja
1)   Menghitung spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung Improved Neubauer dan teteskanlah air mani dengan pipet leukosit.
2)   Untuk mengencerkan dapat digunakan aquadestilata, isilah pipet leukosit dengan   air mani yang sudah mencair dengan aquadest sampai garis bertanda 0,5 dan kemudian aquadest sampai garis bertanda 11.
3)   Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung Improved Neubauer  pada permukaan  seluas 1 mm2  Jumlah yang dihitung dikalikan 200.000 untuk mendapatkan jumlah spermatozoa dalam1 ml mani.
4)   Pemeriksaan jumlah spermatozoa perlu disarankan untuk dilakukan hitung ulang pada lain waktu karena kualitas air mani seseorang akan berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain.
Nilai Normal :  Jumlah sperma   =  60 - 150 Juta mL
c.   Morfologi:
1)   Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah tepi biarkan mengering pada hawa udara.
2)   Kemudian lakukan fiksasi dengan metilalkohol  (methanol) selama 5 menit.
3)   Selanjutnya diwarnai dengan Reagen Giemsa/Wright atau lainny.
4)   Periksalah morfologi spermatozoa dengan perbesaran 100 X menggunakan minyak Imersi (kepala dan ekor spermatozoa).
5)   Hitung % kelainan (abnormal) bentuk kepala (terlalu besar, terlalu kecil, terlalu memanjang, inti terpecah dsb) dan bentuk ekor (tidak ada ekor, ada dua ekor, ekor amat pendek dsb).
Nilai Normal
a.      Normal
*      Kepala dan ekor : > 60 %
b.      Abnormal
*      Kepala dan Ekor     : < 40 %
d.   Jumlah Leukosit:
1)   Hitunglah Leukosit yang ditemukan dalam kamar hitung Improved Neubauer seperti hitung sel leukosit pada sediaan darah dan
2)   Catat jumlah leukositnya.
Nilai Normal
*   Jumlah leukosit 100 ul
*   Aglutinasi nrgatif

3.    Analisa Sperma Secara Kimia
Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal fruktosa adalah : Fruktosa tersebut berasal dari vesiculze Seminalis.
Cara pemeriksaan Fruktosa :
Regensia :
a)      Larurtan Ba(OH)2 0,3N
b)      Larutan Zn SO4 0,175M
c)      Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%.
d)      Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2 %
Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml. Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.
cara kerja
1)   Lakukan diproteinsasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan 0.1 ml mani dengan 2.9 ml air. Kemudian tambah 0.5 ml larutan Ba(OH)2 campur tambahan 0.5 ml Zn SO4. kemudian dicentrifuqe.
2)   Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt (test) S (standar) dan B (banko)
3)   Tabung T diisi 2 ml cairan pada langkah 1
Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa
Tabung B diisi 2 ml aquadest
4)   Ketiga tabung ditambah masing - masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl
5)   Campur isi tabung, panasi dalam weter bath 900 C selama 10 menit
6)   Baca aboubusi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometer.
Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl
Kadar Fruktosa sperma normal : 120 – 450 mg/dl.

4.      Hasil pemeriksaan sperma yang normal menurut WHO 
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma/air mani yang normal, sebagai berikut : 
1)      Volume total cairan lebih dari 2 ml.
2)      Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml.
3)      Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal 
4)      Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak secara acak kurang dari 1 jam setelah ejakulasi 
5)      Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml .
6)      Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada kurang dari 10 % dari jumlah sperma)










No comments:

Post a Comment