YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ulkus
diabetikus adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa
luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan
setempat (Anonim, 2012).
Kaki diabetik adalah infeksi,
ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan dengan
neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah (Decroli, 2008).
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka
pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi
vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada
penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi
disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Anonym, 2012).
Menurut survey yang dilakukan oleh
organisasi kesehatan dunia (WHO), memprediksi kenaikan jumlah penyandang
DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030 (Pusat Data dan Informasi PERSI, 2012).
Di Indonesia
berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi Diabetes Mellitus
sebesar 1,5 - 2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2010 penduduk Indonesia yang berusia di
atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa dan selanjutnya berdasarkan pola
pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan terdapat 194 juta
penduduk yang berusia di atas 20 tahun diperkirakan terdapat penderita sejumlah
20,1 juta jiwa. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa
proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45 – 54 tahun daerah
perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki
ranking ke-6 yaitu 5,8% (Dep.Kes.RI).
Sementara itu, Diabetes Mellitus
menempati peringkat ke-5 dari 10 penyebab utama kematian di kota Makassar tahun
2007 dengan jumlah sebanyak 65 kasus. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kota Makassar, angka kejadian penyakit Diabetes Mellitus pada tahun 2012 sejak
bulan januari hingga desember sebanyak 7000 kasus (Riskesdas, 2007).
Diabetes Mellitus dapat menimbulkan
berbagai komplikasi akut serta kronik, salah satu bentuk komplikasi kronik dari
diabetes mellitus yang sering terjadi adalah kaki diabetes. Prevalensi
penderita ulkus diabetika di Indonesia sekitar 15% angka amputasi 30%, angka
mortalitas 32% dan ulkus diabetika merupakan sebab perawatan rumah sakit yang
terbanyak sebesar 80% untuk diabetes mellitus.
Diperkirakan masih banyak (sekitar 50%)
penyandang diabetes yang belum terdiagnosis di Indonesia. Selain itu hanya dua
pertiga saja dari yang terdiagnosis yang menjalani pengobatan, baik non
farmakologis maupun farmakologis. Dari yang menjalani pengobatan tersebut hanya
sepertiga saja yang menjalani pengobatan yang baik. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah dengan control glikemik yang optimal.
Control glikemik yang optimal sangatlah penting, namun demikian di Indonesia
sendiri target pencapaian control glikemik belum tercapai, rerata HbA1c masih
8% di atas target yang diinginkan yaitu 7% (Soewondo, 2011).
B. Tujuan
Penulisan
Penulisan
laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada tenaga medis dan dokter
mengenai penyakit diabetes mellitus dan ulkus diabetic sehingga dengan
mengetahui lebih dini, maka untuk penegakan diagnosis dalam perjalanan penyakitnya
bisa terdiagnosa secara cepat dan tepat serta mendapatkan penanganan yang lebih
baik, efektif dan efisien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu,
juga untuk mengetahui tentang perawatan luka dengan menggunakan dressing pada
ulkus diabetic.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan
Umum Tentang Ulkus Diabetikum
1. Defenisi
Ulkus
diabetikus adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa
luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan
setempat (Anonim, 2012).
Kaki diabetik adalah
infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan
dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah (Decroli,
2008).
Ulkus diabetika
merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih
lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob
(Anonym, 2012).
a. Fisiologis terjadinya ulkus kaki diabetik :
Ulkus terjadi karena
arteri menyempit dan selain itu juga terdapat gula berlebih pada jaringan yang
merupakan medium yang baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada daerah yang sering
mendapat tekan-an ataupun trauma pada daerah telapak kaki ulkus berbentuk bulat
biasa berdiameter lebih dari 1 cm berisi massa jaringan tanduk lemak, pus,
serta krusta di atas (Handaya, 2009).
2.
Klasifikasi
Ulkus Diabetik.
Untuk
tujuan klinis praktis, kaki diabetika dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu
kaki diabetika neuropati, iskemia dan neuroiskemia. Pada ulkus yang dilatar
belakangi neuropati ulkus biasanya bersifat kering, fisura, kulit hangat,
kalus, warna kulit normal dan lokasi biasanya di plantar, lesi sering berupa punch out. Sedangkan lesi akibat iskemia
bersifat sianotik, gangren, kulit dingin dan lokasi tersering adalah di jari. Bentuk
ulkus perlu digambarkan seperti; tepi, dasar, ada atau tidak pus, eksudat,
edema, kalus, kedalaman ulkus perlu dinilai dengan bantuan probe steril. Probe
(penyeledikan) dapat membantu untuk menentukan adanya sinus, mengetahui ulkus
melibatkan tendon, tulang atau sendi. Diabetic iskemik pada DM dengan iskemik
terjadi vaskuler iskemik → terjadi penyempitan pembuluh darah karena terbentuk
plak aterosklerosis pada dinding pembuluh darah → asupan darah berkurang → agregat
platelet juga berkurang → proses penyembuhan luka sukar terjadi (Anonym, 2012).
Klasifikasi Ulkus
diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner, terdiri dari 6
tingkatan (Anonim 2012) :
0 = Tidak
ada luka terbuka, kulit utuh.
1 = Ulkus
Superfisialis, terbatas pada kulit.
2 = Ulkus
lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3 = Ulkus
dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
4 = Ulkus
dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada
ibu jari kaki, bagian depan kaki atau tumit.
ibu jari kaki, bagian depan kaki atau tumit.
5 = Ulkus
dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.
3.
Tanda
dan Gejala
Tanda dan gejala ulkus diabetika
(Anonym, 2012) yaitu :
a) Sering
kesemutan.
b) Nyeri
kaki saat istirahat.
c) Sensasi
rasa berkurang.
d) Kerusakan
Jaringan (nekrosis).
e) Penurunan
denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
f) Kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
g) Kulit
kering.
4.
Patogenesis
Ulkus Diabetik
Salah
satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes mellitus adalah
ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor yang sering
disebut Trias yaitu: Iskemik, Neuropati, dan Infeksi. Pada penderita DM apabila
kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu
neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan
sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan
kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat
berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetes tidak hati-hati
dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika (Anonym, 2012).
Iskemik merupakan suatu
keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga
jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati
pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh
hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan
poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya
terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari
ujung kaki atau tungkai (Anonym, 2012).
Aterosklerosis
merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan
lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat
mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga
mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan
kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetika. Proses
angiopati pada penderita Diabetes Mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat
perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul
ulkus diabetika (Anonym, 2012).
Pada penderita DM yang
tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membran
basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat
terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah
ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika.
Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang
menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh
eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi
jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang
selanjutnya timbul ulkus diabetika. Peningkatan kadar fibrinogen dan
bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah
merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya
trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah
(Anonym, 2012).
Penderita Diabetes
mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida plasma tinggi.
Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan hipoksia dan
cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan merangsang terjadinya
aterosklerosis. Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi
penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL
(highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor
risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap
aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan
menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya
terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari
ujung kaki atau tungkai. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di
lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid
menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh
sistem phlagositosis-bakterisid intra selluler (Anonym, 2012).
Pada penderita ulkus
diabetik, 50 % akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi,
yang merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi
pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik Staphylokokus atau Streptokokus serta
kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium
septikum. Hampir 2/3 pasien dengan ulkus kaki Diabetik memberikan komplikasi
osteomielitis. Osteomielitis yang tidak terdeteksi akan mempersulit penyembuhan
ulkus. Oleh sebab itu setiap terjadi ulkus perlu dipikirkan kemungkinan adanya
osteomielitis. Diagnosis osteomielitis tidak mudah ditegakkan. Secara klinis
bila ulkus sudah berlangsung >2 minggu, ulkus luas dan dalam serta lokasi
ulkus pada tulang yang menonjol harus dicurigai adanya osteomielitis.
Spesifisitas dan sensitivitas pemeriksaan rontgen tulang hanya 66% dan 60%,
terlebih bila pemeriksaan dilakukan sebelum 10–21 hari gambaran kelainan tulang
belum jelas. Seandainya terjadi gangguan tulang hal ini masih sering sulit
dibedakan antara gambaran osteomielitis atau artropati neuropati. Pemeriksaan
radiologi perlu dilakukan karena di samping dapat mendeteksi adanya
osteomielitis juga dapat memberikan informasi adanya osteolisis, fraktur dan
dislokasi, gas gangren, deformitas kaki.Uji probe to bone menggunakan probe
logam steril dapat membantu menegakkan osteomielitis karena memiliki nilai
prediksi positif sebesar 89%. Untuk lebih memastikan osteomielitis pemeriksaan
MRI sangat membantu karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih dari
90%.Namun diagnosis pasti osteomielitis tetap didasarkan pada pemeriksaan
kultur tulang (Anonym, 2012).
5.
Faktor-Faktor
Risiko Terjadinya Ulkus Diabetik
Adapun faktor-faktor risiko terjadi
ulkus diabetic adalah (Anonym, 2012):
a.
Umur ≥ 60 tahun.
Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan
terjadinya ulkus diabetik karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis
menurun karena proses aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin
sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi
kurang optimal. Pada lansia umur > 60 tahun, didapatkan hanya 12% saja pada
usia tua dengan DM yang kadar glukosa darah terkendali, 8% kadar kolesterol
normal, hipertensi 40%, dan 50% mengalami gangguan pada aterosklerosis,
makroangiopati, yang factor-faktor tersebut akan mempengaruhi penurunan sirkulasi
darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih
mudah terjadi ulkus diabetik.
b.
Lama DM ≥ 10 tahun.
Ulkus diabetik terutama terjadi
pada penderita Diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih,
apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi
yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami
makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang
mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki.
Penderita diabetik yang sering tidak dirasakan.
c.
Neuropati.
Kadar glukosa darah yang tinggi
semakin lama akan terjadi gangguan mikrosirkulasi, berkurangnya aliran darah
dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut
syaraf yang lebih lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat
mengirimkan sinyal ke otak dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan
indra perasa selain itu juga kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering
dan mudah robek. Neuropati perifer berupa hilangnya sensasi rasa berisiko
tinggi terjadi ulkus diabetika.Keberadaan neuropati berkaitan dengan kejadian
ulkus diabetika.
d.
Obesitas.
Pada obesitas dengan IMT ≥ 23 kg/m2
(wanita) dan IMT ≥ 2 kg/m2 (pria) atau BBR lebih dari 120 % akan lebih sering
terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 μU/ml, keadaan
ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang
berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar
pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi ulkus/ganggren
diabetika.
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
e.
Hipertensi.
Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg)
pada penderita Diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi
akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler,
selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mm Hg dapat merusak
atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh
terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang
berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan
yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus. Penelitian studi kasus kontrol oleh
Robert di Iowa menghasilkan bahwa riwayat hipertensi akan lebih besar 4 X
terjadi ulkus diabetika dengan tanpa hipertensi pada DM15.
f.
Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) dan kadar
glukosa darah tidak terkendali.
Glikosilasi Hemoglobin adalah
terikatnya glukosa yang masuk dalam sirkulasi sistemik dengan protein plasma
termasuk hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila Glikosilasi Hemoglobin
(HbA1c) ≥ 6,5 % akan menurunkan kemampuan pengikatan oksigen oleh sel darah
merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan yang selanjutnya terjadi proliferasi
pada dinding sel otot polos subendotel. Kadar glukosa darah tidak terkontrol
(GDP > 100 mg/dl dan GD2JPP > 144 mg/dl) akan mengakibatkan komplikasi
kronik jangka panjang, baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler salah satunya
yaitu ulkus diabetika.
g.
Kolesterol Total, HDL, Trigliserida
tidak terkendali.
Pada penderita Diabetes mellitus
sering dijumpai adanya peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol plasma,
sedangkan konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak
biasanya rendah (≤ 45 mg/dl). Kadar trigliserida ≥ 150 mg/dl , kolesterol total
≥ 200 mg/dl dan HDL ≤ 45 mg/dl akan mengakibatkan buruknya sirkulasi ke
sebagian besar jaringan dan menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan,
merangsang reaksi peradangan dan terjadinya aterosklerosis. Konsekuensi adanya
aterosklerosis adalah penyempitan lumen pembuluh darah yang akan menyebabkan
gangguan sirkulasi jaringan sehingga suplai darah ke pembuluh darah menurun
ditandai dengan hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis
pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan
selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya
dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Penelitian kasus kontrol oleh Pract, pada
penderita DM dengan kolesterol, HDL, trigliserida tidak terkontrol mempunyai
risiko ulkus diabetika 3 kali lebih tinggi dari pada kadar kolesterol,
trigliserida normal
No comments:
Post a Comment