YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka
pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi
vaskuler insufisiensi dan neuropati,yang lebih lanjut terdapat luka pada
penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi
disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Healthy, 2012).
Ulkus diabetikus adalah salah satu
bentuk komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan
kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat (Healthy, 2012).
Diabetes melitus
merupakan kumpulan gejala metabolik yang ditandai oleh adanya peningkatan kadar
glukosa darah sebagai akibat defesiensi insulin baik absolut maupun relatif
(Smeltzer dan Bare, 2013).
World
Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penderita diabetes melitus (DM) di dunia saat ini mencapai lebih dari 2030
juta jiwa. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi 3050 juta jiwa pada 3025
karena setiap tahunnya ada sekitar enam penderita diabetes melitus (DM) baru di
dunia (Soegondo, 2011).
WHO mencatat bahwa indonesia menempati
urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India,
China dan Amerika Serikat. Selain itu, peningkatan penderita DM tipe 2 paling
banyak di alami negara-negara berkembang termauk indonesia (Tandra, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Litbang Depkes tahun 2008 menunjjukkan bahwa
prevalensi nasional untuk diabetes 5,7 %
yang terdiri dari 1,5 % pasien diabetes yang sudah terdiagnosis
sebelumnya, sedangkan sisanya 4,2% baru ketehuan diabetes saat penelitian
(Soegondo, 2011).
Prevalensi penderita ulkus diabetika
dia Amerika Serikat sebesar 15 – 20 %, risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi
di bandingkan dengan penderita non DM. Penderita ulkus diabetika dia Amerika
Serikat memerlukan biaya yang tinggi untuk perawatan yang diperkirakan antara
$10.000-$12.000 per tahun untuk seorang penderita (Lodro. W., 2012).
Prevalensi penderita ulkus diabetika
di indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus
diabetika merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80%
untuk diabetes melitus. Penderita ulkus diabetika di Indonesia memerlukan biaya
yang tinggi sebesar 1,3 juta sampai 1,6 juta perbulan dan 43,5 juta pertahun
untuk seorang penderita (Loadro. W., 2012).
RIKESDAS tahun 2013 makassar menduduki
urutan ke 26 dari seluruh provinsi seluruh Indonesia di mana masyarakat perkotaan
lebih tinggi di bandingkan masyarakat perkotaan.
Sekitar 60,3% pasien
diabetes melitus (DM) mengalami neuropati yang sangat beresiko mengakibatkan
munculnya ulkus (borok) kaki, yang disebut neuropathic foot ulcer dan juga
infeksi, yang lama kelamaan bisa menjalar ke tulang dan terjadi osteomielitis
(infeksi dan kerusakan tulang) yang memerlukan tindakan amputasi (Tanra, 2008)
Perawatan kaki merupakan upaya
penanganan gangguan dan meningkatkan sirkulasi darah pada kaki diabetes. Salah
satu tindakan yang harus dilakukan dalam perawatan kaki untukmengetahui adanya
kelainan kaki secara dini adalah dengan melakukan senam kaki diabetes,
disamping memotong kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang baik, dan menjaga
kebersihan kaki (Soegondo, 2011).
Hasil Riset yang lain mengatakan dari
beberapa jenis balutan modern memberikan hasil yang signifikan dalam perbaikan
luka diabetes. Penanganan luka diabetik secara efektif dapat mencegah
terjadinya amputasi pada kaki itu sendiri, ehingga beban fisik dan psikologis
pada pasien kaki diabetik dapat di kurangi. Perawatan luka yang diberikan pada
pasien harus dapat meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan yang
diberikan bersifat memberikan kehangatan dan lingkungan yang lembab pada luka.
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa luka kronik seperti luka diabetik
memerlukan lingkungan yang lembab untuk meningkatkan proses penyembuhan luka.
Balutan yang bersifat lembab dapat memberikan lingkungan yang mendukung sel
untuk melakukan proses penyembuhan luka dan mencegah kerusakan atau trauma
lebih lanjut (Yusuf, 2011).
Menurut penelitian debridement sebagai
tatalaksana ulkus kaki diabetik. Jenis debridement yang dilakukan adalah
surgicaL debridement, tindakan ini untuk memuang jaringan nekritik dan hyperkeratosis
hingga mencapai jaringan yang sehat. Selanjutnya luka di tutup dengan kasa
steril dan di balut dengan elastik perban (Wesnawa, D 2013).
B.
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tentang
asuhan keperawatan dengan Ulkus Diabetik.
2. Tujuan
Khusus
a.
Diketahuinya
Gambaran Umum Tentang Ulkus Diabetik
b.
Diketahuinya
Tentang Perawatan Luka Dengan Dressing Modern
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan
Umum Tentang Ulkus Diabetik
1.
Pengertian
Ulkus adalah
luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
perifer (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan
komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama
morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL
yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk
terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada
dinding pembuluh darah (zaidah 2005).
Ulkus kaki
Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas
akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi
serius akibat Diabetes (Andyagreeni, 2010).
2.
Klasifikasi
Ulkus Diabetik.
Klasifikasi
Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner, terdiri dari 6
tingkatan (Anonim 2012) :
0
|
Tidak ada luka terbuka,
kulit utuh.
|
1
|
Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
|
2
|
Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
|
3
|
Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan
formasi abses.
|
4
|
Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu
jari kaki, bagian depan kaki atau tumit.
|
5
|
Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh
kaki.
|
3.
Tanda
dan Gejala
Tanda
dan gejala ulkus diabetik (Anonym, 2012) yaitu :
a) Sering
kesemutan.
b) Nyeri
kaki saat istirahat.
c) Sensasi
rasa berkurang.
d) Kerusakan
Jaringan (nekrosis).
e) Penurunan
denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
f) Kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
g) Kulit
kering.
4.
Patofisiologi
Ulkus Diabetik
Salah
satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes mellitus adalah
ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor yang sering
disebut Trias yaitu: Iskemik, Neuropati, dan Infeksi. Pada penderita DM apabila
kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu
neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan
sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan
kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat
berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetes tidak hati-hati
dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika (Anonym, 2012).
Iskemik merupakan suatu keadaan yang
disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan
kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada
pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang
atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea,
kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi
nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki
atau tungkai (Anonym, 2012).
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi
dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam
pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki
karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak
nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang
akan berkembang menjadi ulkus diabetika. Proses angiopati pada penderita
Diabetes Mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer,
sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian
distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus diabetika (Anonym,
2012).
Pada penderita DM yang tidak terkendali
akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membran basalis arteri)
pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran
albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan
timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada
penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang menyebabkan
deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit
terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan
kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul
ulkus diabetika. Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas
trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi
darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding
pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah (Anonym, 2012).
Penderita Diabetes mellitus biasanya
kadar kolesterol total, LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke
sebagian besar jaringan akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan,
merangsang reaksi peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis.
Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak
pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai
pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan
meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis. Konsekuensi adanya
aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi,
dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan
sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Pada
penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali menyebabkan
abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu,
demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada
infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem
phlagositosis-bakterisid intra selluler (Anonym, 2012).
5.
Faktor-Faktor
Risiko Terjadinya Ulkus Diabetik
Adapun
faktor-faktor risiko terjadi ulkus diabetic adalah (Anonym, 2012) :
a. Umur
≥ 60 tahun.
Umur
≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetik karena pada usia tua,
fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan
sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap
pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Pada lansia umur > 60
tahun, didapatkan hanya 12% saja pada usia tua dengan DM yang kadar glukosa
darah terkendali, 8% kadar kolesterol normal, hipertensi 40%, dan 50% mengalami
gangguan pada aterosklerosis, makroangiopati, yang factor-faktor tersebut akan
mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau
sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus diabetik.
b. Lama
DM ≥ 10 tahun.
Ulkus
diabetik terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang telah menderita
10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan
muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami
makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang
mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki.
Penderita diabetik yang sering tidak dirasakan.
c. Neuropati.
Kadar
glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan mikrosirkulasi,
berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang
mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi
neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan
baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga kelenjar
keringat menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek. Neuropati perifer
berupa hilangnya sensasi rasa berisiko tinggi terjadi ulkus
diabetika.Keberadaan neuropati berkaitan dengan kejadian ulkus diabetika.
d. Obesitas.
Pada
obesitas dengan IMT ≥ 23 kg/m2 (wanita) dan IMT ≥ 2 kg/m2 (pria) atau BBR lebih
dari 120 % akan lebih sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin
melebihi 10 μU/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat
menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi
gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai
akan mudah terjadi ulkus/ganggren diabetika.
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
No comments:
Post a Comment