Visitor

Monday, January 23, 2017

LAPORAN AKHIR PEMINATAN PERAWATAN LUKA PADA Ny. A DENGAN DIABETIK FOOT ULCER DI RUMAH PERAWATAN LUKA ETN CENTRE MAKASSAR





 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
         Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insufisiensi dan neuropati,yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Healthy, 2012).
         Ulkus diabetikus adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat (Healthy, 2012).
Diabetes melitus merupakan kumpulan gejala metabolik yang ditandai oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah sebagai akibat defesiensi insulin baik absolut maupun relatif (Smeltzer dan Bare, 2013).
         World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penderita diabetes melitus (DM) di dunia saat ini mencapai lebih dari 2030 juta jiwa. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi 3050 juta jiwa pada 3025 karena setiap tahunnya ada sekitar enam penderita diabetes melitus (DM) baru di dunia (Soegondo, 2011).
         WHO mencatat bahwa indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat. Selain itu, peningkatan penderita DM tipe 2 paling banyak di alami negara-negara berkembang termauk indonesia (Tandra, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Litbang Depkes tahun 2008 menunjjukkan bahwa prevalensi nasional untuk diabetes 5,7 %  yang terdiri dari 1,5 % pasien diabetes yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan sisanya 4,2% baru ketehuan diabetes saat penelitian (Soegondo, 2011).
         Prevalensi penderita ulkus diabetika dia Amerika Serikat sebesar 15 – 20 %, risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi di bandingkan dengan penderita non DM. Penderita ulkus diabetika dia Amerika Serikat memerlukan biaya yang tinggi untuk perawatan yang diperkirakan antara $10.000-$12.000 per tahun untuk seorang penderita (Lodro. W., 2012).
         Prevalensi penderita ulkus diabetika di indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetika merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes melitus. Penderita ulkus diabetika di Indonesia memerlukan biaya yang tinggi sebesar 1,3 juta sampai 1,6 juta perbulan dan 43,5 juta pertahun untuk seorang penderita (Loadro. W., 2012).
         RIKESDAS tahun 2013 makassar menduduki urutan ke 26 dari seluruh provinsi seluruh Indonesia di mana masyarakat perkotaan lebih tinggi di bandingkan masyarakat perkotaan.
Sekitar 60,3% pasien diabetes melitus (DM) mengalami neuropati yang sangat beresiko mengakibatkan munculnya ulkus (borok) kaki, yang disebut neuropathic foot ulcer dan juga infeksi, yang lama kelamaan bisa menjalar ke tulang dan terjadi osteomielitis (infeksi dan kerusakan tulang) yang memerlukan tindakan amputasi (Tanra, 2008)
         Perawatan kaki merupakan upaya penanganan gangguan dan meningkatkan sirkulasi darah pada kaki diabetes. Salah satu tindakan yang harus dilakukan dalam perawatan kaki untukmengetahui adanya kelainan kaki secara dini adalah dengan melakukan senam kaki diabetes, disamping memotong kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang baik, dan menjaga kebersihan kaki (Soegondo, 2011).
         Hasil Riset yang lain mengatakan dari beberapa jenis balutan modern memberikan hasil yang signifikan dalam perbaikan luka diabetes. Penanganan luka diabetik secara efektif dapat mencegah terjadinya amputasi pada kaki itu sendiri, ehingga beban fisik dan psikologis pada pasien kaki diabetik dapat di kurangi. Perawatan luka yang diberikan pada pasien harus dapat meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan yang diberikan bersifat memberikan kehangatan dan lingkungan yang lembab pada luka. Telah menjadi kesepakatan umum bahwa luka kronik seperti luka diabetik memerlukan lingkungan yang lembab untuk meningkatkan proses penyembuhan luka. Balutan yang bersifat lembab dapat memberikan lingkungan yang mendukung sel untuk melakukan proses penyembuhan luka dan mencegah kerusakan atau trauma lebih lanjut (Yusuf, 2011).
         Menurut penelitian debridement sebagai tatalaksana ulkus kaki diabetik. Jenis debridement yang dilakukan adalah surgicaL debridement, tindakan ini untuk memuang jaringan nekritik dan hyperkeratosis hingga mencapai jaringan yang sehat. Selanjutnya luka di tutup dengan kasa steril dan di balut dengan elastik perban (Wesnawa, D 2013).
B.       Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan dengan Ulkus Diabetik.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya Gambaran Umum Tentang Ulkus Diabetik
b.      Diketahuinya Tentang Perawatan Luka Dengan Dressing Modern





 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)










 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Tentang Ulkus Diabetik
1.      Pengertian
       Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer (Andyagreeni, 2010).
       Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah (zaidah 2005).
       Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius akibat Diabetes (Andyagreeni, 2010).
2.      Klasifikasi Ulkus Diabetik.
Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner, terdiri dari 6 tingkatan (Anonim 2012) :

0
Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
1
Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
2
Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3
Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
4
Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki, bagian depan kaki atau tumit.
5
Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.

3.      Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ulkus diabetik (Anonym, 2012) yaitu :
a)      Sering kesemutan.
b)      Nyeri kaki saat istirahat.
c)      Sensasi rasa berkurang.
d)     Kerusakan Jaringan (nekrosis).
e)      Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
f)       Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
g)      Kulit kering.
4.      Patofisiologi Ulkus Diabetik
       Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes mellitus adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut Trias yaitu: Iskemik, Neuropati, dan Infeksi. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetes tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika (Anonym, 2012).
       Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai (Anonym, 2012).
       Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetika. Proses angiopati pada penderita Diabetes Mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus diabetika (Anonym, 2012).
       Pada penderita DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membran basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetika. Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah (Anonym, 2012).
       Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem phlagositosis-bakterisid intra selluler (Anonym, 2012).
5.      Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Ulkus Diabetik
Adapun faktor-faktor risiko terjadi ulkus diabetic adalah (Anonym, 2012) :
a.   Umur ≥ 60 tahun.
Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetik karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Pada lansia umur > 60 tahun, didapatkan hanya 12% saja pada usia tua dengan DM yang kadar glukosa darah terkendali, 8% kadar kolesterol normal, hipertensi 40%, dan 50% mengalami gangguan pada aterosklerosis, makroangiopati, yang factor-faktor tersebut akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus diabetik.
b.   Lama DM ≥ 10 tahun.
Ulkus diabetik terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki. Penderita diabetik yang sering tidak dirasakan.
c.   Neuropati.
Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan mikrosirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek. Neuropati perifer berupa hilangnya sensasi rasa berisiko tinggi terjadi ulkus diabetika.Keberadaan neuropati berkaitan dengan kejadian ulkus diabetika.
d.  Obesitas.
Pada obesitas dengan IMT ≥ 23 kg/m2 (wanita) dan IMT ≥ 2 kg/m2 (pria) atau BBR lebih dari 120 % akan lebih sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 μU/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi ulkus/ganggren diabetika.


 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)

No comments:

Post a Comment