Visitor

Wednesday, January 25, 2017

LAPORAN LENGKAP KIMIA KLINIK PEMERIKSAAN PROTEIN URINE DENGAN ASAM ASETAT






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Histologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari cabang-cabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis. 
 Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh, baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam bentuk histopatologi ia berguna dalam penegakan diagnosis penyakit yang melibatkan perubahan fungsi fisiologi dan deformasi organ. Sebagai contoh, di bidang kedokteran, kehadiran tumor memerlukan hasil pemeriksaan contoh (sampel) jaringan. Di bidang pertanian, pemeriksaan kondisi jaringan pengangkut dapat mendukung diagnosis serangan hawar daun tembakau.
Dalam mempelajari ilmu histology terdapat sediaan atau preparat, yang dalam  pembuatannya disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan jaringan tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan seperti fiksasi, pemendaman dan pemotongan kemudian pemulasan atau pewarnaan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
   Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini menyusun organ-organ. Akar kata Yunani histo dapat di terjemahkan sebagai ‘jaringan’ atau ‘jaring’ karena kebanyakan jaringan merupakan jarring filamen dan serat yang saling terjalin, baik selular maupun non selular, dengan lapisan membranosa.
   Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan kebanyakan diantaranya sangat rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti serabut dan membrane basal. Fungsi matriks ekstrasel ini adalah sebagai penunjang mekanis bagi sel-sel, mengangkut nutrient ke sel-sel, dan membawa katabolit dan produk sekresi. Walaupun menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut di pengaruhi dan kadang di atur oleh molekul-molekul matriks. Sehingga terdapat semacam interaksi intensif antara sel-sel dan matriks.
  Setiap jaringan dibentuk oleh beberapa jenis sel dan secara khas oleh asosiasi sel dan matriks ekstrasel yang spesifik. Asosiasi yang khas ini akan mempermudah pengenalan sejumlah besar subtype jaringan. Kebanyakan organ dibentuk oleh kombinasi beberapa jenis jaringan, kecuali susunan saraf pusat, yang hampir seluruhnya terdiri atas jaringan saraf. Kombinasi yang tepat dari jaringan-jaringan tersebut memungkinkan berfungsinya setiap organ dan organisme secara keseluruhan.
     Ukuran sel dan matriksnya yang kecil menyebabkan histology bergantung pada penggunaan mikroskop. Kemajuan di bidang kima, biologi molecular, fisiologi, imunologi dan patologi serta interaksi di antara bidang-bidang tersebut sangat penting untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik dibidang bilogi jaringan. Pembiasaan dengan alat dan metode setiap cabang ilmu sangat penting untuk memahami topic pembelajaran dengan baik, sehingga makalah ini akan membahas beberapa metode yang di pakai dalam mempelajari sel dan jaringan.
 Pekerjaan membuat jaringan hingga siap untuk di amati di sebut histoteknik atau mikroteknik. Prosedur yang paling sering digunakan dalam mempelajari jaringan persiapan sediaan histology atau irisan jaringan yang dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Dengan mikroskop cahaya, jaringan diamati melalui berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena organ dan jaringan biasanya terlalu tebal untuk ditembus cahaya, jaringan tersebut harus diiris menjadi lembaran-lembaran tipis yang translusen dan kemudian dilekatkan di atas kaca objek sebelum jaringan tersebut dapat diperiksa.
Sediaan jaringan (preparat) mikroskopik yang ideal harus dibuat sedemikian rupa sehingga jaringan pada sediaan tersebut tetap memiliki struktur dan komposisi molekul yang sama seperti di tubuh. Akan tetapi pada praktiknya, hal ini jarang dapat dilakukan dan hampir selalu ada artefak , distorsi, dan hilangnya komponen-komponen akibat proses persiapannya. Sehingga diperlukan pemahaman pada proses atau tahap-tahap pembuatan sediaan antara lain proses fiksasi, pemendaman dan pemotongan kemudian pemulasan atau pewarnaan.








BAB III
METODE PEMERIKSAAN HISTOLOGI

A.     Persiapan jaringan

Prosedur  yang paling sering digunakan dalam mempelajari jaringan persiapan sediaan histologi atau irisan jaringan yang dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Dibawah mikroskop cahaya, jaringan diamati melalui berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena jaringan dan organ biasanya terlalu tebal untuk tembus cahaya, sehingga jaringa tersebut harus diiris menjadi lembaran-lembaran tipis yang translusen dan kemudian dilekatkan diatas kaca objek sebelum jaringan tersebut dapat diperiksa.
Sediaan jaringan mikroskopik  yang ideal harus dibuat sedemikian rupa sehingga jaringan pada sediaan tersebut tetap memiliki struktur dan komposisis molekul  yang sama seperti di tubuh. Oleh karena itu diperlukan tahapan-tahapan dasar khusus dalam persiapan jaringan untuk pengkajian histologi.
Berikut adalah tahapan-tahapan dasar yang diterapkan pada persiapan jaringan untuk pengkajian histologi.https://html2-f.scribdassets.com/7tdh3clthc5gm5mz/images/5-b7f15a2269.jpg


1.      Fiksasi
Jika preparat yang permanen dikehendakai, jaringan harus difiksasi. Untuk menghindari jaringan  pencernaan jaringan oleh enzim di dalam sel atau oleh bakteri dan untuk mempertahankan struktur dan komponen molekul, potongan organ harus diolah dengan tepat, sebelum atau secepat mungkin setelah organ diangkat dari tubuh hewan. Fiksasi dapat dilakukan secara kimiawi atau dengan cara fisika. Pada fiksasi kimiawi, jaringan biasanya direndam dalam larutan yang menstabilkan atau dalam bahan pengikat yang disebut bahan fiksasi. Karena bahan fiksasi memerlukan waktu untuk meresap sepenuhnya kedalam jaringan, jaringan tersebut biasanya dipotong menjadi fragmen kecil sebelum difiksasi untuk mempermudah pnetrasi bahan fiksasi dan untuk menjamin pengawetan jaringan.
Salah satu bahan fiksasi terbaik untuk pemeriksaan mikroskop cahaya rutin adalah larutan dapar isotonic dari formaldehid 37%. Formaldehida dan glutaradelhida, yaitu bahan fiksasi lain yang banyak di pakai, diketahui bereaksi dengan gugus amina protein jaringan. Pada glutaradelhida, kerja fiksasinya diperkuat karena zat ini merupakan dialdehida yang dapat membentuk ikatan-silang antarprotein.
 Berikut adalah jenis-jenis larutan fiksasi yang biasa digunakan dalam pemeriksaan suatu jaringan :
      1)  Formaldehid
Formaldehid adalah suatu gas yang larut dalam air. Larutan ini bersifat asam dan tersedia dalam bentuk formaldehid 40% atau formalin, namun dengan konsentrasi ini tidak dapat dipakai untuk fiksasi karena terlalu cepat mengeraskan jaringan. Sebagai larutan fiksasi harus dicampurkan dalam air biasa atau larutan garam fisiologis, dengan perbandingan 1 bagian formalin dengan 9 bagian pelarut menjadi formal saline 10% atau lebih dikenal dengan formalin 10%. Untuk penyimpanan dalam jumlah besar dan waktu yang lama maka formaline 10% harus diberi garam buffer atau magnesium atau kalsiumkarbonat supaya tidak terjadi pembentukan endapan asam formik. Formalin mempunyai bau yang tidak enak dan dapat mengiritasim kulit, selaput lendir dan mata. Oleh karena itu dianjurkan memakai sarung tangan dengan udara terbuka waktu kita sedang mengelola materi berformalin.

      2)  Alkohol
Merupakan larutan dengan daya dehidrasi yang kuat dan menyebabkan pengerasan dan pengerutan jaringan. Alkohol dapat mengkoagulasi protein dan.presipitasi glukogen dan melarutkan lemak. Fungsi alkohol yang utama adalah sebagai bahan fiksasi sediaan sitologi namun dalam keadaan terpaksa dapat digunakan sebagai fiksasi sediaan histopatologi. Hal ini disebabkan daya tembus alkohol yang kurang baik oleh karena jaringan cepat menjadi keras dan mengkerut sehingga sediaan sukar dipulas. Dua jenis alkohol paling sederhana adalah methanol dan etanol.
-          Etanol
Etanol disebut juga etil alkoholalkohol murni, alkohol absolut, atau 
alkohol saja adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan jenis alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Kegunaan etanol untuk minuman beralkohol, larutan 70% sebagai antiseptik,


https://html2-f.scribdassets.com/7tdh3clthc5gm5mz/images/6-a30218648e.jpg
Prosedur kerja
1.      Organ yang diambil diiris setebal maksimal 0,5-1 cm, dicuci dengan PBS dan dimasukkan kedalam formaldehid
2.      Cairan formaldehid harus 5 kali lebih banyak dari volume jaringan yang difiksasi.
3.      Fiksasi dilakukan di suhu ruang selama 2 jam dengan beberapa kali dibalik-balik sehingga larutan fiksasi dapat masuk kedalam jaringan secara merata.

    2.   Pemendaman dan Pemotongan
Jaringan umumnya dipendam dalam medium padat untuk memudahkan pemotongan. Untuk memperoleh sediaan  yang tipis dengan mikrotom, jaringan harus di infiltrasi sesudah fiksasi dengan substansi pemendam yang member sifat padat pada jaringan. Bahan pemendaman meliputi paraffin, dan damar plastik. Paraffin digunakan secara rutin untuk mikroskop cahaya, dammar digunakan baik pada mikroskop cahaya maupun electron.
Proses pemendaman atau impregnasi jaringan biasanya didahului oleh dua tahap utama  yaitu  pengeringan (dehydration) dan penjernihan (clearing).
Pengeringan atau dehydration  bertujuan untuk penarikan molekul air dalam jaringan. Proses ini sangat penting terutama untuk jaringan – jaringan yang akan dibuat preparat irisan. Biasanya proses dehidrasi dilakukan setelah proses fiksasi selesai.
Cara melakukan dehidrasi :
Proses dehidrasi dijalankan secara perlahan-lahan menggunakan alkohol bertingkat , dimulai dengan alkohol presentase rendah sampai dengan alkohol absolute. Dimulai dengan alkohol 30 %, kemudian 50 %, 70 %, 80 %, 95 %, alkohol absolute. Waktu yang dipergunakan untuk setiap tingkat alkohol tergantung dari besar kecilnya jaringan . Alkohol absolute mempunyai kemampuan memperkeras jaringan . Sebagai ancar-ancar jaringan jangan ditinggalkan didalam alkohol tersebut lebih dari 1 atau 2 jam untuk jaringan berukuran biasa ( tebal 2-4 mm).
Penjernihan atau clearing adalah suatu proses yang dilakukan setelah tahapan dehidrasi yang berfungsi untuk membuat jaringan menjadi jernih dan transparan . Medium penjernih ini akan menjernihkan atau mentranparankan jaringan agar dapat terwarnai dengan baik dan memperlihatkan warna sesuai dengan warna pewarnanya dan juga sebagai perantara masuknya jaringan kedalam paraffin. Zat yang sering dipakai Xylol, tapi bisa juga dipakai : benzol, benzene, toluol,dll. Untuk jaringan otak dan limfonoid lebih baik menggunakan koloform. Waktu yang digunakan untuk proses penjernihan tergantung pada : Ketebalan dan tingkat kepadatan jaringan Zat penjernih yang digunakan Jenis jaringan.

3.  Infiltrasi
            Infiltrasi adalah tahap yang sangat penting dan kritis,karena tahap ini sangat menentukan kualitas hasil penyayatan (Sectioning). Dalam proses ini, medium imbeding diinfiltrasikan ke dalm seluruh jaringan.Infiltrasi juga suatu usaha dalm menyusupkan media penanaman ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan kedudukan Dehidran dan bahan penjernih.
            Pada saat infiltrasi dilakukan diusahakan agar oven tidak terlalu lama/sering dalam keadaan terbuka karena mengingat titik leleh parafin berbeda cukup jauh dengan suhu ruang. Parafin yang membeku di dalam oven tidak dapat masuk ke dalam jaringan (proses infiltrasi tidak berlangsung sempurna). akibat dari kuang/tidak sempurnanya proses infiltrasi (adanya bagian jaringan yang tidak mengandung parafin) maka pada waktu penyayatan kemungkinan akan banyak bagian yang berlubang.
Larutan infiltrasi yang digunakan berupa Xylol-Parafin (1:1), paraffin murni
Prosedur kerja :
1.      infiltrasi jaringan dilakukan didalam oven pada suhu ± 560C
2.      sebelum jaringan dimasukkan kedalam parafin murni maka dimasukkan kecampuran xylol-parafin (1:1)
3.      dimasukan kedalam parafin mulai parafin murni I, parafin murni II, parafin murni III (masing-masing selama 30-60 menit).

4.  Embedding
Suatu usaha menyusupkan media penanaman (embedding media) ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan kedudukan dehidran dan bahan penjernih (clearing agents). Tujuan tahap embeding ini adalah untuk mengisi jaringan dengan parafin sebagai pengikat jaringan agar tetap memiliki bentuk dan struktur yang sama seperti hidup.
Cara melakukan embedding :
Dilakukan dengan merendam organ di dalam inkubator dengan suhu tetap (72°C) dalam  parafin cair yang diisikan pada botol film. Organ kemudian diletakkan dalam botol film berisi parafin cair sebanyak 2 kali pengulangan, masing-masing selama 2 jam.


           Contoh gambar  hasil Embedding
            https://html1-f.scribdassets.com/7tdh3clthc5gm5mz/images/11-af3d093e20.jpg


B.       Pemotongan jaringan
        Mikrotom  adalah  Alat yang digunakan untuk mengiris jaringan yang   dipendam dalam dammar dan parafin.
https://html1-f.scribdassets.com/7tdh3clthc5gm5mz/images/12-6e27bdcc04.jpg
Roda kemudi
pemegang batang parafin      
batang parafin
jaringan
pisau baja     


https://html1-f.scribdassets.com/7tdh3clthc5gm5mz/images/12-6e27bdcc04.jpg 
  
                   Prosedur kerja :
1.      Jaringan diiris dengan mikrotom setebal 20 µm
2.      Jaringan yang sudah diiris diletakkan dalam air
3.      Jaringan yang mengembang diatas air dapat diambil dengan kaca preparat
4.      Air yang tersisa dikeringkan sampai jaringan menempel pada preparat
5.      Irisan jaringan tersebut disimpan dlam kotak preparat sebelum dilakukan pewarnaan.

C.      Pemulasan/pewarnaan
Agar dapat dipelajari dibawah mikroskop, sediaan biasanya harus dipulas atau diwarnai karena kebanyakan jaringan tidak berwarna. Oleh sebab itu, sejumlah metode pemulasan jaringan telah dirancang agar berbagai unsure jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan satu dengan yang lain. Kebanyakan pewarna ini bersifat sebagai senyawa asam atau basa dan cenderung membentuk ikatan elektrostatik (garam) dengan radikal yang dapat terionisasi di jaringan. Komponen jaringan dengan muatan netto negative (anionic) lebih mudah di pulas dengan pewarna basa yang disebut basofilik, sedangkan komponen kationik, seperti protein dengan banyak gugus amino yang terionisasi, memiliki afinitas untuk pewarna asam dan disebut asidofilik.
Contoh pewarna basa adalah biru toluidin, biru alcian dan biru metilen. Hematoksilin bekerja seperti pewarna basa, artinya zat ini memulas komponen basofilik jaringan. Komponen jaringan utama yang mengionisasi dan bereaksi dengan pewarna basa akan mengikat zat basa karena adanya asam dalam komposisi jaringan tersebut.
Contoh pewarna asam misalnya G jingga (orange G), eosin dan asam fukhsin memulas komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria, granula skretoris, dan kolagen.
Dari semua pewarna, kombinasi hematoksilin dan eosin (H&E) yang paling banyak dipakai. Hematoksilin memulas DNA intisel dan struktur asam lainnya di sel (seperti bagian sitoplasma yang kaya-RNA dan matriks tulang rawan) menjadi biru. Sebaliknya, eosin memulas sitoplasma dan kolagen menjadi merah muda. Selain terdapat banyak pewarna lainnya misalnya trikom yang berfungsi menampakan inti dan sitoplasma dengan jelas serta  membantu membedakan komponen jaringan ekstrasel daripada H&E.
Dasar kimiawi untuk prosedur pemulasan lainnya lebih sulit dari pada interaksi elektrostatik yang mendasari basofilia dan asidofilia. DNA secara spesifik dapat diidentifikasikan dan dikuantifikasi dalam inti sel dengan menggunakan reaksi feulgen, pada reaksi ini, gula deoksiribosa dihidrolisis oleh asam hidroklorat lemah, yang diikuti dengan pengolahan dengan reagen asam periodat dan schiff (PAS). Teknik PAS didasarkan pada transformasi gugus 1,2-glikol yang terdapat dalam gula menjadi residu aldehid, yang lalu bereaksi dengan reagen Schiff untuk menghasilkan warna magenta atau ungu.
Polisakarida membentuk suatu kelompok yang sangat heterogen di jaringan dan terdapat baik dalam bentuk bebas atau kombinasi dengan protein dan lipid. Karena kandungan gula heksosnya, sejumlah besar polisakarida juga dapat diperlihatkan dengan reaksi PAS. Polisakarida bebas yang berlimpah disel hewan merupakan glikogen, yang dapat diperlihatkan oleh PAS di hati, otot lurik, dan jaringan lain yang menimbunnya.
Rantai gula bercabang pendek melekat pada asam amino glikoprotein sehingga kebanyakan glikoprotein terpulas positif oleh PAS.Glikosaminoglikan (GAG) merupakan polisakarida anionic yang berantai panjang dan tidak bercabang dan mengandung gula teraminasi. Banyak glikosaminoglikan yang disintesis ketika melekat pada inti protein dan membentuk suatu golongan makromolekul yang disebut  proetogliskan, yang menjadi bahan penting matriks ekstra sel (ECM) ketika disekresi.
Material basofilik atau yang terpulas positif dengan PAS selanjutnya dapat diidentifikasi oleh pengolahan awal sediaan jaringan melalui pencernaan enzim dengan suatu enzim yang secara spesifik mencerna suatu substra, dan membiarkan bagian lainnya yang berdekatan. Pada banyak prosedur, struktur tertentu seperti inti sel menjadi terlabel, tetapi bagian sel lain sering tidak tampak. Dalam hal ini, pulasan balik (counterstain) digunakan untuk memberikan informasi tambahan. Pemulas balik biasanya adalah pewarna tunggal yang diberikan pada suatu sediaan dengan metode lain untuk mempermudah pengenalan inti atau struktur lain.
Struktur yang kaya akan lipid paling baik diperlihatkan dengan zat pewarna yang larut-lipid untuk menghindari langkah persiapan seperti pengolahan dengan panas, xylene, paraffin, yang dapat membuang lipid. Sediaan beku dipulas dalam larutan alcohol yang tersaturasi dengan suatu pewarna lipofilik seperti sudan black. Zat warna larut dalam dropet lipid sel dan struktur lain yang kaya lipid, yang menjadi terpulas hitam.
Metode khusus untuk menemukan kolesterol, fosfolipid, dan glikolipid bermanfaat pada diagnosis penyakit metabolic dengan terjadinya akumulasi barbagai jenis lipid didalam sel. Selain pemulasan jaringan dengan pewarna, teknik impregnasi logam yang biasanya menggunakan garam perak merupakan metode yang umum dalam memperlihatkan serat matriks ekstrasel tertentu dan element sel spesifik di jaringan saraf.
Lama keseluruhan prosedur, mulai dari saat fiksasi sampai pengamatan jaringan di bawah mikroskop cahaya dapat memerlukan waktu dari 12 jam 2,5 hari, yang bergantung pada ukuran jaringan, bahan fiksasi, media pemendaman dan metode pemulasan. Langakah terakhir sebelum pengamatan adalah melekatkan kaca penutup pada kaca objek dengan media perekat.



1.       Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin    
Prinsipnya :
Inti sel yang bersifat asam akan menarik zat/larutan yang bersifat basa sehingga akan  berwarna biru. Sitoplasma bersifat basa akan menarik zat/larutan asam sehingga berwarna merah.
Hematoksilin merupakan jenis pewarnaan basa yang memulas komponen basofilik jaringan. Hematoksilin memulas inti sel dan matrix ekstraseluler menjadi berwarna biru.
Eosin merupakan jenis pewarnaan yang memulas komponen asidofilik jaringan. Eosin memulas sitoplasma, mitokondria,granula sekretoris dan kolagen menjadi berwarna merah.
                       
 Contoh jaringan dengan pengecatan Hematoksilin Eosin
       1.  Nodus Lymphaticus
      Teknik pewarnaan : HE
      Perhatikan :
       a. Capsula : Jaringan ikat ini mengandung :
                           – serabut-serabut kolagen.
                           – vasa lymphatica afferentia
       b. Hilum  :  serabut kolagen tampak lebih tebal.
        c. Cortex  :  disini terdapat banyak noduli lymphatici yang berderet-deret.
                           Noduli limphatici merupakan kumpulan padat limfosit
                                         Di pusat noduli ada centrum germinale sel (tempat limfosit                                     B berproliferasi  dan differensiasi menjadi sel plasma)
                          d. Trabeculae  :  berasal dari capsula, meluas ke arah pusat nodus lymphaticus di                         antara noduli limphatici dan medulla.
 e.  Paracortex antara cortex dan medulla, tempat limfosit T
       f. Medulla, lebih kedalam berwarna lebih pucat
    g. Sinus Lymphaticus (rongga tempat menampung cairan limfe dari vasa       limfatik  afferens.).
            Ada berbagai jenis:
  – sinus lymphaticus capsularis (marginalis) : dibawah capsula
  – sinus corticalis                                               : di sepanjang trabeculla
  – sinus medullaris                                            : di medulla




2.    Lien atau Spleen
  Pewarnaan     : HE
  Pengamatan  pada sediaan limfa:
   a. Selubung  :
       – tunica serosa      : epitel pipih selapis
       – tunica fibrosa    : mengandung serabut kolagen dan elastis. Berlanjut ke tengah
                                 sebagai trabecula
   b.  Isi                        : Pulpa lienalis dibedakan 2 jenis :
         – Pulpa alba        : tampak sebagai kelompok berpadatan, kebiru-biruan
                      Arteria centralis terdapat dekat pusat pulpa alba.
        – Pulpa rubra       : tampak sebagai jaringan tidak teratur.
            



3.      Thymus
Pewarnaan       : HE
Perhatikan       :
a.       Capsula : berlanjut sebagai septum interlobare yang membagi thymus menjadi                 lobus thyme.
                       b. Cortex  : penuh dengan limfositus thymicus atau thymocytus, berpadatan,                          kebiru-biruan.Merupakan tempat produksi limfosit
     c. Medulla : berwarna lebih pucat.limfositus lebih sedikit
                        – banyak limfoblastus dan retikulositus
                           – terdapat corpusculum thymicum kebulat-kebulatan mengandung :
                            • sel epitel teratur konsentris.
                            • cellula gigantica atau sel raksasa.
                 



4. Tonsil
    Pewarnaan   : HE
    Perhatikan   :
      a. Capsula : berupa jaringan ikat sebagai pembungkus, capsula membentuk                           septum internodulare ke arah pusat.
      b. Epithelium Squamosum Stratificatum : melapisi permukaan bebas.
                          – banyak mengalami infiltrasi oleh limfosit
                          – berlekuk-lekuk dinamakan: crypta tonsillaris.
      c.  Noduli Lymphatici : bulat, berderet sepanjang crypta tonsillaris






 BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah metode pemeriksaan histology jaringan  adalah sebagai berikut:
 1.      Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh        dan cara jaringan ini menyusun organ-organ.
2.      Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu       sel dan matriks ekstrasel yang berukuran mikroskopis, sehingga       dalam pengamatannya diperlukan mikroskop.
3.      Sebelum melakukan pengkajian, diperlukan adanya sediaan jaringan,       yang cara pembuatannya disebut histoteknik.
4.      Tahapan dalam pembuaatan sediann jaringan adalah fiksasi,       pemendaman dan pemotongan, pemulasan dan  berakhir dengan       penempatan kaca penutup pada kaca objek.

B.     SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

No comments:

Post a Comment