BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Histologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu
dari cabang-cabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
Histologi
amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel
dalam tubuh, baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam bentuk histopatologi ia berguna dalam penegakan diagnosis penyakit yang
melibatkan perubahan fungsi fisiologi dan deformasi organ. Sebagai contoh, di
bidang kedokteran,
kehadiran tumor memerlukan hasil
pemeriksaan contoh (sampel) jaringan. Di bidang pertanian, pemeriksaan kondisi jaringan pengangkut dapat mendukung diagnosis serangan hawar daun tembakau.
Dalam
mempelajari ilmu histology terdapat sediaan atau preparat, yang dalam pembuatannya disebut mikroteknik. Pembuatan
sediaan jaringan tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan seperti fiksasi,
pemendaman dan pemotongan kemudian pemulasan atau pewarnaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Histologi merupakan ilmu yang memepelajari
tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini menyusun organ-organ. Akar kata
Yunani histo dapat di terjemahkan sebagai ‘jaringan’ atau ‘jaring’ karena
kebanyakan jaringan merupakan jarring filamen dan serat yang saling terjalin,
baik selular maupun non selular, dengan lapisan membranosa.
Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang
saling berinteraksi yaitu sel dan matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri
atas banyak jenis molekul, dan kebanyakan diantaranya sangat rumit dan
membentuk struktur kompleks, seperti serabut dan membrane basal. Fungsi matriks
ekstrasel ini adalah sebagai penunjang mekanis bagi sel-sel, mengangkut
nutrient ke sel-sel, dan membawa katabolit dan produk sekresi. Walaupun
menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut di pengaruhi dan kadang di atur
oleh molekul-molekul matriks. Sehingga terdapat semacam interaksi intensif
antara sel-sel dan matriks.
Setiap jaringan dibentuk oleh beberapa jenis sel
dan secara khas oleh asosiasi sel dan matriks ekstrasel yang spesifik. Asosiasi
yang khas ini akan mempermudah pengenalan sejumlah besar subtype jaringan.
Kebanyakan organ dibentuk oleh kombinasi beberapa jenis jaringan, kecuali
susunan saraf pusat, yang hampir seluruhnya terdiri atas jaringan saraf.
Kombinasi yang tepat dari jaringan-jaringan tersebut memungkinkan berfungsinya
setiap organ dan organisme secara keseluruhan.
Ukuran sel dan matriksnya yang kecil
menyebabkan histology bergantung pada penggunaan mikroskop. Kemajuan di bidang
kima, biologi molecular, fisiologi, imunologi dan patologi serta interaksi di
antara bidang-bidang tersebut sangat penting untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih baik dibidang bilogi jaringan. Pembiasaan dengan alat dan metode setiap
cabang ilmu sangat penting untuk memahami topic pembelajaran dengan baik, sehingga
makalah ini akan membahas beberapa metode yang di pakai dalam mempelajari sel
dan jaringan.
Pekerjaan
membuat jaringan hingga siap untuk di amati di sebut histoteknik atau
mikroteknik. Prosedur yang paling sering digunakan dalam mempelajari jaringan
persiapan sediaan histology atau irisan jaringan yang dapat dipelajari dengan
bantuan mikroskop cahaya. Dengan mikroskop cahaya, jaringan diamati melalui
berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena organ dan jaringan biasanya
terlalu tebal untuk ditembus cahaya, jaringan tersebut harus diiris menjadi
lembaran-lembaran tipis yang translusen dan kemudian dilekatkan di atas kaca
objek sebelum jaringan tersebut dapat diperiksa.
Sediaan jaringan (preparat)
mikroskopik yang ideal harus dibuat sedemikian rupa sehingga jaringan pada
sediaan tersebut tetap memiliki struktur dan komposisi molekul yang sama
seperti di tubuh. Akan tetapi pada praktiknya, hal ini jarang dapat dilakukan
dan hampir selalu ada artefak , distorsi, dan hilangnya komponen-komponen
akibat proses persiapannya. Sehingga diperlukan pemahaman pada proses atau
tahap-tahap pembuatan sediaan antara lain proses fiksasi,
pemendaman dan pemotongan kemudian pemulasan atau pewarnaan.
BAB III
METODE PEMERIKSAAN HISTOLOGI
A.
Persiapan jaringan
Prosedur yang paling sering digunakan dalam mempelajari
jaringan persiapan sediaan histologi atau irisan jaringan yang dapat dipelajari
dengan bantuan mikroskop cahaya. Dibawah mikroskop cahaya, jaringan diamati
melalui berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena jaringan dan organ
biasanya terlalu tebal untuk tembus cahaya, sehingga jaringa tersebut harus
diiris menjadi lembaran-lembaran tipis yang translusen dan kemudian dilekatkan
diatas kaca objek sebelum jaringan tersebut dapat diperiksa.
Sediaan jaringan mikroskopik yang ideal harus dibuat sedemikian rupa
sehingga jaringan pada sediaan tersebut tetap memiliki struktur dan komposisis
molekul yang sama seperti di tubuh. Oleh
karena itu diperlukan tahapan-tahapan dasar khusus dalam persiapan jaringan
untuk pengkajian histologi.
Berikut
adalah tahapan-tahapan dasar yang diterapkan pada persiapan jaringan untuk
pengkajian histologi.
1.
Fiksasi
Jika
preparat yang permanen dikehendakai, jaringan harus difiksasi. Untuk
menghindari jaringan pencernaan jaringan
oleh enzim di dalam sel atau oleh bakteri dan untuk mempertahankan struktur dan
komponen molekul, potongan organ harus diolah dengan tepat, sebelum atau
secepat mungkin setelah organ diangkat dari tubuh hewan. Fiksasi dapat
dilakukan secara kimiawi atau dengan cara fisika. Pada fiksasi kimiawi,
jaringan biasanya direndam dalam larutan yang menstabilkan atau dalam bahan
pengikat yang disebut bahan fiksasi. Karena bahan fiksasi memerlukan waktu
untuk meresap sepenuhnya kedalam jaringan, jaringan tersebut biasanya dipotong
menjadi fragmen kecil sebelum difiksasi untuk mempermudah pnetrasi bahan
fiksasi dan untuk menjamin pengawetan jaringan.
Salah satu
bahan fiksasi terbaik untuk pemeriksaan mikroskop cahaya rutin adalah larutan
dapar isotonic dari formaldehid 37%. Formaldehida dan glutaradelhida, yaitu
bahan fiksasi lain yang banyak di pakai, diketahui bereaksi dengan gugus amina
protein jaringan. Pada glutaradelhida, kerja fiksasinya diperkuat karena zat
ini merupakan dialdehida yang dapat membentuk ikatan-silang antarprotein.
Berikut
adalah jenis-jenis larutan fiksasi yang biasa digunakan dalam pemeriksaan suatu
jaringan :
1) Formaldehid
Formaldehid adalah suatu
gas yang larut dalam air. Larutan ini bersifat asam dan tersedia dalam bentuk
formaldehid 40% atau formalin, namun dengan konsentrasi ini tidak dapat dipakai
untuk fiksasi karena terlalu cepat mengeraskan jaringan. Sebagai larutan
fiksasi harus dicampurkan dalam air biasa atau larutan garam fisiologis, dengan
perbandingan 1 bagian formalin dengan 9 bagian pelarut menjadi formal saline
10% atau lebih dikenal dengan formalin 10%. Untuk penyimpanan dalam jumlah
besar dan waktu yang lama maka formaline 10% harus diberi garam buffer atau
magnesium atau kalsiumkarbonat supaya tidak terjadi pembentukan endapan asam
formik. Formalin mempunyai bau yang tidak enak dan dapat mengiritasim kulit,
selaput lendir dan mata. Oleh karena itu dianjurkan memakai sarung tangan
dengan udara terbuka waktu kita sedang mengelola materi berformalin.
2) Alkohol
Merupakan larutan dengan
daya dehidrasi yang kuat dan menyebabkan pengerasan dan pengerutan jaringan.
Alkohol dapat mengkoagulasi protein dan.presipitasi glukogen dan melarutkan
lemak. Fungsi alkohol yang utama adalah sebagai bahan fiksasi sediaan sitologi
namun dalam keadaan terpaksa dapat digunakan sebagai fiksasi sediaan
histopatologi. Hal ini disebabkan daya tembus alkohol yang kurang baik oleh
karena jaringan cepat menjadi keras dan mengkerut sehingga sediaan sukar
dipulas. Dua jenis alkohol paling sederhana adalah methanol dan etanol.
-
Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan jenis alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern.
Kegunaan etanol untuk minuman beralkohol, larutan 70% sebagai antiseptik,
Prosedur kerja
1. Organ yang diambil diiris setebal
maksimal 0,5-1 cm, dicuci dengan PBS dan dimasukkan kedalam formaldehid
2. Cairan formaldehid harus 5 kali
lebih banyak dari volume jaringan yang difiksasi.
3. Fiksasi dilakukan di suhu ruang
selama 2 jam dengan beberapa kali dibalik-balik sehingga larutan fiksasi dapat
masuk kedalam jaringan secara merata.
2. Pemendaman
dan Pemotongan
Jaringan
umumnya dipendam dalam medium padat untuk memudahkan pemotongan. Untuk
memperoleh sediaan yang tipis dengan
mikrotom, jaringan harus di infiltrasi sesudah fiksasi dengan substansi
pemendam yang member sifat padat pada jaringan. Bahan pemendaman meliputi
paraffin, dan damar plastik. Paraffin digunakan secara rutin untuk mikroskop
cahaya, dammar digunakan baik pada mikroskop cahaya maupun electron.
Proses pemendaman atau impregnasi
jaringan biasanya didahului oleh dua tahap utama yaitu pengeringan (dehydration) dan penjernihan
(clearing).
Pengeringan
atau dehydration
bertujuan untuk penarikan molekul air dalam jaringan. Proses ini sangat
penting terutama untuk jaringan – jaringan yang akan dibuat preparat irisan.
Biasanya proses dehidrasi dilakukan setelah proses fiksasi selesai.
Cara
melakukan dehidrasi :
Proses dehidrasi dijalankan secara perlahan-lahan menggunakan
alkohol bertingkat , dimulai dengan alkohol presentase rendah sampai dengan
alkohol absolute. Dimulai dengan alkohol 30 %, kemudian 50 %, 70 %, 80 %, 95 %,
alkohol absolute. Waktu yang dipergunakan untuk setiap tingkat alkohol
tergantung dari besar kecilnya jaringan . Alkohol absolute mempunyai kemampuan
memperkeras jaringan . Sebagai ancar-ancar jaringan jangan ditinggalkan didalam
alkohol tersebut lebih dari 1 atau 2 jam untuk jaringan berukuran biasa ( tebal
2-4 mm).
Penjernihan atau
clearing adalah suatu proses yang
dilakukan setelah tahapan dehidrasi yang berfungsi untuk membuat jaringan
menjadi jernih dan transparan . Medium penjernih ini akan menjernihkan atau
mentranparankan jaringan agar dapat terwarnai dengan baik dan memperlihatkan
warna sesuai dengan warna pewarnanya dan juga sebagai perantara masuknya
jaringan kedalam paraffin. Zat yang sering dipakai Xylol, tapi bisa juga
dipakai : benzol, benzene, toluol,dll. Untuk jaringan otak dan limfonoid lebih
baik menggunakan koloform. Waktu yang digunakan untuk proses penjernihan
tergantung pada : Ketebalan dan tingkat kepadatan jaringan Zat penjernih yang
digunakan Jenis jaringan.
3.
Infiltrasi
Infiltrasi adalah tahap yang sangat
penting dan kritis,karena tahap ini sangat menentukan kualitas hasil penyayatan
(Sectioning). Dalam proses ini, medium imbeding diinfiltrasikan ke dalm seluruh
jaringan.Infiltrasi juga suatu usaha dalm menyusupkan media penanaman ke dalam
jaringan dengan jalan menggantikan kedudukan Dehidran dan bahan penjernih.
Pada saat infiltrasi dilakukan
diusahakan agar oven tidak terlalu lama/sering dalam keadaan terbuka karena mengingat
titik leleh parafin berbeda cukup jauh dengan suhu ruang. Parafin yang membeku
di dalam oven tidak dapat masuk ke dalam jaringan (proses infiltrasi tidak
berlangsung sempurna).
akibat dari
kuang/tidak sempurnanya proses infiltrasi (adanya bagian jaringan yang tidak
mengandung parafin)
maka pada waktu
penyayatan kemungkinan akan banyak bagian yang berlubang.
Larutan
infiltrasi yang digunakan berupa Xylol-Parafin (1:1), paraffin murni
Prosedur kerja :
1.
infiltrasi jaringan dilakukan didalam oven pada suhu ± 560C
2.
sebelum jaringan dimasukkan kedalam parafin murni maka
dimasukkan kecampuran xylol-parafin (1:1)
3.
dimasukan kedalam parafin mulai parafin murni I, parafin
murni II, parafin murni III (masing-masing selama 30-60 menit).
4.
Embedding
Suatu usaha menyusupkan media
penanaman (embedding media) ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan
kedudukan dehidran dan bahan penjernih (clearing agents). Tujuan tahap embeding
ini adalah untuk mengisi jaringan dengan parafin sebagai pengikat jaringan agar
tetap memiliki bentuk dan struktur yang sama seperti hidup.
Cara melakukan embedding :
Dilakukan dengan merendam organ di
dalam inkubator dengan suhu tetap (72°C) dalam
parafin cair yang diisikan pada botol film. Organ kemudian diletakkan
dalam botol film berisi parafin cair sebanyak 2 kali pengulangan, masing-masing
selama 2 jam.
Contoh
gambar hasil Embedding
B.
Pemotongan jaringan
Mikrotom adalah
Alat yang digunakan untuk mengiris jaringan yang dipendam dalam dammar dan parafin.
Roda kemudi
pemegang batang
parafin
batang parafin
jaringan
pisau baja
Prosedur kerja :
1. Jaringan diiris dengan mikrotom
setebal 20 µm
2. Jaringan yang sudah diiris
diletakkan dalam air
3. Jaringan yang mengembang diatas air
dapat diambil dengan kaca preparat
4. Air yang tersisa dikeringkan sampai
jaringan menempel pada preparat
5. Irisan jaringan tersebut disimpan
dlam kotak preparat sebelum dilakukan pewarnaan.
C.
Pemulasan/pewarnaan
Agar dapat dipelajari dibawah mikroskop,
sediaan biasanya harus dipulas atau diwarnai karena kebanyakan jaringan tidak
berwarna. Oleh sebab itu, sejumlah metode pemulasan jaringan telah dirancang
agar berbagai unsure jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan satu dengan
yang lain. Kebanyakan pewarna ini bersifat sebagai senyawa asam atau basa dan
cenderung membentuk ikatan elektrostatik (garam) dengan radikal yang dapat
terionisasi di jaringan. Komponen jaringan dengan muatan netto negative
(anionic) lebih mudah di pulas dengan pewarna basa yang disebut basofilik, sedangkan komponen kationik,
seperti protein dengan banyak gugus amino yang terionisasi, memiliki afinitas
untuk pewarna asam dan disebut asidofilik.
Contoh pewarna basa adalah biru toluidin,
biru alcian dan biru metilen. Hematoksilin bekerja seperti pewarna basa,
artinya zat ini memulas komponen basofilik jaringan. Komponen jaringan utama
yang mengionisasi dan bereaksi dengan pewarna basa akan mengikat zat basa
karena adanya asam dalam komposisi jaringan tersebut.
Contoh pewarna asam misalnya G jingga (orange G), eosin dan asam fukhsin
memulas komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria, granula skretoris,
dan kolagen.
Dari semua pewarna, kombinasi hematoksilin dan eosin (H&E) yang
paling banyak dipakai. Hematoksilin memulas DNA intisel dan struktur asam
lainnya di sel (seperti bagian sitoplasma yang kaya-RNA dan matriks tulang
rawan) menjadi biru. Sebaliknya, eosin memulas sitoplasma dan kolagen menjadi
merah muda. Selain terdapat banyak pewarna lainnya misalnya trikom yang berfungsi menampakan inti
dan sitoplasma dengan jelas serta
membantu membedakan komponen jaringan ekstrasel daripada H&E.
Dasar kimiawi untuk prosedur pemulasan
lainnya lebih sulit dari pada interaksi elektrostatik yang mendasari basofilia
dan asidofilia. DNA secara spesifik dapat diidentifikasikan dan dikuantifikasi
dalam inti sel dengan menggunakan reaksi feulgen, pada reaksi ini, gula
deoksiribosa dihidrolisis oleh asam hidroklorat lemah, yang diikuti dengan
pengolahan dengan reagen asam periodat
dan schiff (PAS). Teknik PAS didasarkan pada transformasi gugus 1,2-glikol yang terdapat dalam gula
menjadi residu aldehid, yang lalu bereaksi dengan reagen Schiff untuk
menghasilkan warna magenta atau ungu.
Polisakarida
membentuk suatu kelompok yang sangat heterogen di jaringan dan terdapat baik
dalam bentuk bebas atau kombinasi dengan protein dan lipid. Karena kandungan
gula heksosnya, sejumlah besar polisakarida juga dapat diperlihatkan dengan
reaksi PAS. Polisakarida bebas yang berlimpah disel hewan merupakan glikogen, yang dapat diperlihatkan oleh
PAS di hati, otot lurik, dan jaringan lain yang menimbunnya.
Rantai
gula bercabang pendek melekat pada asam amino glikoprotein
sehingga kebanyakan glikoprotein terpulas positif oleh PAS.Glikosaminoglikan (GAG) merupakan
polisakarida anionic yang berantai panjang dan tidak bercabang dan mengandung
gula teraminasi. Banyak glikosaminoglikan yang disintesis ketika melekat pada
inti protein dan membentuk suatu golongan makromolekul yang disebut proetogliskan,
yang menjadi bahan penting matriks ekstra sel (ECM) ketika disekresi.
Material
basofilik atau yang terpulas positif dengan PAS selanjutnya dapat
diidentifikasi oleh pengolahan awal sediaan jaringan melalui pencernaan enzim
dengan suatu enzim yang secara spesifik mencerna suatu substra, dan membiarkan
bagian lainnya yang berdekatan. Pada banyak prosedur, struktur tertentu seperti
inti sel menjadi terlabel, tetapi bagian sel lain sering tidak tampak. Dalam
hal ini, pulasan balik
(counterstain) digunakan untuk memberikan informasi tambahan. Pemulas balik
biasanya adalah pewarna tunggal yang diberikan pada suatu sediaan dengan metode
lain untuk mempermudah pengenalan inti atau struktur lain.
Struktur
yang kaya akan lipid paling baik diperlihatkan dengan zat pewarna yang
larut-lipid untuk menghindari langkah persiapan seperti pengolahan dengan
panas, xylene, paraffin, yang dapat membuang lipid. Sediaan beku dipulas dalam
larutan alcohol yang tersaturasi dengan suatu pewarna lipofilik seperti sudan
black. Zat warna larut dalam dropet lipid sel dan struktur lain yang kaya
lipid, yang menjadi terpulas hitam.
Metode
khusus untuk menemukan kolesterol, fosfolipid, dan glikolipid bermanfaat pada
diagnosis penyakit metabolic dengan terjadinya akumulasi barbagai jenis lipid
didalam sel. Selain pemulasan jaringan dengan pewarna, teknik impregnasi logam
yang biasanya menggunakan garam perak merupakan metode yang umum dalam
memperlihatkan serat matriks ekstrasel tertentu dan element sel spesifik di
jaringan saraf.
Lama
keseluruhan prosedur, mulai dari saat fiksasi sampai pengamatan jaringan di
bawah mikroskop cahaya dapat memerlukan waktu dari 12 jam 2,5 hari, yang
bergantung pada ukuran jaringan, bahan fiksasi, media pemendaman dan metode
pemulasan. Langakah terakhir sebelum pengamatan adalah melekatkan kaca penutup
pada kaca objek dengan media perekat.
1. Pewarnaan
Hematoksilin dan Eosin
Prinsipnya :
Inti
sel yang bersifat asam akan menarik zat/larutan yang bersifat basa sehingga akan berwarna biru. Sitoplasma bersifat basa akan
menarik zat/larutan asam sehingga berwarna merah.
Hematoksilin
merupakan jenis pewarnaan basa yang memulas komponen basofilik jaringan.
Hematoksilin memulas inti sel dan matrix ekstraseluler menjadi berwarna biru.
Eosin
merupakan jenis pewarnaan yang memulas komponen asidofilik jaringan. Eosin memulas
sitoplasma, mitokondria,granula sekretoris dan kolagen menjadi berwarna merah.
Contoh jaringan dengan pengecatan
Hematoksilin Eosin
1.
Nodus Lymphaticus
Teknik
pewarnaan : HE
Perhatikan :
a.
Capsula : Jaringan ikat ini mengandung :
–
serabut-serabut kolagen.
–
vasa lymphatica afferentia
b.
Hilum : serabut kolagen tampak
lebih tebal.
c.
Cortex : disini terdapat banyak
noduli lymphatici yang berderet-deret.
Noduli
limphatici merupakan kumpulan padat limfosit
Di
pusat noduli ada centrum germinale sel (tempat limfosit B
berproliferasi dan differensiasi menjadi sel plasma)
d. Trabeculae : berasal dari capsula, meluas ke arah pusat
nodus lymphaticus di antara
noduli limphatici dan medulla.
e. Paracortex
antara cortex dan medulla, tempat limfosit T
f. Medulla, lebih kedalam berwarna
lebih pucat
g. Sinus
Lymphaticus (rongga tempat menampung cairan limfe dari vasa limfatik afferens.).
Ada berbagai jenis:
–
sinus lymphaticus capsularis (marginalis) : dibawah capsula
– sinus corticalis : di sepanjang trabeculla
–
sinus medullaris
: di medulla
2.
Lien atau Spleen
Pewarnaan : HE
Pengamatan pada sediaan limfa:
a. Selubung :
–
tunica serosa : epitel pipih selapis
–
tunica fibrosa : mengandung serabut
kolagen dan elastis. Berlanjut ke tengah
sebagai
trabecula
b. Isi :
Pulpa lienalis dibedakan 2 jenis :
–
Pulpa alba : tampak sebagai
kelompok berpadatan, kebiru-biruan
Arteria
centralis terdapat dekat pusat pulpa alba.
–
Pulpa rubra : tampak sebagai
jaringan tidak teratur.
3.
Thymus
Pewarnaan : HE
Perhatikan :
a. Capsula
: berlanjut sebagai septum interlobare yang membagi thymus menjadi lobus
thyme.
b.
Cortex : penuh dengan limfositus
thymicus atau thymocytus, berpadatan, kebiru-biruan.Merupakan
tempat produksi limfosit
c. Medulla
: berwarna lebih pucat.limfositus lebih sedikit
– banyak limfoblastus dan
retikulositus
–
terdapat corpusculum thymicum kebulat-kebulatan mengandung :
•
sel epitel teratur konsentris.
•
cellula gigantica atau sel raksasa.
4. Tonsil
Pewarnaan : HE
Perhatikan :
a.
Capsula : berupa jaringan ikat sebagai pembungkus, capsula membentuk septum internodulare
ke arah pusat.
b.
Epithelium Squamosum Stratificatum : melapisi permukaan bebas.
– banyak mengalami infiltrasi oleh
limfosit
–
berlekuk-lekuk dinamakan: crypta tonsillaris.
c.
Noduli Lymphatici : bulat, berderet
sepanjang crypta tonsillaris
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
makalah metode pemeriksaan histology jaringan adalah sebagai berikut:
1. Histologi merupakan ilmu yang
memepelajari tentang jaringan tubuh dan
cara jaringan ini menyusun organ-organ.
2.
Jaringan
dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel
dan matriks ekstrasel yang berukuran mikroskopis, sehingga dalam
pengamatannya diperlukan mikroskop.
3.
Sebelum
melakukan pengkajian, diperlukan adanya sediaan jaringan, yang
cara pembuatannya disebut histoteknik.
4. Tahapan dalam pembuaatan sediann
jaringan adalah fiksasi, pemendaman dan
pemotongan, pemulasan dan berakhir
dengan penempatan kaca penutup pada kaca
objek.
B.
SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.
No comments:
Post a Comment