YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
A.
JUDUL
PERCOBAAN
Penentuan
kadar zat organik (nilai permanganat) pada sampel air waduk dengan metode
volumetri.
B.
TUJUAN
PERCOBAAN
1. Mahasiswa
dapat mengetahui standarisasi larutan permanganat (KMnO4) dengan tepat.
2. Mahasiswa
dapatmengetahui cara penetapan kadar zat organik (nilai permanganat) pada
sampel air waduk dengan metode volumetric.
C.
LANDASAN
TEORI
Air memegang peranan penting bagi
kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan jasad-jasad lain. Air yang kita perlukan
adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia,
bakteriologis dan radioaktif. Air yang tidak tercemar, didefinisikan sebagai
air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi
batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat dipergunakan secara normal.
Air yang memenuhi syarat, diharapkan dampak negatif penularan penyakit melalui
air bisa diturunkan.
Peningkatan kuantitas air minum adalah
merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup
seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat
tersebut. Untuk keperluan minum dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/hari,
sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk
masyarakat Indonesia diperkirakan sebanyak 60 liter/hari.Analisa volumetri merupakan bagian dari kimia analisa kuantitatif, di mana
penentuan zat dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat
yang diketahui konsentrasinya, yang dibutuhkan untuk bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan zat yang dibutuhkan tadi. . Air yang digunakan harus bebas dari
kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang
memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin lama makin berkurang
sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja.
Sahingga air memiliki kandungan zat-zat organik utamanya permanganat yang dapat
membahayakan tubuh jika dikonsumsi.
Analisa volumetri merupakan bagian dari kimia analisa kuantitatif, di mana
penentuan zat dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat
yang diketahui konsentrasinya, yang dibutuhkan untuk bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan zat yang dibutuhkan.
Dalam volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu
proses di mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui
konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan
yang ditentukan atau yang dititrasi sampai keduanya bereaksi sampai sempurna
dan mencapai jumlah equivalen larutan baku sama dengan nol equivalen larutan
yang dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau titik akhir
titrasi.
Untuk mengetahui kesempurnaan berlangsungnya reaksi antara larutan baku dan
larutan yang dititrasi digunakan suatu zat kimia yang dikenal sebagai
indikator, yang dapat membantu dalam menentukan kapan penambahan titran harus
dihentikan. Bila reaksi antara larutan yang dititrasi dengan larutan baku telah
berlangsung sempurna, maka indikator harus memberikan perubahan visual yang
jelas pada larutan (misalnya dengan adanya perubahan warna atau pembentukan
endapan). Titik pada saat indikator memberikan perubahan disebut titik akhir
titrasi dan pada saat itu titrasi harus dihentikan. Dalam volumetri dikenal 2 macam larutan baku, yaitu baku primer dan baku
sekunder.
Larutan
baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya.
Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu: Larutan baku sekunder Adalah suatu
larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan
larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4,
Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder: – derajat kemurnian lebih rendah
daripada larutan baku primer – mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil
kesalahan penimbangan – larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
Proses analisis untuk menentukan jumlah yang
tidak diketahui dari suatu zat, dengan mengukur volume larutan pereaksi yang
diperlukan untuk reaksi sempurna disebut analisis volumetri. Analisis ini
juga menyangkut pengukuran volume gas.
Proses
mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam
larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna disebut titrasi.
Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan standard. Proses
penentuan konsentrasi larutan standard disebut “menstandardkan” atau
“membakukan”. Larutan standard adalah larutan yang diketahui konsentrasinya,
yang akan digunakan pada analisis volumetrik.
Ada cara dalam
menstandarkan larutan yaitu:
1)
Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan
suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh
volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebutlarutan
standard primer, sedangkan zat yang digunakan disebut standard
primer.
2)
Larutan yang konsentrasinya tidak dapat
diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh
volume tertentu, tetapi dapat distandardkan dengan larutan standard primer,
disebut larutan
standard sekunder.
Larutan standar
sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi
dengan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh:
AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2. Zat yang dapat digunakan untuk larutan baku sekunder,
biasanya memiliki karakteristik seperti di bawah ini:
1. Tidak
mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.
2. Zatnya
tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada waktu
penimbangan
3. Derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
4. Mempunyai
BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
5. Larutannya
relatif stabil dalam penyimpanan
Permanganometri adalah
titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 (oksidator kuat) sebagai titran. Dalam
permanganometri tidak dipeerlukan indikator , karena titran bertindak sebagai
indikator (auto indikator). Kalium permanganat bukan larutan baku primer, maka
larutan KMnO4 harus distandarisasi, antara lain dengan arsen(III) oksida
(As2O3) dan Natrium oksalat (Na2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk
penentuan kadar besi, kalsium dan hidrogen peroksida. Pada penentuan besi, pada
bijih besi mula-mula dilarutkan dalam asam klorida, kemudian semua besi
direduksi menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada
penetapan kalsium, mula-mula .kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat
kemudian endapan dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan permanganat.
Titrasi dengan iodium ada dua macam
yaitu iodimetri (secara langsung), dan iodometri (cara tidak langsung). Dalam
iodimetri iodin digunakan sebagai oksidator, sedangkan dalam iodometri ion
iodida digunakan sebagai reduktor. Baik dalam iodometri ataupun iodimetri
penentuan titik akhir titrasi didasarkan adanya I2 yang bebas. Dalam iodometri
digunakan larutan tiosulfat untuk mentitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium
tiosulfat merupakan standar sekunder dan dapat distandarisasi dengan kalium
dikromat atau kalium iodidat.
Larutan standar yang digunakan dalam
kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya
berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. larutan tidak boleh distandarisasi
dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar
primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga
murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk natrium tiosulfat ( Day &
Underwood, 2002 ).
1. Larutan
Baku Primer
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti. Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat.
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INSTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
Larutan
yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu disebut larutan baku
primer. Syarat agar suatu zat menjadi larutan baku primer adalah:
a. Mudah
diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C)
dan disimpan dalam keadaan murni.
b. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam
penimbangan di udara.
c. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji
kualitatif dan kepekaan tertentu.
d. Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen
yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
e. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih
f. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus
bersifat stoikiometrik dan langsung.kesalahan titrasi harus dapat diabaikan
atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
Larutan baku primer biasanya dibuat
hanya sedikit, penimbangan yang dilakukanpun harus teliti, dan dilarutkan
dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer ini biasanya dilakukan
dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan
baku primer adalah asam oksalat, Boraks, asam benzoat(C6H5COOH),
K2Cr2O7, AS2O3, NaCl.
Konsentrasi larutan baku yang digunakan
dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan) dan
normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan). Satuan
molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan
satuan normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dapat memudahkan
perhitungan.
Membuat Larutan Baku Primer
a. Tentukan
dahulu berapa banyak larutan yang akan dibuat, zat apa yang akan dibuat menjadi
larutan baku primer, dan berapa besar konsentrasinya. Misalnya 100 cm3 larutan asam oksalat 0,1 M.
b. Setelah
itu hitung berapa massa yang harus ditimbang dan siapkan peralatan sesuai yang
diperlukan (gelas kimia kecil atau botol timbang, corong pendek, batang
pengaduk , botol semprot, labu ukur sesuai dengan volume yang akan dibuat).
Keadaan alat harus bersih dan siap untuk segera dipakai.
c. Timbang
zat sesuai dengan perhitungan dan timbang dengan teliti (sampai 4 desimal)
dalam gelas kimia kecil atau botol timbang, lalu catat hasil penimbangan
tersebut dengan baik untuk menentukan konsentrasi secara akurat.
d. Siapkan
wadah(labu ukur) untuk melarutkan dan pada ujung (mulut labu ukur) diletakkan
corong pendek.
e. Larutkan
zat dengan sedikit air dan aduk sampai sebanyak mungkin zat padat tersebut
larut, jika sudah tidak dapat larut lagi tuangkan larutan ini ke dalam labu
ukur yang sudah siap(di atas) dan lanjutkan pelarutan sampai semua zat padat
terlarut.
f. Setelah
semua zat padat terlarut bilas gelas kimia kecil atau botol timbang tersebut
dan air dan air bilasannya dimasukan dalam labu ukur. Setelah itu lakukan pembilasan
dengan cara gelas kimia kecil atau botol timbang dan batang pengaduk dipegang
dengan tangan kiri dan letakkan di atas corong pendek yang di bawahnya terdapat
labu ukur, lalu semprotkan air dari botol semprot pada gelas kimia tersebut.
Hati-hati penyemprotan air ini jangan sampai airnya terpercik ke luar. Lakukan
ini minimal 3 kali, lalu letakkan gelas kimia kecil dan semprot batang
pengaduknya lalu angkat batang pengaduk dan simpan. Bilas juga corongnya 3 kali
baru corong diangkat perlahan-lahan sambil tangkainya dibilas.
g. Isikan
air sampai mendekati tanda batas lalu keringkan bagian dalam di atas larutan
dengan kertas isap(hati-hati jangan sampai kertas isap masuk dalam larutan).
h. Tanda
bataskan labu dengan cara meneteskan air dari pipet tetes yang bagian luarnya
kering ke atas larutan. Tutup labu dan aduk-aduk campuran dengan cara pegang
tutup labu dengan jari tangan dan ujung labu yang lain diletakan pada tangan.
Gerak-gerakkan tangan turun naik sebanyak 10 kali maka larutahn baku primer
siap untuk digunakan.
i.
Lakukan juga pembuatan larutan baku
primer untuk larutan boraks. Setelah ditimbang, boraks ini ditambahkan air lalu
dipanaskan dengan sedikit air sampai boraks larut , lalu tambahkan lagi sedikit
air dan biarkan mendingin baru dilarutkan seperti di atas.
Pembuatan Larutan Baku Dan Standardisasi
Sudah dikemukakan bahwa dalam titrasi analit direaksikan dengan suatu
pereaksisehingga jumlah kedua zat tersebut ekivalen. Bila prereaksi
dipergunakan dalam bentuk padat, maka beratnya harus diketahui dengan tepat.
Ini berarti bahwa zat tersebut harus sangat murni. Sebaliknya bila pereaksi
dipergunakan dalam bentuk larutan, maka dan konsentrasinya harus diketahui
dengan tepat kedua-duanya. Volume yang tepat relatif mudah diketahui (diukur
dengan buret atau pipet); untuk mengetahui konsentrasinya yang tepat, maka
berat zat yang dilarutkan dan volume larutan yang terjadi juga harus diketahui
dengan tepat. Jadi tetap ada kebutuhan mengetahui berat yang tepat dari
pereaksi tersebut dan seperti disebutkan diatas
zat tersebut harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi. Suatu contoh dari
zat yang tidak dapat dianggap cukup murni adalah ion NaOH. Dalam pembuatannya
mungkin NaOH dapat dihasilkan cukup murni akan tetapi dalam penyimpanannya NaOH
mengalami perubahan antara lain karena NaOH higroskopis jadi menarik uap air
dari udara, selain itu juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Kedua proses
ini menyebabkan NaOH tidak murni lagi dan bila ditimbang sejumlah tertentu
sukar untuk mengetahui berapa sebenarnya NaOH murni yang terkandung didalamnya
karena jumlah H2O maupun CO2 yang ditarik oleh NaOH tidak dapat ditentukan
(tidak tertentu). Dengan kata lain bila ditimbang 40 gram NaOH (= 1 grametil
merahol), maka sesungguhnya isinya kurang dari 1 grametil merahol; jika
dilarutkan menjadi 1 liter larutan tepat, maka konsentrasinya tidak dapat
dinyatakan 1,0000 M. Tanpa mengetahui konsentrasi NaOH yang setepatnya, maka
titrasi yang mempergunakan NaOH itu juga tidak dapat dipakai untuk menghitung
dengan tepat jumlah analit. Maka timbulah kebutuhan standardusasi larutan NaOH
itu. Standardisasi adalah suatu usaha untuk menentukan konsentrasi larutan baku
yang tepat.
Cara yang dipergunakan dapat
bermacam-macam, misalnya untuk standardisasi larutan AgNO3 dapat diapakai
gravimetri; diendapkan sebagai AgCl. Dapat juga dipakai titrasi asal tersedia
suatu larutan yang diketahui konsentrasinya. Untuk standardisasi secara titrasi
ini, maka bahan penstandardisasi haruslah suatu bahan baku primer yaitu suatu
bahan yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan
yang dilarutkan dan volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari bahan
baku primer tersebut dinamakan larutan baku primer.
Karena titrasi merupakan jalan yang
paling sederhana untuk standardisasi, maka penting untuk mengetahui sifat-sifat
atau syarat-syarat yang diperlukan untuk bahan baku primer yaitu:
1) Sangat
murni, atau mudah dimurnikan, mudah diperoleh dan dikeringkan
2) Mudah
diperiksa kemurniannya (mengetahui macam dan jumlah pengotornya)
3) Stabil
dalam keadaan biasa, setidak-tidaknya selama ditimbang
4) Sedapat
mungkin mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk mengurangi kesalahan
penimbangan
5) Dalam
titrasi akan bereaksi menurut syarat-syarat reaksi titrasi.
Macam bahan baku primer
dengan sendirinya berbeda menurut macam titrasinya.
Bahan baku primer yang betul-betul baik tidak banyak jumlahnya karena syarat-syarat diatas cukup berat.
Bahan baku primer yang betul-betul baik tidak banyak jumlahnya karena syarat-syarat diatas cukup berat.
Pengertian Titrasi
Titrasi
adalah suatu metoda analisa kimia yang digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu reaktan. Titrasi juga dapat diartikan sebagai perubahan secara
berangsur-angsur suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat pada
larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui sampai reaksi kimia di antara
kedua larutan itu selesai. Karena pengukuran memainkan peranan penting
dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik.
Pembagian Analisis Volumetri
Berdasarkan
atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis volumetri
dibagi atas :
1) titrasi
asam-basa
2) titrasi
pengendapan
3) titrasi
redoks
D.
ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali
ini yaitu buret, erlenmeyer, labu ukur, gelas beaker, batang pengaduk, sendok
tanduk, kertas timbang, neraca analitik, corong, pipet tetes, pipet ukur, bulb,
dan hot plate.
2.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan yang
disediakan yaitu asam sulfat pekat (H2SO4), asam oksalat (H2C2O4),
kalium permanganate (KMnO4), aquades, dan sampel air waduk.
E.
PROSEDUR
KERJA
1.
Pembuatan
larutan KMnO4 0,01 N
a. Ditimbang
0,3160 gram KMnO4
b. Dilarutkan
dengan sedikit aquades kedalam labu ukur 1000 ml
c. Ditambahkan
aquades hingga menncapai batas skala labu ukur tersebut.
d. Dihomogenkan.
2.
Pembuatan
larutan H2C2O4 0,0141 N
a. Ditimbang
0,1675 gram H2C2O4
b. Dilarutkan
dengan sedikit aquades pada labu ukur 250 ml
c. Ditambahakan
aquades hingga mencapai batas skala labu ukur tersebut.
d. Dihomogenkan.
3.
Pembuatan
larutan H2SO4 8 N
a. Dimasukkan
sedikit aquades kedalam labu ukur 250 ml
b. Diberi
H2SO4 pekat sebanyak 55,6 ml lalu dihomogenkan
c. Ditambahkan
aquades hingga mencapai batas skala labu ukur tersebut.
d. Dihomogenkan
kembali.
4. Standarisasin
larutan KMnO4 0.01 N
a. Dimasukkan
KMnO4 0,01 N kedalam buret
b. 10
ml larutan H2C2O4 0,01 N dimasukkan kedalam Erlenmeyer
c. Ditambahakan
larutan H2SO4 sebanyak 2,5 ml kedalam Erlenmeyer sebagai indicator
d. Larutan
dipanaskan diatas hot plate sampai mendidih
e. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N
f. Terjadinya
perubahan warna menjadi pink keunguan menandakan titik akhir titrasi
g. Dicatat
volume titran KMnO4
h. Diulangi
percobaan hingga mendapat nilai konstan minimal duplo
i.
Ditentukan kosentrasi KMnO4 dengan
normalitas.
j.
Dilakukan titrasi dengan prosedur yang
sama dengan mengganti sampel dengan blanko (aquades).
5.
Penetapan
kadar zat organik pada sampel air waduk
a. Dipipet
sampel air waduk keldalam Erlenmeyer
sebanyak 50 ml
b. Ditambahkan
5 tetes larutan K2CrO4 5 %
c. Dimasukkan
50 ml larutan AgNO3 0,0141 N kedalam buret
d. Dititrasi
sampel air dengan larutan AgNO3
e. Terbentuknya
endapan merah bata menandakan titik akhir titrasi
f. Dicatat
volume titran AgNO3
g. Diulangi
percobaan hingga mendapat nilai konstan minimal duplo
h. Dihitung
kadar klorida (cl) pada sampel air
i.
Diulangi percobaan diatas dengan
menggunakan sampel aquades
j.
Ditentukan kadar kloridanya
F.
HASIL
PENGAMATAN
No
|
Volume
titran KMnO4 saat standarisasi
|
Perubahan
waarna
|
Volume
titran KMnO4 saat penentuan kadar zat organik
|
1
|
V1 =
12,5 ml
V2 = 13
ml
|
Sebelum dititrasi
larutan tidak berwarna setelah ditirasi larutan berwarna pink keunguan
|
V2 = 2,0 ml
V2
= 2,3 ml
|
G.
ANALISA
DATA
1.
Konsentrasi
KMnO4
2.
Kadar
KMnO4
18, 69 mg/l
H.
PEMBAHASAN
Analisa volumetri merupakan bagian dari kimia analisa kuantitatif, di mana
penentuan zat dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat
yang diketahui konsentrasinya, yang dibutuhkan untuk bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan zat yang dibutuhkan. Pada praktikum kali ini kami
mengambil air waduk sebagai sampel yang akan diamati kadar zat organiknya dalam
hal ini adalah nilai permanganat. Alat yang digunakan
pada praktikum kali ini yaitu buret, erlenmeyer, labu ukur, gelas beaker, batang
pengaduk, sendok tanduk, kertas timbang, neraca analitik, corong, pipet tetes,
pipet ukur, bulb, dan hot plate. Adapun bahan yang digunakan yang disediakan
yaitu asam sulfat pekat (H2SO4), asam oksalat (H2C2O4),
kalium permanganate (KMnO4) dan aquades.
Prosedur
yang dilakukan ada beberapa tahap yaitu yang dimulai dengan pembuatan larutan
KMnO4 0,01 N, pembuatan larutan H2C2O4 0,01 N, pembuatan larutan H2SO4 8 N,
kemudian standarisasi larutan KMnO4 0,01 N, lalu dilanjutkan dengan penentuan
kadar zat-zat organik atau nilai permanganate pada samapel air waduk tersebut.
Adapun haasil yang diperoleh adalah V1 larutan titran KMnO4 pada saat
standarisasi adalah 12,5 ml, sedangkan V2 sebanyak 13 ml yang dimana
perbedaannya hanya 0,5 ml saja. Untuk volume larutan titran KMnO4 saat
penentuan kadar zat organik, V1 = 2,0
ml, sedangkan V2 = 2,3 ml yang dimana perbedaan volumenya 0,3 ml saja.
Dan tercapainya titik akhir dari titrasi dari larutan tersebut dapat ditandai
dengan perubahan warna larutan pada Erlenmeyer dari yang tak berwarna berubah
menjadi pink keunguan. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh analisa data yaitu
kadar KMnO4 pada sampel air waduk sebanyak 18,69 mg/l dengan konsentrasi KMnO4
0,008 N.
I.
KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaaan yang telah dilakukan dan berdasar dari hasil yang telah diperoleh
dapat disimpulkan bahwa sampel air waduk tersebut mengandung kadar zat organik
dalam hal ini nilai permanganat sebanyak 18,69 mg/l yang dititrasi dengan
konsentrasi larutan titran 0,008 N Metode volumetri.
DAFATR
PUSTAKA
·
Rivai, Harrizul. 1995. Asas
Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
·
Day, R. A. DanUnderwood, A. L. 1999. Analisis
Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
·
Vogel, A.I. 1990. Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta
·
Adinata, H. 2012. Penentuan Kandungan Fosfat, Sulfat dan Sulfida Air Sungai Siak dan
Sungai Kampar dari Hasil Penyaringan Konvensional yang Dimodifikasi untuk
Mendapatkan Air Baku Air Minum. FMIPA-UR, Pekanbaru.
No comments:
Post a Comment