A.Judul Praktikum : Uji
Protein
B.Tujuan Praktikum :1.Untuk mengidentifikasi unsure-unsur
penyusun protein
2.Untuk
mengidentifikasi daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu
3.Untuk mengetahui
pengaruh larutan garam konsentrasi terhadap sifat kelarutan protein
4.Untuk membuktikan
adanya asam amino bebas dalam protein
5.Utuk
membuktikan adanya molekul-molekul peptide dari protein
C. Latar Belakang
Protein merupakan salah satu zat
penting yang diperlukan untuk tubuh kita agar tetap sehat.Namun apakah
sebenarnya pengertian dari protein?Protein merupakan kelompok dari makromolekul
organik kompleks dimana didalamnya terkandung hidrogen, karbon, nitrogen,
oksigen dan sulfur serta terdiri dari satu atau beberapa rantai asam amino.
Ini adalah komponen utama dari
semua sel hidup yang mencakup banyak zat seperti hormon, enzim, serta antibodi
yang dibutuhkan untuk fungsi organisme.Zat ini sangat penting karena digunakan
untuk perbaikan jaringan dan pertumbuhan. Zat ini bisa diperoleh dari berbagai
sumber makanan seperti telur, susu, ikan, daging, dan kacang-kacangan.
Jika melihat dari pengertian
protein, zat ini tidak bisa diproduksi sendiri dari dalam tubuh manusia
sehingga harus diambil melalui sumber lainnya yaitu lewat makanan.Kebutuhan
sisanya bisa dibuat oleh hati bila seluruh komponen kimia yang dibutuhkan
tersedia. Senyawa ini memiliki fungsi yang bermacam-macam untuk tubuh kita dan
semua fungsi tersebut dibangun dari satu set asam amino. Fungsi utama sekaligus
yang paling penting adalah untuk pemeliharaan dan pertumbuhan semua sel-sel di
dalam tumbuh dan struktur tubuh seperti sel darah, otot, tulang, rambut, dan
kulit.Selain itu, mereka juga merupakan komponen utama dari enzim karena asam
amino tersebut membantu memfasilitasi berbagai reaksi kimia di dalam tubuh,
termasuk terjadinya pencernaan. Protein juga turut berperan penting dalam
produksi berbagai hormon penting bagi tubuh seperti hormon tiroid, hormon
insulin, hormon testosteron, dan hormon estrogen.
Saat kita mengkonsumsi makanan
berprotein, maka perut akan mengeluarkan asam pencernaan yang membantu proses
pemecahan struktur kimia. Selanjutnya pencernaan berlangsung di usus kecil
dimana sebagian besar pemecahan unsur senyawa protein terjadi di sini. Pada
akhirnya, protein dikembalikan lagi ke struktur asam amino dasar sehingga bisa
diserap oleh tubuh melalui usus dan diserap lewat aliran darah. Dari usus dan
darah, asam amino mengalir ke hati yang mengatur penggunaan asam amino. Selain
itu, asam amino kadang-kadang juga digunakan untuk mensintesis protein dalam
hati dan kadang dikirim ke bagian tubuh lain untuk digunakan.
Protein dalam makanan bisa berasal dari dua macam sumber
yang berbeda, yaitu:
Protein
nabati, sumber utamanya adalah tumbuh-tumbuhan.Protein
nabati tidak mempunyai profil asam amino yang lengkap.Walaupun demikian
ternyata ada salah satu sumber makanan yang mempunyai asam amino yang paling
lengkap yaitu kedelai. Tetapi, soy protein sekalipun juga masih kekurangan asam
amino esensial yang disebut methionine.Makanan yang kaya protein nabati adalah
kacang-kacangan dan biji-bijian.
Protein
hewani, sumbernya diperoleh dari hewan, di
antaranya adalah susu, daging, dan telur. Protein hewani mengandung asam amino
yang lengkap jika dibandingkan dengan yang nabati sehingga dapat digunakan
secara optimal untuk perkembangan tubuh manusia. Asam amino esensial tidak bisa
diproduksi oleh tubuh.Oleh sebab itu, asam amino ini hanya bisa didapat dari
makanan yang dikonsumsi.
Diet sehat minimal harus mencakup
2 hingga 3 porsi protein per hari.Protein hewani biasanya mengandung lemak
jenuh yang lebih tinggi sehingga konsumsinya harus dibatasi.Jika Anda ingin
mengkonsumsi sumber asam amino yang tidak mengandung lemak adalah ayam panggang
atau kalkun panggang tanpa kulit, ikan, dan daging sapi tanpa lemak. Kekurangan
protein dapat menyebabkan seseorang menderita penyakit kwashiorkor dan
marasmus.Tetapi kelebihan zat ini juga dapat menyebabkan seseorang mengalami
obesitas dan memberatkan kinerja hati dan ginjal. Demikian pengertian protein
dan mengapa zat ini penting untuk tubuh. Sehingga kita melakukan praktikum ini
untuk membuktikan kandungan protein pada salah satu sampel yaitu pada putih
telur.
D.
Tinjauan Pustaka
Kata protein berasal dari kata protos
atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen
penting sel hewan atau manusia sehingga fungsi utama protein yaitu sebagai zat
pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Protein adalah komponen yang terdiri atas
atom karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, dan beberapa ada yang mengandung
sulfur dan fosfor. Tersusun dari serangkaian asam amino dengan berat molekul
yang relatif sangat besar, yaitu berkisar 8.000 sampai 10.000. Protein yang
tersusun dari hanya asam amino disebut protein sederhana. Adapun protein yang
mengandung bahan selain asam amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan
karbohidrat, disebut protein kompleks. Secara biokimiawi, 20% dari susunan
tubuh orang dewasa terdiri dari protein. Kualitas protein ditentukan oleh jumlah
den jenis asam aminonya (Devi, 2010).
Protein sangat berperan penting
dalam proses tubuh. Proses kimia tubuh dapat berlangsung dengan baik karena
adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu,
hemoglobin dalam butir-butir darah merah (eritrosit) yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh adalah suatu jenis
protein. Demikian juga zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri atau yang
biasa disebut antigen juga suatu protein. Protein merupakan jenis zat gizi yang
diperlukan tubuh untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan juga untuk
pertumbuhan. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan
ataupun tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani,
sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan
sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai,
gandum, jagung, dan buah-buahan.
Protein merupakan polimer dari asam amino.
Asam amino membentuk polimer rantai lurus dengan ikatan peptida, sehingga
polimer ini disebut denganpeptid atau polipeptida. Polipeptida mengalami
pelipatan karean reaksi gugus fungsi dan sisi reaktif molekul penyuunnya,
sehingga tebentuklah molekul besar polipeptida yang dinaman protein. Protein
secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu protein sederhana yang hanya
tersusun oleh asam amino dan protein konjugasi yang tersusu tidak hanya oleh
asam amino namun juga bahan lain seperti karbohidrat (glikoprotein), asam
nukleat (nukleoprotein), lipid (lipoprotein), logam (metaloprotein) dan fosfat
(fosfoprotein) (Handito, dkk, 2014).
Protein merupakan komponen itama dalam
semua hal hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan
tubuh, protein merupakan komponen terbesa setelah air. Kira-kira dari 50% berat
yang terdidi atas unsur-unsur karbon (50-55%), hidrogen (± 7%), oksigen (± 13%)
dan fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya yang
mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi (Sirajuddin, 2012).
Dalam
kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh
dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzi, suatu protein berfungsi
sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau
erittrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke seluruh bagian tubuh,
adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk
melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen juga suatu protein
(Poedjiadi, 2009).
Protein dalam
tubuh berguna sebagai zat pembangun atau pertumbuhan karena protein merupakan
pembentuk jaringan baru dalam tubuh terutama pada bayi, anak-anak, ibu hamil,
ibu menyusui dan orang yang baru sembuh dari penyakit. Protein juga berfungsi
sebagai pengatur dalam metabolisme tubuh. Selain itu protein juga merupakan
komponen pembentuk antibodi untuk mempertahankan daya tahan tubuh (Andayani,
2011).
a. Sifat Fisis
Protein
Protein murni
tidak berwarna dan tidak berbau. Jika protein tersebut dipanaskan, warnanya
berubah menjadi coklat dan baunya seperti bau bulu atau bau rambut terbakar.
Keratin misalnya, yaitu protein yang monomernya banyak mengandung asam amino
sistein. Jika keratin dibakar, timbul bau yang tidak enak. Protein alam yang
murni juga tidak memiliki rasa, tetapi hasil hidrolisis protein, yaitu
proteosa, pepton, dan peptida, mempunyai rasa pahit. Pada umumnya, protein
terdapat dalam bentuk amorf dan hanya sedikit sekali yang terdapat dalam bentuk
Kristal. Protein nabati umumnya lebih mudah membentuk Kristal dibandingkan
dengan protein hewani. Protein hewani seperti hemoglobin mudah membentuk suatu
Kristal, sedangkan albumin sukar. Kandungan protein pada setiap bahan
berbeda-beda. Beberapa protein enzim, seperti tripsin, pepsin, urease, dan
katalase juga dapat membentuk Kristal (Sumardjo, 2008).
b. Sifat Amfoter
Adanya gugus
amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan
protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter (dapat
bereaksi dengan asam maupun dengan basa). Dalam kimia, amfoter merujuk pada zat
yang dapat bereaksi sebagai asam atau basa. Perilaku ini dapat terjadi karena
memiliki dua gugus asam dan basa sekaligus atau karena zatnya sendiri mempunyai
kemampuan seperti itu. Zat amfoter yang klasik adalah asam amino, protein, dan air.
Beberapa logam, seperti seng, timah, aluminium, dan berilium, dapat membentuk
oksida amfoterik. Gejala ini dapat dimanfaatkan untuk memisahkan kation dalam
larutan, misalnya seng dari mangan (Linggih, 2004).
c. Putih Telur (Egg
White)
Putih telur atau albumin
merupakan cairan yang tidak berwarna, mengandung kurang lebih 78% air. Beberapa
karakteristik protein putih telur mentah antara lain bersifat racun baik untuk
hewan maupun manusia seperti avidin, flavoprotein dan sebagainya. Oleh karena
itu sebaiknya dilakukan pemanasan supaya daya racunnya sirna (S. Emma, 2005).
Menurut Paran (2009), putih telur mengandung 86% air di dalamnya. Biasanya
putih telur yang lebih dekat dengan kuning telur bersifat lebih kental daripada
putih telur yang dekat dengan cangkang/kulit telur. Kandungan nutrisi pada
putih telur antara lain: karbohidrat 0,8 g; mineral 0,60 g; kalsium 6,0 mg;
fosfor 17,0 mg; Besi 0,2 mg; vitamin A (retinol) 0 mcg; vitamin B1 (tiamin)
0,01 mg; dan vitamin C (asam askorbat) 0 mg.
Beberapa uji terhadap protein,
yaitu :
1.
Uji Ninhidrin
Ninhidrin adalah
suatu senyawa oksidator kuat yang apabila bereaksi dengan asam α amino akan
menghasilkan warna ungu. Reaksi ini terjadi dengan senyawa amin primer dan
ammonia tanpa pembebasan CO. Reaksi ninhidrin digunakan untuk mengetahui adanya
kandungan asam α-amino. Ninhidrin adalah suatu reagen yang berguna untuk
mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Apabila
bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu. Reagen ini dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan.
Berbahaya jika tertelan dan berbahaya jika diserap melalui kulit
atau terhirup. Biuret adalah reagen yang digunakan
untuk mendeteksi adanya ikatan peptida. Dalam uji biuret ini terdapat 2 reagen,
yakni CuSO4 dan NaOH. Reagen-reagen ini dapat berbahaya jika
tertelan, dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan iritasi saluran pernafasan
dengan luka bakar, menyebabkan iritasi mata dan kulit dan luka bakar,
higroskopis, mutagen dan kemungkinan sensitizer.
2. Uji Biuret
Pada uji biuret, ketika beberapa tetes larutan CuSO4 yang sangat encer
ditambahkan pada alkali kuat dari peptida atau protein dihasilkan warna ungu,
adalah test yang umum untuk protein dan diberikan oleh peptida yang berisi dua
atau lebih rantai peptida. Biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan mempunyai
struktur mirip dengan struktur peptida dari protein.
3. Uji pengendapan dengan logam
Pada pH di atas
titik isoelektrik protein bermuatan negative, sedangkan di bawah titik
isoelektrik protein bermuatan positif. Olehkarena itu untuk mengendapkan
protein dengan ion logam diperlukan pH larutan di atas titik isoelektrik,
sedangkan untuk pengendapan protein dengan ion negative memerlukan pH larutan
di bawah titik isoelektrik. Ion- ion positif yang dapat mengendapkan protein
adalah Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+,Pb2+,Cu2+,Fe2+.
Sedangkan ion-ion negative yang dapat mengendapkan protein adalah ion
salisilat, trikloroasetat, pikrat, tanat dan sulfosalisilat.
E.
Cara Pembuatan Larutan
1. larutan NaOH 10%
Ditimbang
NaOH dalam neraca analitik sebanyak 10 gram kemudian dilarutkan dalam 100 ml
aquadest.
2. Larutan
Pb-asetat 5%
Ditimbang Pb-asetat dalam neraca analitik
seberat 5 gram, kemudian dilarutkan dalam
100 ml aquadest.
3. Larutan
HCL 10%
Ditimbang 10 gram HCL dalam neraca
analitik, kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
4. Larutan
NaCl 5%
Ditimbang NaCL dalam neraca analitik
seberat 5 gram, kemudian dilarutkan dalaam aquadest.
5. Larutan
BaCL 5%
Ditimbang 5
gram BaCl dalam neraca analitik, kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
6. Larutan
CaCl 5%
Ditimbang 5 gram CaCl dalaam neraca
anaalitik, kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
7. Larutan
MgSO4 5%
Ditimbang 5 gram MgSO4 dalam
neraca analitik kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
8. Larutan
Kasein 0,5%
Ditimbang kasein sebanyak 0,5 gram dalam
neraaca analiitik, kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
9. Larutan
Gelatin 2%
Ditimbang 2 gram gelatin dalam neraca
analitik, kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
10. Larutan
Ninhidrin 0,1 N
YANG MAU BELANJA PAKAIAN MURAH, BUKU UKOM, BUNGA & SELEMPANG WISUDA SILAHKAN INVITE INTAGRAM, FACEBOOK, & BBM KAMI
F.
Metode Kerja
1. Uji Susunan Elemen Protein
a. Alat dan Bahan
1). Alat
a) Cawan
porselin
b) Tabung
reaksi
c) Kaki
tiga
d) Bungsen
e) Objek
gelas
f) Pipet
tetes
g) Rak
tabung
h) Penjepit
tabung
2). Bahan
a) Telur
3 butir
b) NaOH
10 %
c) Kertas
lakmus merah
d) Aquades
e) Pb
asetat 5 %
f) HCl
10 %
b. Prinsip
1).uji adanya (C,H,O)
Semua jenis protein tersusun atas
unsur-unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), dan Nitrogen (N). Ada pula
protein yang mengandung sedikit Belerang (S) dan Fosfor (P). Dengan metode
pembakaran atau pengabuan, akan diperoleh unsur-unsur penyusun protein, yaitu
C, H, O, dan N.
2).Uji adanya
nitrogen
Mendeteksi protein dengan
mereaksikan protein putih telur dengan reagen.
3)Uji adanya sulfur
Mendeteksi protein dengan mereaksikan protein
putih telur dengan reagen yang digunakan.
c.
Cara Kerja
1). Uji adanya C,H,dan O
a) Dimasukkan
1 ml albumin telur kedalam cawan porselin
b) Diletakkan
kaca objek di atas cawan porselin kemudian panaskan
c) Diperhatikan
adanya pengembungan pada kaca objek yang menunjukkan adanya H dan O
d)
Diambil kaca objek
lalu diamati bau yang tejadi, apabila ttercium bau seperti rambut terbaakar
berarti mengandung nitrogen
e) Bila
terjadi pengurangan berarti mengandung C
2). Uji adanya unsur nitrogen
a). Sebanyak 1 ml albumin telur dimasukkan kedalam tabung
reaksi
b). Ditambahkan 1 ml NaOH 10 %
c). Dipanaskan di api
bungsen,perhatikan bau amoniak (amis) yang terjadi dan uapnya diuji dengan
kertas lakmus merah yang telah dibasahi dengan aquades
d). Terbentuknya amoniak
menunjukkan adanya nitrogen
3). Uji adanya sulfur(Belerang)
a). Dimasukan sebanyak 1 ml
albumin telur dimasukan kedalam tabung reaksi
b). Ditambahkan 4 tetes larutan Pb
asetat 5 %,bila larutan menghitam berarti terbentuk PbS,ditambahkan HCl 10 %
2. Uji Kelarutan Protein
a. Alat dan Bahan
1). Alat
a) 5
tabung reaksi
b) Pipet
tetes
c) Rak
tabung
2). Bahan
a) Albumin
telur
b) Aquades
c) HCl
10 %
d) NaOH
40 %
e) Alkohol
96 %
f) Kloroform
b. Prinsip
protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam
maupun basa. Daya larut protein berbeda
di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yng
sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter
atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolute, maka
protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik
mantel air yang melingkup molekul-molekul protein.
c. Cara Kerja
1). Disediakan 5 tabung reaksi
masing-masing diisi dengan aquades ,HCl 10 %, NaOH 40 %,Alkohol, dan kloroform
sebanyak 1 ml
2). Ditambahkan albumin 2 ml
albumin telur pada setiap tabung
3). Dihomogenkan kemudian diambil
sifat kelarutannya
3. Uji Pengendapan Protein
a. Alat dan Bahan
1). Alat
a) 4
tabung reaksi
b) Pipet
tetes
c) Rak
tabung
2). Bahan
a) Albumin
telur
b) NaCl
5 %
c) BaCl2
5 %
d) CaCl2
5 %
e) MgSO4
5 %
b. Prinsip
pengaruh penambahan garam
terhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah
muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan
ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein. Peristiwa pemisahan
atau pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi tinggi disebut salting out.
c. Cara Kerja
1). Disediakan 4 tabung reaksi
masing-masing didisi denga 2 ml albumin telur
2). Ditambahkan pada tabung 1,2,3,dan 4 berturut-turut NaCl,BaCl2,CaCl2,MgSO4,tetes
demi tetes sampai ada endapan
3). Ditambahkan kembali larutan garam secara berlebih
4). Dihomogenkan lalu diamati perubahan yang terjadi
4. Uji Ninhidrin
a. Alat dan Bahan
1). Alat
a) 3
tabung reaksi
b) Rak
tabung
c) Pipet
tetes
d) Bungsen
e) Gegep
2). Bahan
a) Albumin
telur
b) Gelatin
2 %
c) Kasein
0,5 %
d) Pereaksi
ninhidrin 0,1 %
b. Prinsip
Berdasakan pada uji Ninhidrin yang membentuk aldehid
yang lebih rendah.
c. Cara Kerja
1). Disiapkan 3 tabung reaksi,
masing-masing diisi albumin telur, gelatin 2 %, kasein 0,5 %, sebanyak 1 ml
2). Ditambahkan pada setiap tabung
pereaksi ninhidrin 0,1 % sebanyak 5 tetes
3). Dipanaskan diatas api bungsen
dan lihat perubahan warna yang terjadi
5. Uji Pengendapan Biuret
a. Alat dan Bahan
1).Alat
a) 3
tabung reaksi
b) Piper
tetes
c) Rak tabung
2). Bahan
a) Albumin
telur
b) Gelatin
2 %
c) Kasein
0,5 %
d) NaOH
10 %
e) CuSO4
0,2 %
b. Prinsip
Berdasarkan pada uji Biuret untuk mengetahui
ikatan peptida dalam suatu protein.
c. Cara Kerja
1). Disediakan 3 tabung
reaksi,masing-masing diisi dengan larutan albumin telur,gelatin 2% dan kasein 0,5
% sebanyak 1 ml
2). Ditambahkan pada setiap tabung
1 ml NaOH dan 3 tetes CuSO4 0,2 %
3). Dihomogenkan dan amati
perubahan warna yang terjadi
G. Hasil Pengamatan
1. Uji
Sususnan Elemen Protein
a. Uji Adanya C,H,dan O
1). Tabel
Perlakuan
|
Hasil uji
|
||
Pengarangan
|
Bau rambut terbakar
|
Pengembunan
|
|
1 ml albumin telur di panaskan
|
+
|
+
|
+
|
2). Gambar
Bahan(telur)
b. Uji Adanya
Nitrogen
1). Tabel
Perlakuan
|
Hasil uji
|
|
Bau amoniak
|
Kertas lakmus merah
|
|
1 ml albumin telur ditambah 1 ml NaOH 10 % kemudian
dipanaskan
|
+
|
Merah menjadi biru
|
2). Gambar
Ditambahkan
pereaksi dipanaskan dibasahi aquades
Kertas lakmus dimasukan perubahan warna yang terjadi
c. Uji Adanya
Sulfur
1). Tabel
Perlakuan
|
Hasil uji
|
|
Penghitaman
|
Bau khas belerang
|
|
1 ml albumin telur + 1 ml NaOH + 10% lalu dipanaskan,
+ 4 tetes Pb asetat 5% + 4 tetes HCl 10%
|
+
|
+
|
2). Gambar
2. Uji
Kelarutan Protein
a. Tabel
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
|||
Albumin
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
|||
Akuades
|
1 ml
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
HCl 10%
|
-
|
1 ml
|
-
|
-
|
-
|
|||
NaOH 40%
|
-
|
-
|
1 ml
|
-
|
-
|
|||
Alkohol 96%
|
-
|
-
|
-
|
1 ml
|
-
|
|||
Kloroform
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1 ml
|
|||
Dihomogenkan
|
||||||||
Hasil
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
|||
Larut atau tidak
larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Lilin
|
Tidak larut
|
|||
b. Gambar
3. Uji
Pengendapan
a. Tabel
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Abumin telur
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
NaCl 5%
|
Berlebih
|
-
|
-
|
-
|
BaCl 5%
|
-
|
Berlebih
|
-
|
-
|
CaCl 5%
|
-
|
-
|
Berlebih
|
-
|
MgSO4 5%
|
-
|
-
|
-
|
Berlebih
|
Dihomogenkan
|
||||
Hasil
|
Tidak ada endapan
|
Endapan banyak
|
Endapan sedikit
|
Tidak ada endapan
|
b. Gambat
a. Sebelum
ditambahkan b. sesudah ditambahkan pereaksi pereaksi
c.pereaksi yang digunakan d. albumin
4. Uji Ninhidrin
a. Tabel
Tabung
|
Zat uji
|
Penambahan
|
Perubahan
|
Keterangan
|
1
|
Albumin
|
5 tetes
|
Merah
|
-
|
2
|
Gelatin 2%
|
Pereaksi
|
Biru
|
+
|
3
|
Kasein 0,5%
|
Kasein
|
Biru
|
+
|
b. Gambar
5. Uji Biuret
a. Tabel
Tabung
|
Zat uji
|
Penambahan
|
Perubahan warna
|
Keterangan
|
1
|
Albumin
|
1 ml NaOH dan 3
tetes CuSO4 0,2%
|
Ungu
|
+
|
2
|
Gelatin 2%
|
1 ml NaOH dan 3
tetes CuSO4 0,2%
|
Ungu
|
+
|
3
|
Kasein 0,5%
|
1 ml NaOH dan 3
tetes CuSO4 0,2%
|
Merah muda
|
+
|
b. Gambar
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum di
atas diperoleh pembahasan bahwa pada
percobaan :
1. Uji Susunan Elemen Protein
uji susunan elemen protein digunakan putih telur yang dimasukkan
dalam cawan porselin serta di atasnya diletakkan gelas objek. Setelah beberapa
saat dipanaskan, terjadi pengembunan pada gelas objek. Hal ini menandakan pada
zat yang diuji terdapat unsur hidrogen dan oksigen, di mana unsur ini bereaksi
dan membentuk ikatan karena pemanasan, maka akan membentuk unsur dalam bentuk
gas. Sedangkan pada pengamatan bau rambut terbakar untuk membuktikan adanya
unsur nitrogen, keduanya positif menghasilkan bau rambut terbakar. Hal ini
dikarenakan bahwa di dalam rumus empiris kedua larutan sama-sama memiliki unsur
nitrogen. Lalu pada uji kandungan unsur karbon, terbukti pada kedua larutan
positif mengandung karbon.Hal ini, ditandai oleh adanya pada hasil pemanasan
kedua larutan tersebut menyisakan gumpalan hitam (arang). Pada percobaan
uji adanya atom N, hasil yang di dapatkan adalah albumin memberikan hasil
positif terhadap bau amoniak dan kertas lakmus merah, yang mengidentifikasikan adanya atom N
yaitu dengan berubahnya kertas lakmus merah menjadi biru. Dan pada percobaan uji adanya atom S, albumin yang ditambahkan NaOH lalu
dipanaskan kemudian ditambahkan Pb-asetat dan HCl pekat memberikan sama-sama hasil positif terhadap terbentuknya PbS dan bau khas belerang.
2.
Uji Kelarutan Protein
Pada uji kelarutan protein dengan
munggunakan albumin diperoleh hasil bahwa pada tabung yang berisi air suling,
diteteskan kedalam larutan albumin dan dikocok didapatkan hasil yaitu larut
pada tabung. Dan pada HCl 10% juga larut dalam tabung serta pada tabung
yang berisi NaOH 40% didapatkan hasil
yaitu larut. Sedangkam untuk kloroform
di dapatkan hasil tidak larut dan alkohol 96% didapatkan hasil pada fase jell
atau lilin. Percobaan tersebut sesuai dengan teori yang ada, karena albumin
termasuk jenis protein. Protein memiliki sifat amfoter yaitu dapat bereaksi
dengan larutan asam maupun basa.Namun, semua protein tidak dapat larut dalam
pelarut lemak seperti kloroform atau eter.
3. Uji
Pengendapan Protein dengan Garam
Pada praktikum uji pengendapan
protein dengan garam, didapatkan hasil bahwa albumin telur yang masing- masing
telah ditetesi dengan NaCl 5%, BaCl2 5%, CaCl2 5 %, MgSO4
5%, dan kemudian dihomogenkan. Berdasarkan teori yang ada, albumin telur
yang ditambahkan NaCl tidak membentuk endapan, BaCl2 membentuk
sedikit endapan, CaCl2 membentuk sedikit sekali endapan, dan MgSO4 membentuk
sedikit endapan. Namun dari hasil praktikum, diperoleh hasil bahwa albumin yang
ditetesi dengan NaCl 5% tidak membentuk endapan, BaCl2 5% membentuk
banyak endapan, CaCl membentuk sedikit endapan, MgSO4 5% tidak
membentuk endapan. Sehingga, pada hasil larutan MgSO4 5% tidak
sesuai degan teori.
Hal yang menyebabkan ada tidaknya endapan
pada larutan yaitu, semakin besar berat molekul yang dimiliki oleh suatu
garam,maka endapan dan kecepatan reaktifitasnya akan semakin besar. Banyaknya
endapan yang diperoleh juga dapat disebabkan karena jumlah biloks yang ada pada
garam. Protein juga akan mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan
konsentrasi yang tinggi di dalam larutan protein. Garam – garam anorganik dapat
mengendapkan protein.Penyebab perbedaan hasil yang diperoleh adalah
pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda, yang
tergantung pada kosenterasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan.Semakin
tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam
mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga
berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Kemungkinan penyebab perbedaan
hasil pada saat praktikum dengan teori adalah kesalahan pada saat melakukan
prosedur kerja, ataupun factor lain yang dapat menyebabkan kesalahan tersebut.
4.
Uji Ninhidrid
Pada uji ninhidrin menunjukkan hasil
positif yaitu pada larutan sampel
gelatin yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna
larutan.Perubahan warna yang terjadi adalah warna biru muda dengan intesitas
kepekatan warna yang beragam. Pada larutan albumin terjadi perubahan warna
menjadi merah. Pada larutan Gelatin 2% terjadi perubahan warna menjadi warna
biru yang menunjukkan bahwa terdapatnya sedikit asam α-amino bebas dengan
pemberian notasi +1 karena kurangnya kepekatan warna biru. Pada larutan Kasein
0,5% terjadi perubahan warna menjadi biru yang berarti positif. Namun, pada
larutan albumin dan kasein terjadi kesalahan karena hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan landasan teori. Sedangkan teori menunjukan bahwa jika ninhidrin
bereaksi dengan larutan albumin, gelatin, dan pepton akan menghasilkan warna biru
yang berarti pada ketiga bahan tersebut terdapat asam amino bebas. Perubahan warna
biru menunjukkan bahwa terdapatnya sedikit asam α-amino bebas dengan pemberian
notasi +1 karena kurangnya kepekatan warna biru. Dan kasein seharusnya
mendapatkan hasil negative karena berdasarkan teori, kasein tidak mengandung
sedikitnya 1 gugus karboksil dan amino yang terbuka. Sehingga dalam praktikum
ini terjadi kesalahan mungkin karena adanya kontaminasi dari bahan yang lain.
5.
Uji Biuret
Pada uji biuret, larutan yaitu albumin dan gelatin
menghasilkan warna ungu dan kasein menghasilkan warna merah muda yang
menunjukkan hasil positif adanya
molekul-molekul peptida dari protein. Pada albumin, gelatin dan kasein memiliki
rumus bangun yang lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino
esensial, sehingga terbentuk ikatan peptida. Akan tetapi, ketiga larutan
tersebut memiliki kepekatan warna yang berbeda-beda, semakin pekat warna ungu
yang dihasilkan maka semakin tinggi kadar polipeptidanya. Urutan kepekatan dari
tinggi ke rendah ketiga larutan tersebut adalah gelatin (+3), albumin (+2) dan
kasein (+1).
H. Kesimpulan
dan Saran
1. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil pengamatan diatas, dapat
disimpulkan bahwa uji protein dapat dilakukan dengan cara diantaranya uji
susunan elementer protein, uji kelarutan protein, uji pengendapan protein
dengan garam, uji biuret,dan uji ninhidrin.
b. Pada uji susunan elementer protein, albumin tersusun
atas unsure C, H,O, N dan S. Pada uji kelarutan protein menunjukkan bahwa
albumin ada yang larut dan ada yang tidak larut pada sampel yaitu pada larutan
dalam air suling, HCl 10%, NaOH 40%, dan
Alkohol 96%.
d.
Pada uji pengendapan protein pada larutan garam
terdapat hasil yang mengendap dan ada yang tidak mengendap.
Pada uji
biuret ketiga larutan menghasilkan positif mengandung peptide, dengan urutan
kepekatan dari tinggi ke rendah yaitu, gelatin (3+), albumin (+2), dan kasein
(+1).
d. Pada uji
ninhidrin ada yang berubah menjadi warna biru dan warnah merah. Namun,
seharusnya semua larutan yang digunakan pada praktikum ini berubah menjadi
biru.
2. Saran
Adapun saran dari praktikan dari praktikum selanjutnya
agar lebih berhati-hati ketika melakukan praktikum, memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya dan lebih memastikan hasil yang diperoleh sesuai dengan
prediksi menghadapi hambatan praktikum
dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahan.
I. Daftar Pustaka
1. Hana. 2014. Protein Laboratorium Biokimia. Dalam
2.
Linggih, S. 1986. Ringkasan Kimia.
Bandung: Genexa Excat
3. Lehninger,
Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: Erlangga
4.
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
5.
Yazid,Estien. 2006. Penuntun
Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI
No comments:
Post a Comment