Visitor

Thursday, January 12, 2017

mengisolasi dan mengidentifaki bakteri streptococcus pyogenes dari swab gigi STIKES MEGA REZKY MAKASSAR






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia termasuk salah satu makhluk yang paling rentan terhadap infeksi strepto   coccus dan tidak ada alat tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang betul-betul kebal. Kuman ini dapat menyebabkan penyakit epidemic antara lain erisipelas, radang tenggorokan, reumatik fever dan bermacam-macam penyakit lainnya. Diplococcus positif gram yang berbentuk lanset ini ditemukan dalam saliva manusia oleh Sternberg dan Pasteur pada tahun 1881 ditempat yang terpisah. Meskipun kedua orang tersebut masing-masing berhasil membuat septicemia dengan jalan menyuntikkan kuman ini pada kelinci, namun mereka tidak menghubungkannya dengan penyakit pneumonia, mungkin karena tidak tahu bahwa orang sehat dapat menjadi carrier kokus virulen. Baru pada tahun 1886 diketahui bahwa kuman ini dapat menyebabkan pneumonia lobaris oleh frunkel dan weichselbaum ditempat yang terpisah. Kuman ini biasa hidup normal dalam traktus respiratorius bagian atas dan dapat menyebabkan penyakit pneumonia, sinusitis, otitis, meningitis, dan proses infeksilainnya. (Entjang,2003).

B.     Tujuan Percobaan
1.    Agar mahasiswa dapat mengetahui morfologi, sifat pertumbuhan, daya tahan kuman,struktur antigen dan pathogenesis serta gambaran klinik dari baktei
2.    Untuk menetahui cara mengisolasi dan mengidentifaki bakteri streptococcus pyogenes dari swab gigi





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Streptococcus pyogenes
Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat, bersifat gram positif, tidak berspora, dan bersifat anaerob fakultatif, tersusun berderet seperti rantai, panjang rantai bervariasi dimana akan lebih panjang pada media cair dibanding pada media padat  dan sebagian besar ditentukan oleh factor lingkungan. Bakteri ini tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofitik. Pada pertumbuhan tua  sifat gram positifnya akan hilang dan menjadi gram negative karena nutrisi yang ada pada sel bakteri telah berkurang sehingga lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri menipis.(Cunningham, 2000).
Infeksi Streptococcus pyogenes dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor, antara lain sifat biologis bakteri dan cara host memberikan respon.Manusia termasuk salah satu mahluk yang paling rentan terhadap infeksi Streptococcus pyogenes dan tidak ada alat tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang betul-betul kebal.Bakteri ini  dapat menyebabkan penyakit epidemik antara lain scarlet fever, erisipelas, pharyngitis (strep throat), impetigo, cellulitis, myositis ,streptococcal toxic shock syndrome, rheumatic fever, glomerulonephritis akut dan bermacam-macam penyakit lainnya. (Cunningham, 2000).
Faringitis adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi Streptococcus pyogenes. Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa. (Guzman dkk.,1999).

B.     Klasifikasi Streptococcus pyogenes
·      Kingdom                : Bakteri
·      Phylum                   : Firmicutes
·      Class                       : Basil
·      Ordo                       : Lactobacillales
·      Family                     : Streptococcaceae
·      Genus                     : Streptococcus                                      
·      Species                    : Streptococcus pyogenes (Cunningham, 2000).

C.    Morfologi
 Streptococcus merupakan bakteri berbentuk bulat atau bulattelur, kadang menyerupai batang, tersusun berderet sepertirantai. Panjang rantai bervariasi dan sebagian besarditentukan oleh faktor lingkungan. Rantai akan lebih panjangpada media cair dibanding pada media padat. Pada pertum buhantua atau bakteri yang mati sifat gram positifnya akan hilangdan menjadi gram negatif. Dalam bentuk rantai yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai. Streptokokuspatogen jika ditanam dalam perbenihan cair atau padat yangcocok sering membentuk rantai panjang yang terdiri dari 8buah kokus atau lebih.Streptokokus yang menimbulkan infeksi pada manusiaadalah positif gram, tetapivarietas tertentu yang diasingkan dari tinja manusia danjaringan binatang ada yang negatif gram. Pada perbenihanyang baru kuman ini positif gram, bila perbenihan telah  berumur beberapa hari dapat berubah menjadi negatif gram. Tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnyasaprofitik. Geraknya negatif. Strain yang virulen membuatselubung yang mengandung hyaluronic acid dan M type specific protein. (Cunningham, 2000).

Hasil gambar untuk gambar bakteri streptococcus pyogenes
Gambar bakteri  steptococcus pyogenes (Cunningham, 2000).
D.    Sifat Biologi
Umumnya streptococcus bersifat anaerob fakultatif. Hanya beberapa jenis yang bersifat anaerob obligatif. Pada perbenihan biasanya pertumbuhannya kurang subur jika ke dalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4-7,6, pada suhu optimum 370oC. (Kawabata dkk.,2001).
Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched media.dalam lempeng agar yang di inkubasi 37oc setelah 18-24 jamakan membentuk koloni kecil keabu-abuan, bentuknya bulat,pinggirannya rata,pada permukaan media koloni tampak sebagai setitik cairan, streptococcus membentuk dua macam koloni yaitu mucoid dan glossy. Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini dibagi dalam :
a)    Hemolisis tipe alfa,(streptococcus viridians) membentuk warna kehijau-hijauan dan hemolisis sebagian pada koloninya.
b)   Hemolisis tipe beta, (streptococcus hemolyticus) membentuk zona bening disekeliling koloninya.
c)     Hemolisis tipe gamma,(streptococcus anhemolyticus) tidak memnyebabkan hemolisis. (Kawabata dkk., 2001).

E.     Struktur Antigen
a)        Karbohidrat C
Zat ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai sebagai dasar untuk membagi streptococcus dalm group-group spesifik dari A sampai T.sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu aminosegar.
b)        Protein M
 Protein ini ada hubungannya dengan vaktor virulensi kuman streptococcusgryp A, kerjanya menghambat fagositosis terutama dihasilkan oleh kumandengan koloni tipemukoid.
c)        Substansi T
 Antigen ini tidak mempunyai kaitan dengan virulensi dari bakteri streptococcus. Tidak seperti protein M, substansi T mempunyai sifat tidak tahan terhadap asam dan panas.
d)       Nucleoprotein
Ekstraksi bakteri streptococcus dengan alkali lemah menghasilkan campuran protein dan substansi lain yang mempunyai spesifisitas  serologi yang kecil dan ini disebut dengan substansi P, yang kemungkinan menyusun sebagian besar sel tubuh bakteri streptococcus.
e)        Bakteriofag
Krause dan McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat melisiskantipe 1, 6, 12, 25 dan streptococcus hemolyticus grup C huan.
f)         Metabolit bakteri
g)        Toksin eritogenik
Toksin ini ntahan selama jam pada suhu 60°C, tetapi dalam air mendidih akan rusak dalam waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab terjadi rash pada febris scarlatina.
h)        Hemolisis
In vitro streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel darahmerah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secaralengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis.Jika penghancuran sel darah merah tidak menjadi secar lengkap dengandisertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis. Gammahemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukan kuman yang nonhemolitik.
i)          Nadase
Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G.
j)          Streptokinase
Enzim ini kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin,yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya.
k)        Streptodornase
Enzim ini kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh streptococcus grupA, C dan G.
l)     Hialuronidase
Enzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan dasar jaringanikat. Ada beberapa jenis streptococcus grup A yangdapat menghasilkan hialuronidase dalam cairan perbenihan, jenis ini tidak membentuk selubung hialuronidase dibuat oleh streptococcus grupo B dan G.
m)  Proteinase
Enzim ini diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5 ± 6,5. Dalamsuasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru secara langsung mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase dan hialuronidase.
n)      Amylase
Beberapa jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam perbenihanditambahkan plasma manusia, tepung kanji glikogen dan maltose.
o)      Esterase
Enzim ini juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadapsubstrat yang berupa beta naptil asetat.
p)   Koloni bentuk L
Koloni ini dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat pula timbul jika kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin.
q)      Alergi
Ada beberapa penyelidikan yang hasilnya dipakai sebagai dugaan bahwa alergi terhadap kuman streptococcus ataupun produknya, mempunyai peranan penting dalam demam rheuma glomerulonefritis. (Rectoningrum dan Cleary, 1994).



Gambar : Diagram faktor virulensi S. pyogenes (Todar, 2002)
 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)



F.       Sumber Penularan
Sumber-sumber penularan melalui makanan termasuk susu, es krim, telur, lobster tim, daging babi yang dihaluskan, salad kentang, salad telur, custard (saus dari campuran gula, telur dan susu), puding nasi, dan salad udang. Dalam hampir semua kasus, makanan dibiarkan pada suhu ruang selama beberapa jam sebelum dikonsumsi. Masuknya bakteri ke dalam makanan dapat terjadi karena penanganan yang kurang higienis, pengolahan makanan oleh personil yang sedang sakit, atau penggunaan susu yang tidak dipasteurisasi. (Todar, 2002)

G.    Patogenitas
Infeksi streptococcus timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor, antara lain sifat biologic kuman, cara host memberikan respons dan port d’entrekuman. Penyakit yng ditimbulkan oleh kuman streptococcus dapat dibagi dalam beberapa katagori, sebagai berikut :
·         Penyakit yang terjadi karena infasi streptococcus beta hemolyticus grup A. (Bangkasi, 2009)
a)      Erysipelas
b)      Pepsis puerpuralis
c)       Sepsis
·         Penyakit yang terjadi karena infeksi local streptococcus beta hemolitikus grupA (Bangkasi, 2009)
a)      Radang tenggorokan
b)       Impentigo
c)      Endokartitis bakterialis
d)     Endokartitis bakterialis akuta
e)      Endokartitis bakterialis subakuta.
·         Infeksi Lainnya
Berbagai macam streptococcus terutama enterococcus, merupakan penyebabainfeksi traktus urinalius. Streptococcus anaerop, normal dapat ditemukandalam traktus genitalis wanita, dalam mulut dan dalam intestinum. Kuman inidapat menimbulkan lesi supuratif. Infeksi yang demikian dapat terjadi dalamluka, endometritis postpartum, sehabis terjadi rupture dari suatu viscusabdominalis, atau pada peradangan paru-paru yang kronis.
·      Penyakit paska infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A
a)        Glomerulusnefritis akut
b)        Jantung rheuma (Bangkasi, 2009)

H.    Epidemiologi
Sejumlah kuman streptococcus mis, streptococcus viridians dan enterococcus,merupakan sebagian dari flora normal pada tubuh manusia.Kuman-kuman ini hanyaakan menimbulkan penyakit jika terdapat diluar tempat-tempat di mana mereka biasanya berada, misalnya pada katup jantung.Untuk mencegah kemungkinan terjadinya hal itu, terutama pada waktu melakukan tindakan-tindakan opratif pada traktus urinarius dimana sering menyebabkanterjadinya bakteremia temporer,pemberian obat-obatan antibiotika sangat diperlukanuntuk mencegah atau unutk pengobatan dini terhadap infeksi streptococcus betahemolytikus grup A pada pemderita yang diketahui mempunyai kelainan katup jantung.Sumber infeksi kuman streptococcus dapat berasal dari penderita atau carrier.Penularannya terjadi secara droplet dari traktus respiratorius atau dari kulit. (Cunningham, 2000).
Cara control terpenting adalah :
a)    Pada penderita dengan infeksi streptococcus grup A pada traktus respiratoriusataupun kulit harus diberikan antibiotic secara intensif.
b)    Pada penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma harusdiberikan antibiotikadalam dosis profilaksis.
c)     Untuk mencegah penyebaran streptococcus dapat dilakukan dengan caramencegah pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, ringan udara, sinar ultraviolet, dan pemakaian aerosol. (Cunningham, 2000).

I.       Penyakit Yang Ditimbulkan
Faringitis adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi Streptococcus pyogenes. Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa. (Cunningham, 2000).

J.      Diagnosa Laboratorium
a)      Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara Swabbing dari hidung atau tengggorokan atau langsung dari darah , pus , sputum , liquor cerebro spinalis, exudat, dan urine. Jika pada faringitis bahan pemeriksaan dapat diperoleh dari swab tenggorok. (Terao dkk., 2002).
b)     Pemeriksaan langsung
Pemeriksaan langsung dari sputum  atau  swab tenggorok seringkali hanya menemukan coccus tunggal atau berpasangan, jarang ditemukan dalam bentuk rantai. (Terao dkk., 2002).
c)      Pembiakan
Bahan pemeriksaan ditanam  pada lempeng agar darah; jika diduga bakterinya bersifat anaerob juga ditanam dalam perbenihan tioglikolat. Pada lempeng agar darah Streptococcus hemolyticus grup A akan tumbuh dalam beberapa jam atau hari. Didalam perbenihan dari bahan darah, bakteri Streptococcus viridans dan Enterococcus tumbuhnya dapat sangat lambat. Kadar CO2 10% dapat mempercepat terjadinya hemolysis. Cakram Basitrasin yang mengandung 0,2 unit menghambat pertumbuhan Streptococcus grup A. (Terao dkk., 2002).

K.    Pengobatan
Antibiotik telah mengubah prognosis semua macam infeksi stertococcus secara radikal. Pengobatan yang dini dan teratur dengan antibiotika pada umumnya memberikan penyembuhan. Streptococcus beta hemolyticus grup A yang anaerop jauh lebih resisten terhadap penisilin dari pada aerop. Streptococcus umumnyarentan terhadap tetrasiklin dan kloramfenikol. (Medina dan Chhatwal, 2002).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Analisis kesehatan
Hari sealasa, 11 Oktober 2016 pukul 10.00 – 11.00 WITA
B.     Alat dan Bahan
a.    Alat  yang digunakan yaitu : Mikroskop, Tabung reaksi, Rak tabung, Pipet tetes, Sendok tanduk, Inkubator, Gelas kimia, Kertas saring, Objek glass, Ose bulat, ose lurus, bunsen, swab steril.
b.    Bahan yang digunakan yaitu : Media LB, Mebia TSIA, Media Mio, Nutrien Agar, Media MRVP, Media Urea, Media Sitrat, Media Gula-gula ( laktosa, sukrosa, manitol, glukosa) Aquades, NaCl 10%, Carbol gention violet, Lugol, Alkohol, Air fuchin, Reagen katalase, Reagen Oksidasi, , Oil emersi.
C.    Prosedur Kerja
1.    Teknik Pengambilan  Sampel Swab gigi
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Diambil usapan sampel pada gigi berlubang menggunakan swab sreril.
c.    Diambil usapan sampel menggunakan swab steril dengan cara mencelupkan swab steril ke dalam sampel urin.
2.    Teknik isolasi pada media penyubur LB
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Sampel  yang  telah diambil menggunakan swab steril dimasukkan ke dalam tabung yang berisi media pemupuk.
c.    Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam
3.    Teknik inokilasi pada media selektif (Nutrien Agar )
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Diambil koloni yang tumbuh dari media penyubur menggunkan ose bulat yang telah difiksasi.
c.    Ditanam  koloni pada media Nutrie Agar dengan menggunakan metode goresan sinambung.
d.   Diinkubasi pada inkubator dengan suhu 37ºC selama 24 jam
4.    Teknik Pewarnaan Gram
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Ose disterilkan setelah itu diambil koloni terpisah ( koloni tunggal) yang tumbuh pada media NA
c.    Diteteskan 1 tetes larutan garam fisiologis pada objek glass, setelah itu koloni yang telah diambil menggunakan ose diletakkan pada larutan garam fisiologis tersebut.
d.   Difiksasi preparat ulas diatas nyala api bunsen.
e.    Diteteskan larutan carbol gention violet pada seluruh permukaan prepara, setelah itu tunggu selama ± 2 menitl.
f.     Dicuci dengan aguades mengalir
g.    Diteteskan larutan lugol, lalu tunggu selama 1 menit.
h.    Dicuci kembali menggunakan aquades mengalir.
i.      Diteteskan larutan pemucat (alkohol 96%) setetes demi setetes hingga zat warnanya menghilang.
j.       Dicuci kembali menggunakan aquades mengalir.
k.    Diteteskan larutan air fuchsin dan biarkan selama 30 menit
l.      Dicuci kembali menggunakan aquades mengalir.
m.  Dikeringkan preparat dengan menggunakan kertas tissue.
n.    Diamati preparat dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 100 × dengan memakai oil emersi.
5.    Uji TSIA
a.    Disiapakan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Ose disterilkan dan diambil biakan koloni atau bakteri dari media selektif  Nutrien Agar menggunakan ose lurus.
c.    Diinokulasikan ke media TSIA, dengan cara diinokulasikan pada bagian slant media menggunakan goresan sinambung. Kemudian jarum ose ditusuk ke dalam media bagian but agar kira-kira ¾ tabung.
d.   Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam
6.    Uji Indol (Mio/Sim)
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Ose disterilkan dan diambil koloni atau biakan bakteri dari media TSIA menggunakan jarum ose.
c.    Diinokulasiakn ke media mio dengan cara ditusukkan ke dalam ¾ permukaan media.
d.   Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
e.    Diamati perubahan yang terjadi dan dicatat hasilnya
7.    Uji Urea
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Ose disterilkan dan diambil koloni atau biakan bakteri dari media TSIA menggunakan jarum ose.
c.    Diinokulasiakn ke media urea
d.   Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
e.    Diamati perubahan yang terjadi dan dicatat hasilnya
8.    Uji Sitrat
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Ose disterilkan dan diambil koloni atau biakan bakteri dari media TSIA menggunakan jarum ose.
c.    Diinokulasiakn ke media sitrat
d.   Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
e.    Diamati perubahan yang terjadi dan dicatat hasilnya
9.    Uji MR-VP
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Ose disterilkan dan diambil koloni atau biakan bakteri dari media TSIA menggunakan jarum ose.
c.    Diinokulasikan ke madia MRVP
d.   Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
e.    Ditambahkan reagen metil red, setelah itu diamati perubahan yang terjadi dan dicatat hasilnya.
f.     Ditambahakan reagen KOH 40%  dan alpha nafthol 5 % untuk uji voges proskaver sebanyak 3 tetes. Kemudian diamati perubahan yang terjadi dan dicatat hasilnya.
10.  Uji Oksidasi
1.    Disiapakan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Disterilkan ose, kemudian diambil biakan koloni bakteri pada media MCA.
3.    Digoreskan ose pada kertas saring.
4.    Ditambahkan 1 tetes reagen oksidasi.
5.    Diamati perubahan yang terjadi dan dicatat hasilnya.
11.  Uji Katalase
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Diteteskan 1 tetes reagen katalase (hidrogen peroksida) diatas objek glass.
c.    Dipijarkan ose kemudian diambil biakan koloni bakteri pada media MCA.
d.   Diletakkan biakan koloni pada tetesan reagen katalase.
e.    Diamati perubahan yang  terjadi dan dicatat hasilnya.
12.  Uji Fermentasi Karbohidrat (Uji Gula-gula)
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan dugunakan.
b.    Ose disterilkan dan diambil biakan koloni bakteri dari media TSIA menggunakan jarum ose
c.    Diinokulasikan pada masing-masing media gula-gula (glukosa, sukrosa, manito, maltosa).
d.   Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
e.    Diletakkan biakan koloni pada tetesan plasa darah.
f.     Diamati perubahan yang terjadi pada setiap tabung media gula-gula dan dicatat hasilnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
a.    Media  yang digunakan      :  Nutrien  Agar (NA)
b.    Sampel yang digunakan     : Swab Gigi
1.    Pengamatan Kultur (Koloni)
a)    Bentuk               : Bundar
b)   Permukaan         : Smooth (licin), Rata
c)    Tepi                    : Licin dan utuh
d)   Warna                : Putih
2.    Pengamatan Mikroskopis
a)    Bakteri Gram     : Positif
b)   Bentuk               : Streptobasil
3.    Uji Biokimia
a)    Uji  TSIA          
·      Lereng  (Slant)          : Merah (Alkali)
·      Dasar (But)               : Kuning (Acid)
·      Sulfur                        : Positif (+)
·      Gas                            : Negatif (-)
Alkali acid mengindikasikan bahwa hanya glukosa yang difermentasikan.
b)   Uji Indol ( Mio/Sim)      : Positif (+), karena terjadi perubahan warna Pada media dari berwarna ungu menjadi berwarna  kuning.
·         Motility                   : Positif (+), karena pada bagian tusukan terlihat keruh  dan melebar.
·         Sulfur                      : Negatif (-)  karena adanya pembentukan H2S  (sulfur) yang ditandai dengan tidak  terbantuknya warna hitam.
·         Indol                                   : Negatif (-), karena setelah penambahan reagen kovaks tidak terbentuk cincin berwarna  merah.
c)    Uji Sitrat                        : Negatif (-), karena bakteri tidak menggunakan  sitrat sebagai sumber karbon dan energi sehingga tidak terjadi perubahan warna pada media
d)   Uji Urea                         : Negatif (-), karena bakteri  tidak memiliki enzim urease sehingga bakteri tersebut tidak  dapat menghidrolisis urea membentuk amonia sehinggatidak terjadi perubahan warna pada media yaitu dari berwarna merah jingga menjadi berwarna merah ungu.
e)    Uji MR-VP                    :
· Methy red, negatif (-)  karena tidak terjadi perubahan pH menjadi asam.
· Voges proskaver, negatif (-) karena tidak mengandung acetat sehingga pada saat penambahan reagen KOH 40% dan alpha nafthol 5 % tidak terjadi perubahan warna menjadi berwarna merah muda.
f)    Uji katalase                    : Negatif (-), karena tidak  adanya enzim dari bakteri yang mengkatalisiskan penguraian hidrogen peroksida sehingga tidak  terbentuk gelembung udara.
g)   Uji Oksidasi                   : Negatif (-),karena tidak ada oksidasi sitokrom yang ditemukan pada mikroorganisme sehingga tidak  terbentuk warna hitam pada sekitaran koloni.
h)   Uji plsma darah              : Negatif (-), karena pada saat dilakukan penambahan plasma darah  pada biakan koloni tidak ada aglutinasi yang  terbentuk.
i)     Uji Fermentasi Karbohidrat (Uji Gula-gula)
1.    Glukosa                     : Positif (+), karena bakteri memfermentasikan glukosa, sehingga terjadi perubahan warna menjadi berwarna kunig.
2.    Laktosa                     : Negatif (-), karena bakteri tidak memfermentasikan laktosa sehingga tidak terjadi perubahan warna menjadi kuning.
3.    Sukrosa                     : Negatif (-), karena bakteri tidak memfermentasikan sukrosa sehingga tidak terjadi perubahan warna menjadi kuning.
4.    Manitol                      : Positif (+) karena bakteri memfermentasikan manitol sehingga terjadi perubahan warna menjadi kuning.   

1)      Pertumbuhan Bakteri Pada Nutrien Agar (NA)
Sampel
Karakteristik Koloni
Gambar
Swab      Urin
·      Bentuk        :   Bundar
·      Permukaan  :  Smooth (Licin), Rata.
·      Tepi            : Licin  dan utuh
·      Warna        : putih







2)      Hasil Pewarnaan Gram
Sampel
Karakteristik Koloni
Gambar
Swab Urin
·      Bakteri Gram : Positif
·      Bentuk  :        Streptobasil




3)    Hasil Uji Biokimia
Jenis pengujian
Hasil
Gamabar
1.      Uji Katalase

Negatif (-) karena tidak ada enzim dari   bakteri yang  mengkatalisiskan, penguraian hidrogen peroksida sehingga tidak Terbentuk gelembung udara

2.      Uji Oksidasi      









3.      Uji plasma darah
Negatif (-) karena tidak ada oksidasi sitokrom yang ditemukan pada mikroorganisme sehingga tidak  terbentuk warna hitam pada sekitaran koloni.





Negatif (-), karena pada saat setelah dilakukan penambahan plasma darah pada biakan koloni tidak ada aglutinasi yang terbentuk .





4.      Uji TSIA
·      Lereng (slant): Merah (alkali)
·      Dasar (but) : Kuning (acid)
·      Sulfur (H2S) : Positif (+)
·      Gas  : Negatif
Alkali acid mengindikasikan bahwa hanya glukosa yang difermentasikan.


Jenis Pengujian
Hasil
Gambar
Uji Indol (Mio/Sim)
Positif (+), karena terjadi perubahan warna Pada media dari berwarna ungu menjadi berwarna merah
·      Motility                  : Positif (+), karena pada bagian tusukan terlihat keruh  dan melebar.
·      Sulfur                     : Negatif (-)  karena adanya pembentukan H2S  (sulfur) yang ditandai dengan tidak  terbantuknya warna hitam.
·      Indol                             : Negatif (-), karena setelah penambahan reagen kovaks tidak terbentuk cincin berwarna  merah.


Uji Sitrat
Negatif (-), karena bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan energi sehingga  tidak terjadi perubahan warna pada media

Uji Urea
Negatif (-), karena bakteri tidak memiliki enzim urease sehingga bakteri tersebut dapat menghidrolisis urea membentuk amonia sehingga tidak  terjadi perubahan warna pada media yaitu dari berwarna merah jingga menjadi berwarna merah ungu.





Jenis Pengujian
Hasil
Gambar
Uji MR-VP
· Methy red, negatif
(-)  karena tidak terjadi perubahan pH menjadi asam.
·      Voges proskaver, negatif (-) karena tidak mengandung acetat sehingga pada saat penambahan reagen KOH 40% dan alpha nafthol 5 % tidak terjadi perubahan warna menjadi berwarna merah muda

Uji Fermentasi Karbohidrat
·      Glukosa : Positif (+), karena bakteri memfermentasikan glukosa, sehingga terjadi perubahan warna menjadi berwarna kunig


·      Laktosa : Negatif (-), karena bakteri tidak memfermentasikan laktosa sehingga tidak terjadi perubahan warna menjadi kuning.









·      Sukrosa : Negatif
(-),karena bakteri tidak memfermentasi sukrosa sehingga tidak terjadi perubahan warna menjadi kuning.



·      Manitol : Negatif (-), karena bakteri memfermentasikan manitol sehingga  terjadi perubahan warna menjadi kuning






B.     Pembahasan
Isolasi mikroorganisme adalah memisahkan mikroba yang berasal dari lingkungan dan menumbuhkan  sebagai kultur murni dalam suatu medium. Proses pemindahkan mikroba dari medium lama ke medium yang baru harus dilaksanakan secara teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang berhubungan dengan medium dan perkerjaan inokulasi (penanaman) itu benar-benar steril, hal ini untuk menghindari kontaminasi dengan mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi dan  identifikasi bakteri streptococcus pyogenes (Bakteri Gram Positif Cocus ). Dimana sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu swab gigi yang berlubang.
Adapun tujuan dilakukan praktikum  ini yaitu untuk melihat tingkat keberadaan  bakteri  yang diperiksa pada  gigi yang berlubang . Tahap awal yang dilakukan dalam megisolasi dan megidentifikasi bakteri streptococcus pyogenes pada sampel swab gigi yaitu :
a)    Hari pertama (I)
Penanaman  sampel  swab gigi pada media penyubur LB. Penanaman pada media cair bertujuan  untuk memperbanyak kultur bakteri, untuk melihat gerak bakteri, dan untuk identifikasi. Kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam
b)   Hari kedua (II)
Terjadi kekeruhan pada media  LB yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri pada media tersebut. Selanjutnya Penanaman pada media selektif  NA (Nutrien  Agar) dengan mengunakan metode sinambung. Teknik penanaman pada metode goresan bertujuan untuk mengisolasi/ memisahkan pertumbuhan bakteri satu dengan lainya yang ditanam adalah spesimen, memperbanyak bakteri (yang ditanam kultur bakteri atau koloni bakteri), menghitung jumlah kuman (yang ditanam suspensi sampel). dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam


c)    Hari keetiga (III)
1.      Media Nutrien Agar (NA)
Media NA : koloni terlihat berwarna putih berukuran sedang menandakan bakteri cukup subur dalam mengambil sejumlah nutrisi yang terkandung dalam media ini.
2.      Hasil pewarnaan  garam  : Bakteri berbentuk streptobacil. Sedangkan untuk jenisnya, bakteri termasuk gram positif karena berwarna  ungu, artinya bakteri mampu mengikat zat warna CGV dan mampu mempertahankan warna ungu sehingga tidak luntur pada pelunturan dengan alcohol 96%.
d)   Hari keempat (IV) uji biokmia
Uji biokimia uji yang dilakuan untuk mengatehui jenis bakteri adalah uji IMVIC, yang merupakan singkatan dari Uji Indol, Methyl Red, Voges Proskauer dan Citrat, serta beberapa uji biokimia lainya, yaitu Urea, Sukrosa, Glukosa, Laktosa, Maltosa, dan Manitol. Dari suspensi bakteri yang dibuat diuji lengkap, masing-masing diinokulasi menggunakan jarum ose ke dalam tiga tabung masing-masing berisi media yang berbeda.
e)      Hari kelima (V) hasil uji biokimia
1.    media TSIA:
Uji TSIA bertujuan untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasi dekstrosa, sukrosa dan laktosa serta kemampuan memproduksi hydrogen sulfida. Perubahan PH karena adanya fermentasi yang menyebabkan terjadinya warna kuning, dengan adanya indikator phenol red.
·      mengalami  perubahan dari warna merah  menjadi warna kuning. Hal tersebut menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan glukosa pada media sehingga terbentuk suasana asam. Sedangkan pada lereng media tidak mengalami perunahan (tetap berwarna merah) . hal tersebut menandakan bahwa bakteri tidak mampu menfermentasikan laktosa atau sukrosa atau keduanya sehingga tidak tercipta suasana asam.
·      terdapat endapan hitam pada media yang menandakan bahwa bakteri  memiliki enzim desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis asam amino dengan gugus samping –SH sehingga akan menghasilkan H­2S yang bereaksi dengan FeSO­4 dan membentuk endapan hitam FeS.
·      Tidak Ada ruangan  kosong  atau  udara pada media menandakan bahwa bakteri tidak  mampu menghasilkan gas.
2.    Uji Mio :
Fungsi dari uji mio atau sim  adalah untuk mengetahui reaksi terhadap oritin, dan juga digunakan untuk mengetahui adanya pegerakan bakteri yang diperiksa, serta kemampuannya menghasilkan indol. Pada hasil pengamatan diperoleh mio Positif (+), karena terjadi perubahan warna pada media dari berwarna ungu menjadi berwarna kuning, karena terjadi dekarbosilasi oritin oleh bakteri. Dilepaskanya karbondioksida menyebabkan kenaikan PH media, akibatnya terjadi perubahan warna indikator brom kresol dari ungu menjadi kuning. 
·         (motility) : Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media mio merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.
·      (sulfur) : Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi  hitam. Pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini,  terjadi perubahan warna hitam. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh  mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media mio.
·      (indol) : Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan  hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
3.    Uji sitrat :
Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui penggunaan sitrat sebagai sumber karbon dan energi. Bila bakteri mampu menggunakan sitrat, maka asam akan dihilngkan dari medium biakan, sehingga meyebabkan peningkatan PH dan mengubah warna medium dari hijau menjadi biru. Pada hasil pengamatan diperoleh sitrat negatif (-),karena bakteri tidak mampu menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan energi sehingga  tidak terjadi perubahan warna pada media.
4.    Uji urea :
Uji urea bertujuan untuk mengetahui bakteri yang memiliki enzim urease. Bakteri tertentu dapat menghidrolisis urea dan membentuk amonia dengan menimbulkan warna merah, karena indikator phenol red. Terbentuknya amonia menyebabkan nilai PH menjadi alkali  sehingga jika uji urea terjadi warna merah muda pada media berarti positif. Pada hasil pengamatan diperoleh urea negatif (-),karena bakteri tidak memiliki  enzim urease sehingga bateri tersebut tidak dapat menghidrolisis urea membentuk amonia, sehingga tidak  terjadi perubahan warna dari berwarna merah jingga menjadi berwarna merah ungu.
5.    Uji MRVP
·         MR :
Uji MR bertujuan untuk menentukan adanya fermentasi asam campuran. Beberapa bakteri memfermentasi glukosa dan menghasilkan berbagai produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan PH media pertumbuhan menjadi 5,0 atau lebih rendah. Penambahan indikator PH (Phenol red) dapat menunjukan adanya perubahan PH menjadi asam. Pada hasil pengamtan setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media tidak  terjadi perubahan  warna  menjadi  merah (negatif).  Berarti tidak  fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.
·         VP : 
Uji VP bertujuan untuk mendeteksi adanya acethyl methyl carbinol yang dipproduksi oleh bakteri tertentu dalam pembenihan VP. Adanya bakteri tertentu yang dapat memproduksi acethyl methyl carbinol  dapat diketahui dengan penambahan reagen voges proskauer (reagen VP). Dari hasil pengamatan  setelah  penambahan KOH 40% dan α-nafto 5 %, warna media tetap tidak berubah (negative). Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.
6.    Uji katalase :
Katalase adalah enzim yang mengkatalisikan penguraian hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini menginaktivkan ezim dalam sel. Hidrogen peroksida berbentuk sewaktu metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan aerob harus menguraikan bahan toksik tesebut. Dari hasil pengamatan diperoleh katalase negatif (-),disebabkan karena ada enzim dari bakteri yang mengkatalisiskan penguraian hidrogen peroksida sehingga tidak terbentuk gelembung udarah.
7.    Uji oksidase :
Uji ini berfungsi untuk menentukan adanya oksidase sitokrom yang ditemukan pada mikroorganisme tertentu. Bila koloni bakteri yang bersifat oksidase- positif diberi reagen oksidase (dimetil-p-fenilediamin oksalat), maka warna koloni berubah menjadi hitam. Perubahan ini terjadi karena oksidase sitokrom  mengoksidasikan larutan reagen. Dari hasil pengamatan diperoleh oksidase negatif (-),karena tidak ada oksidasi sitokrom yang ditemukan pada mikroorganisme sehingga tidak terbentuk warna hitam dalam waktu 30 menit
8.    Uji fermentasi karbohidrat:
Uji fermentasi karbohidrat ( laktosa, glukosa, manitol, sukrosa) bertujuan untuk menetahui jenis bakteri yang memfermentasikan jenis karbohidrat tertentu. Pembenihan gula-gula yang digunakan adalah cair yang mengandung satu jenis karbohidrat (kadar 1%) dengan indikator phenol red. Jika terjadi fermentasi, medium terlihat berwarna kuning karena perubahan PH menjadi asam. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil positif didapat pada glukosa. Dengan adanya perubahan warna dari berwarna merah menjadi berwarna kuning. Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan  gula-gula tersebut berupa produk asam.Namun pada laktosa,sukrosa dan manitol tidak terjadi reaksi apapun karena bakteri tidak mampu memfermentasikan karbohidrat sehingga tidak terjadi perubahan warna dari merah menjadi kuning.





BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada saat praktikum  bahwa ditemukan bakteri gram positif berbentuk steptobasil, tidak berspora dan pada uji katalase memberikan hasil negatif. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bakteri yang didapat yaitu lactobasillus sp. Dan adapun hasil yang didapat sesuai dengan judul praktikum.
B.     Saran
Adapun sehubungan dengan praktikum  ini, khususnya ditunjukan bagi mahasiswa yaitu :
1.    Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri sangat tinggi. Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, handscond, dan jas laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan dalam proses identifikasi juga sangat diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa tumbuh dengan baik.
2.    Diharapkan pula bagi semua mahasiswa, bahwa selama kegiatan praktikum ini berlangsung, agar semua mahasiswa bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum.










DAFTAR PUSTAKA

Entjang,dr.Indan.2003.Mikrobiologi dan parasitologi.Bandung:penerbit pt.citra
Cunningham, M. W,. 2000. Pathogenesis  of Group A Streptococcal Infection. Clin Micobiol : Washington, D. C.
Cleary, P. P and D. S Rectoningrum. 1994. Group A Streptococcal Immunoglobulin-Binding Protein. Trends in Microbiol : Adhesin, Molecular Mimicry or Sensory Protein.
Todar, K., 2002. Todar’s Online Textbook of Bacteriology, Streptococcus pyogenes. Universitas of Wisconsin-Madison Dpartement of Bacteriology.
Medina E, and G. S, Chhatwal. 2002. The Potensial of Vacine Development Against Rheumatic Fever. Indian Heart,J.
Sri Agung Fitri. Makalah Bakteri Streptococcus pyogenes. 2010. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_streptococcus-pyogenes.pdf.





No comments:

Post a Comment