Visitor

Thursday, January 12, 2017

PEMERIKSAAN TRIGLESRIDA DALAM SERUM



YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Dua transaminase yang sering digunakan dalam menilai penyakit hati adalah SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase).  Serum transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel hati. Nilai hasil pemeriksaan aktivitas SGOT dibagi aktivitas SGPT dalam sampel serum disebut rasio de Ritis.
SGOT atau AST (Aspartat Aminotrasferase) adalah sebuah enzim yang biasanya terdapat dalam jantung dan sel-sel hati, Yang mana ketika SGOT dilepaskan ke dalam darah maka dapat disimpulkan bahwa hati atau jantung mengalami kerusakan. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus) atau dengan serangan terhadap jantung (misalnya, dari serangan jantung).
SGPT atau ALT (Alanin Aminotransferase) adalah enzim yang banyak ditemukan pada sel hati. SGPT efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler, yang mana ketika enzim ini terdapat dalam darah dalam jumlah yang tidak sesuai maka hati mengalami kerusakan. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka.
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar SGOT dan SGPT dalam darah, yang mana setelah diperoleh data selanjutnya dinterperetasikan.


I.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk menganalisa kadar  SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetat Transferase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transferase)  dalam darah.
I.3  Tujuan praktikum
Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk menentukan kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetat Transferase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transferase)  dalam darah
I.4  Prinsippercobaan
1. Prinsip pemeriksaan kadar SGPT atau ALAT (Alanin Transminase)
Dimana Alanin Transminase mengkatalis transfer gugus amino dari L-alanin ke – 2 Oxoglutarat untuk membentuk L – glutamate dan piruvat. Kemudian enzim laktat Dehidrogenase (LDH) mengkoversi piruvat menjadi L – laktat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+. Banyaknya NADH teroksidasi berbanding lurus dengan aktivitas ALAT dan diukur secara fotometer  pada  panjang  gelombang 365 nm.
2. Prinsip periksaan kadar SGOT atau ASAT (Aspartat Transminase)
            Dimana Aspartat Transminase mengkatalis transfer gugus amino dari L-aspartate ke 2-Oxpgulatarat untuk membentuk oxalasetat dan L-glutamat. Kemudian enzim malat dehydrogenase (MDH) mengkoversi Oxaloasetat menjadi D-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+.  Banyaknya NADH yang teroksidasi berbanding lurus dengan aktivitas ASAT dan diukur secara fotometer pada panjang gelombang 365 nm.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi Hati
            Hepar atau hati adalah  organ terbesar yang terletak disebelah kanan atas rongga abdomen. Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua karna kaya akan persendiaan darah. Beratnya  1200-1800 gram, dengan permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan diatas organ – organ abdomen. Batas atas hepar sejajar dengan ruang inerkosta V. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah tranversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis (Pearce, 2000).

            Secara garis besar hati mamusia dibagi menjadi dua lobus (lobus kanan dan lobus kiri) ketika dilihat dari depan. Namun dibaliknya terdapat dua lobus lain
(lobus kuadatus dan lobus kuadrat) sehingga hati memilki empat lobus. Ligamen berbentuk sabit membatasi lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran lebih besar. Pada lapisan dalam, terdapat dua lobus tambahan yang terletak diantara lobus kanan dan kiri. Terdapat sebuah garis melintang dari sebelah kiri vena cava dan kemudian memishkan hati dan kantung empedu. Garis tersebut disebut Cantlie’s line. Terdapat pula ligmen lain seperti venosum ligamentum dan ligamentum teres yang membagi sisi kiri hati menjadi dua bagian (P
earce, 2000).
            Hepar disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu vena porta hepatica yang bersal dari lamnbung dan usus yang kaya akan nutrient seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air dan mineral dari arteri hepatika cabang dari arteri koliaka yang kaya akan oksigen (Pearce, 2000).
2.2 Fungsi Hati (Wijayakusuma, 2008).
a.       Menampung darah
b.      Membersihkan darah untuk melawan infeksi
c.       Memproduksi dan mengekskresikan empedu
d.      Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
e.       Membantu metabolisme lemak
f.       Membantu metabolisme protein
g.      Metabolisme vitamin dan mineral
h.      Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
i.        Mempertahankan suhu tubuh



2.3 Enzim yang terdapat di hati (Essing, 2008)
1.      Enzim SGOT / AST
Adalah enzim mitokondria yang ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini krang spesifik untuk penyakit hati.
2.      Enzim  SGPT / ALT
Adalah lebih spesifik untuk kerusakan hati. Enzim ini biasanya terkandung dalam sel – sel  hati. Jika hati terluka sel – sel hati menumpukkan enzim – enzim kedalam darah, menaikkan tingkat – tingkat enzim dalam darah dan menandai kerusakan hati.
3.      Enzim  fosfate alkali
Adalah  bagian enzim yang terdapat pada hati dimana peningkatan  fosfate alkali dapat terjadi bila saluran cairan empedu terhambat, antara lain peningkatan pada fosfatase alkali dapat terjadi terkait dengan sirosis dan kanker hati.
4.      Enzim GGT (Gamma – glutamyl Transferase)
Adalah enzim yang saring meningkat pada orang yang mengomsusmsi alkohol atau zat lain yang beracun pada hati secara berlebihan. Enzim ini dibuat dalam banyak jaingan selain hati.Serupa dengan fosfat alkali.
2.4  Metode pemeriksaan SGOT dan SGPT (Penuntun Praktikum, 2016)
1.      Metode kinetik – IFCC (tanpa pyridoxal – 5 phosphate)
-          Prinsip SGOT
Dimana Aspartat Transminase mengkatalis transfer gugus amino dari L-aspartate ke 2-Oxpgulatarat untuk membentuk oxalasetat dan L-glutamat kemudian enzim malat dehydrogenase (MDH) mengkoversi Oxaloasetat menjadi D-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+. Banyaknya NADH yang teroksidasi berbanding lurus dengan aktivitas ASAT dan diukur secara fotometer pada panjang gelombang 365 nm.
2.      Metode kinetik – IFCC (tanpa pyridoxal – 5 phosphate)
-       Prinsip
Dimana Alanin Transminase mengkatalis transefer gugus amino dari L-alanin ke – 2 Oxoglutarat untuk membentuk L – glutamate dan piruvat.Kemudian enzim laktat Dehidrogenase (LDH) mengkoversi piruvat menjadi L – laktat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+. Banyaknya NADH teroksidasi berbanding lurus dengan aktivitas ALAT dan diukur secara otomatis pada  panjang  gelombang 365 nm
YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)

2.5  Deskripsi SGOT dan SGPT
a.       Enzim SGOT
SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim yang secara normal berada disel hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika hati rusak. Level SGOT darah kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus hepatitis. SGOT juga disebut AST (aspartate aminotransferase) (Poedjiadi, 1994).
SGPT atau AST adalah enzim yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan hati,  enzim itu dilepaskan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera jaringan, oleh karena itu konsentrasi dalam serum SGOT dapat meningkat pada penyakit infark miokard atau kerusakan aku pada sel-sel hati (Poedjiadi, 1994).
b.      Enzim SGPT
          SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvat Transaminase ,  atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka.  Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya ( Joyce, 2007).
Enzim-enzim SGOT dan SGPT akan meningkat bila terjadi kerusakan sel hati. Biasanya peningkatan SGPT lebih tinggi dari pada SGPT  pada kerusakan hati yang akut, mengingat SGPT merupakan enzim yang hanya terdapat dalam sitoplasma sel hati (unilokuler). Sebaliknya SGOT yang terdapat baik dalam sitoplasma maupun mitochondria (bilokuler) akan meningkat lebih tinggi dari pada SGPT pada kerusakan hati yang lebih dalam dari sitoplasma sel. Keadaan ini ditemukan pada kerusakan sel hati yang menahun. Adanya perbedaan peningkatan enzim SGOT dan SGPT pada penyakit hati ini mendorong para peneliti untuk menyelidiki ratio SGOT dan SGPT ini. De Ritis et al mendapatkan ratio SGOT dan SGPT = 0,7 sebagai batas penyakit hati akut dan kronis. Ratio lni yang terkenal dengan nama ratio De Ritis memberikan hasil < 0,7 pada penyakit hati akut dan > 0,7 pada penyakit hati kronis. Batas 0,7 ini dipakai apabila pemeriksaan enzim-enzim tersebut dilakukan secara optimized, sedangkan apabila pemeriksaan dilakukan dengan cara kolorimetrik batas ini adalah 1.7 Istilah "optimized" yang dipakai perkumpulan ahli kimia di Jerman ini mengandung arti bahwa cara pemeriksaan ini telah distandardisasi secara optimum baik substrat, koenzim maupun lingkungannya (Joyce, 2007).
            SGPT/ ALT suatu enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif dalam mendiagnosa kerusakan hepatoseluler. Kadar ALT serum dapat lebih tinggi sebelum ikretik terjadi. Pada ikretik dan ALT serum >300 unit, penyebab yang paling mungkin karena gangguan hepar dan tidak gangguan hemolitik (Joyce, 2007).
            SGPT adalah tes yang lebih spesifik untuk kerusakan hati dibanding AST . ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT. Peradangan pada hati dapat disebabkan oleh hepatitis virus, beberapa obat, penggunaan alkohol, dan penyakit pada saluran cairan empedu. AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati, namun dalam beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa (Hasan, 2008).
           SGPT atau ALT, prinsipnya adalah enzim yang terdapat dalam serum pasien akan mengkatalisasi reaksi antara oksoglutarat dengan  L alanin yang membentuk glutamat dan piruvat. Piruvat yang terbentuk bereaksi dengan NADH yang akan membentuk laktat dan SGPT yang dapat dilihat dari ∆A setelah 1 menit reaksi berlangsung (Zulbadar,2007).
YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)






 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)



 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)

2.6 Nilai dan Rujukan (Joyce, 2007).
1.      SGOT
Dewasa           : laki-laki : 0 – 37 U/L
                          perempuan : 0 – 31 U/L
2.      SGPT
Dewasa           : laki-laki : 0 – 42 U/L
                          perempuan : 0 – 32 U/L.
2.7 Interpretasi Data Klinis               
a.       Penurunan kadar         : kehamilan, diabetik ketoasidosis, beri-beri.
b.      Peningkatan kadar      : Infark miokard akut (IMA), ensefalitis, nekrosis hepar, penyakit dan trauma muskuloskeletal, pankreatitis akut, ekslampsia, gagal jantung kongestif (GJK). Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai AST : Antibiotik, narkotik, vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), antihipertensi (metildopa, guanetidin), teofilin, golongan digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indocin), isoniazid (INH), rifampisin, kontrasepsi oral, salisilat, injeksi intramuskular (IM) (Joyce, 2007).

2.8  Patofisologi Penyakit Hati
a.       Sirosis hati
           Hati dapat terlukai oleh berbagai. Kejadian tersebut dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam keadaan kronis atau perlukaan hati yang terus menerus yang terjadi pada peminum alkohol aktif. Hal tersebut membuat hati merespon kerusakan sel tersebut dengan membentuk ekstraseluler maktriks yang mengandung kolagen, glikoprotein, dan proteiglikan, dimana sel yang berperan dalam proses ini adalah sel stellata. Pada cedera akut sel stellata membentuk kembali ekstraseluler matriks ini dimana akan memicu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa dufus dan nodul sel hati sehingga ditemukan pembengkakan pada hati (Elizabeth, 2001).
           Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal dan berkurangnyaukuran dari fenestra endotel hepatic menyebabkan kapilerisasi (ukuran poriseprti endotel kapiler) dari sinusoid. Sel stellata dalam memproduksi kolagen mengalami kontraksi yang cukup besar untuk menekan daerah perusinusoidal. Adanya kapilarisasi dan kontraktilitas sel stellata inilah yang menyebabkan penekanan pada banyak vena dihatoi sehingga menggangu proses aliran darah ke sel hati sehingga menganggu proses aliran darah ke sel hati dan pada akhirnya  sel hati mati (Elizabeth, 2001).
           Penjelasan diatas menunjukkan bahwa sirosis hepatis merupakan penyakit hati menahun yang ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul dimana terjadi pembengkakan hati. Patofisologis sirosis hati hepatis sendiri dimulai dengan prosesperdangan, lalu nekrosis hati yang meluas  yang akhirnya menyebabkan pembentukan jaringan ikat yang disertai nodul (Elizabeth, 2001).
b.   Hepatitis
Hepatitis adalah inflamsi yang menyebar pada hepar dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh obatan dan bahan – bahan kimia.Unit fungsional dasar disebut lobul dan unit karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel – sel hepar. Setelah lewat masanya, sel – sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh system imun dan digantikan oleh sel – sel hepar baru yang sehat.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu  timbulnya perasaan tidak nyaman perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri diulu hati (Elizabeth, 2001).

 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)




2.9     Penatalaksanaan Terapi  (Baradero, 2008)
1.      Terapi farmakologi
-          Sirosis hati
Penatalaksaan pasien pada penyakit sirosis hati biasanya didasarkan pada gejala yang ada yaitu :
a.       Antasida digunakan untuk mengurangi distres lambung dan meminimalkan kemungkinan pendarahan gastrointestinal
b.      Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel – sel hati yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien.
c.       Pemberian preparat diuretik yang mempertahankan kalium (sprinolakton) mungkin diperlukan untuk mengurangi asites dan meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang umum terjadi pada penggunaan jenis diuretik lainnya.
-          Hepatitis
a.       Antivirus lamivudin adalah obat antivirus yang paling efektif untuk penderita hepatitis B. Obat ini bekerja dengan menghambat pembentukan DNA virus hepatitis B berpoliferasi
b.      Multivitamin dengan mineral golongan ini digunakan sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya
c.        Terapi vaksin obat ini merupakan system imun alamiah tubuh dan bertugas untuk melawan virus. Obat ini bermanfaat menangani hepatitis B, C dan D.
2.      Terapi Non farmakologi
-          Sirosis
a.    Istirahat yang cukup terdapat perbaikan ikterus, asites, dan edema
b.   Diet rendah protein, rendah garam, diet rendah kalori.
-          Hepatitis
a.    Banyak mengomsusmsi sayuran dan buah – buahan
b.   Diet rendah protein
2.11    Faktor – faktor yang mempengaruhi temuan laboratirium 
1.      Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intravena dapat menurunkan kadar
2.      Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar
3.      Hemolisis sampel
  1. Obat-oatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead dan heparin.
  2. Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar



2.12    Definis fotometer
         Fotometer adalah alat untuk menangkap kekuatan cahaya atau interaksi cahaya yang ditrasmisikan atau pengukuran berdasarkan cahaya dengan sumber radiasi elektromagnetik. Mekanisme kerja fotometer yaitu sampel yang telah diinkubasi kemudian disedotkan pada aspirator sehingga masuk kedalam kuvet dan dibaca oleh sinar cahaya kemudian sampel akan disedot kembali dengan pompa peristaltik menuju kepembuangan (Harjadi,  1993).
         Bagian bagian fotometer  yaitu : (Harjadi,  1993).
1.      Selang aspirator untuk menghisap sampel untuk dianalisis
2.      Pompa pristaltik untuk menghisap sampel dari kuvet dan menuju pembuangan
3.      Kuvet tempat untuk meletakkan sampel
4.      Inkubator untuk menyamankan kondisi dengan yang sebenarnya dan agar hasilnya sempurna
5.      Waste (pembuangan) untuk wadah pembuangan cairan yang telah dianalisis pleh fotometer
6.      Selang pristaltik untuk membantu kerja pompa peristaltic yang bersifat elastic dan menjadi jalur mengalirnya sampel.
















BAB III
METODE KERJA
3.1  Alat
1.      Gelas kimia 500 ml
2.      Inkubator
3.      Kuvet
4.      Mikropipet 10 µl
5.      Mikropipet  250 µl
6.      Mikropipet 1000 µl
7.      Pipet tetes
8.      Rak tabung
9.      Sentrifuge
10.  Spoit
11.  Spektrofotometer
12.  Tabung sentrifuge
13.  Tourniquet
3.2  Bahan
1.      Aquadest
2.      Darah (serum)
3.      Reagen ALT/SGPT
4.      Reagen AST/SGOT

3.3  Prosedur kerja
Ø  AST/SGOT
1.      Penyiapan serum
a.       Disiapkan alat dan bahan
b.      Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
c.       Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
d.      Diambil serum darah
e.       Dimasukkan kedalam tabung reaksi
2.      Pengukuran absorban blanko
a.       Disiapkan alat dan bahan
b.      Dipipet 100 µl aquadest kedalam kuvet, dihomogenkan
c.       Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGOT
d.      Diinkubasi selama 5 menit  pada suhu 37 ºC
e.       Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGOT, dihomogenkan
f.       Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer
3.      Pengukuran absorbansi sampel
a.       Disiapkan alat dan bahan
b.      Dipipet 100 µl serum kedalam kuvet, dihomogenkan
c.       Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGOT
d.      Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37 ºC
e.       Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGOT, dihomogenkan
f.       Diukur absorbasinya pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer
g.      Diukur lagi absorbasinya pada menit ke -2, ke- 3 dan ke-4
h.      Dicatat nilai absorbansinya.
Ø  ALT/SGPT
1.      Penyiapan serum
a.       Disiapkan alat dan bahan
b.      Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
c.       Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
d.      Diambil serum darah
e.       Dimasukkan kedalam tabung reaksi
2.      Pengukuran absorban blanko
a.       Disiapkan alat dan bahan
b.      Dipipet 100 µl aquadest kedalam kuvet, dihomogenkan
c.       Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGPT
d.      Diinkubasi selama 5 menit  pada suhu 37 ºC
e.       Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT, dihomogenkan
f.       Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer
3.      Pengukuran absorbansi sampel
a.       Disiapkan alat dan bahan
b.      Dipipet 100 µl serum kedalam kuvet, dihomogenkan
c.       Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGPT
d.      Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37 ºC
e.       Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT, dihomogenkan
f.       Diukur absorbasinya pada panjang gelombang 365 nm dengan
spektrofotometer
g.      Diukur lagi absorbasinya pada menit ke -2, ke- 3 dan ke-4
h.    Dicatat nilai absorbansinya.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Tabelhasil pengamatan

Jenis pemeriksaan
Absorban Blanko
Absorbansi sampel
(menit)
Hasil  
Nilai
Rujukan

Keterangan
A1
A2
A3
A4

SGOT


0,030

1,040

1,037

1,024

1,024

0,01 U/L

0-31 U.L

Normal

SGPT

1,056

0,949

0,932

0,926

0,920

0,2 U/L


0-32 U/L

Normal

4.2     Pembahasan
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup mulai dari binatang primitive sampai manusia. Dalam keadaan fisiologi, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai  pembawa oksigen mekanisme pertahanan tubuh  terhadap infeksi dan  mekanisme hemostasis.
SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim yang biasanya hadir dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah ketika hati atau jantung rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus ) atau dengan serangan terhadap jantung (misalnya, dari serangan jantung). Beberapa obat juga dapat meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut  AST (Aspartate Aminotransferase)
SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, SGPT atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi dari pada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.
Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk menentukan kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetat Transferase) dan  SGPT (Serum Glutamic Piruvat Transferase)  dalam darah, Sebelum dilakukan pengujian dilakukan terlebih dahulu darah disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 6000 rpm, hal ini dilakukan untuk memisahkan antara serum dan plasma darah. Alasan serum digunakan karena serum tidak mengandung fibrinogen dimana fibrinogen tersebut terdapat pada plasma yang dapat mengakibatkan pengukuran absorban meningkat 3-5%.
Alasan penggunaan reagen SGOT karena reagen SGOT juga merupakan reagen yang spesifik untuk pengukuran SGOT dan alasan dilakukan inkubasi selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar reagen dan sampel dapat bercampur dengan baik. Nilai normal SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) untuk orang dewasa adalah Pada wanita Wanita 0 – 31 /UL Laki – laki 0 – 37  U/L. Berdasarkan interepetasi data penurunan kadar SGOT  yaitu  karna kehamilan, diabetic, ketoasidosis dan beri – beri. Sedangkan peningkatan kadar SGOT infamiokard,  akut (IMA), ensefalitis, nekrosis, hepar penyakit dan trauma musculoskeletal, pancreatitis akut, gagal jantung kongestif (GJK).
Alasan penggunaan reagen SGPT karena reagen SGPT juga merupakan reagen yang spesifik untuk pengukuran SGPT dan alasan dilakukan inkubasi selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar reagen dan sampel dapat bercampur dengan baik. Nilai normal SGO(Serum Glutamic Piruvic Transaminase) untuk orang dewasa adalah untuk wanita 0 – 32 U/L Laki – laki 0 – 42 U/L. Berdasarkan data interepetasi  peningkatan paling tinggi yaitu karena penyakit hepatitis (virus) akut, peningkatan sedang penyakit sirosis, kanker,  hepar, dan gagal jantung, peningkatan marginal karena infark miokard akut (IMA).
            Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil SGOT Pada probandus 0,1 U/L  dan untuk nilai SGOT yaitu didapatkan hasil SGPT pada probandus yaitu 0,2 U/L. Dari data yang didapatkan dimana probandus adalah seorang wanita dengan nilai rujukan normal SGOT (0 – 31 /UL), dan untuk SGPT nilai rujukan normal (0 – 32 U/L) maka dikatakan bahwa kadar SGOT dan SGPT probandus berada dalam range normal.

BAB V
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pada praktikum ini digunakan metode kinetik – IFCC (tanpa pyridoxal – 5 phosphate)
2.      Kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetat Transferase) yang diperoleh yaitu 0,01U/L  dapat dikatakan normal karena hasilnya masuk dalam range normal yaitu (0 – 31 /UL).
3.      Kadar SGPT (Serum Glutamic Piruvat Transferase) yang diperoleh  yaitu 0,2 U/L  dapat dikatakan normal karena hasilnya masukdalam range normal yaitu  (0 – 32 U/L)
1.2  Saran
Sangat diharapkan kritik dan saran dari asisten guna memperbaiki laporan ini agar agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam memepelajari laporan ini.






                                               DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M. 2000, “Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Hati”. Penerebit buku kedokteran.EGC :Jakarta

Elizabeth, J.C. 2001, ”Buku saku Parofisiologi Penerbit Buku Kedokteran”.EGC :Jakarta.

Essing, M.G. 2008 “Alanine  Aminotransfirase Laboreterium klinik 1” :Jakarta

Harjadi, W.  1993, “Ilmu Kimia Analitik Dasar” Gramedia : Jakarta.

Joyce, L. 2007,”Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik”, EGC : Jakarta

Panil Z, 2007,Memahami Teori dan Praktikan Kimia Dasar,EGC,
            : Jakarta

Pearce, E. C,  2000, ”Anatomi dan Fisiologi”, PT Gramedia pusataka utama :
            Jakarta.

Price, S.A, 2006, “Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit”. Edisi 6,
EGC :Jakarta

Poedjiadi, 1994, “Dasar-Dasar Biokimia”. UI Press :Jakarta   

Sutedjo, A.Y. 2006, Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium. Cetakan I, Amara Books :Yogjakarta

Tim dosen Kimia klinik, 2016. “Penuntun praktikum” STIKes Mega Rezky :
            Makassar.



LAMPIRAN
A.    Perhitungan SGOT dan SGPT
a.   SGOT
Dik : SGOT =    A1 = 1,040
                        A2 = 1,037
                        A3 = 1,024
                        A4 = 1,024
Dit  SGOT ………….?
SGOT              =  X 2, 143  U/L
                         = X 2, 143 U/L
                        =  X 2, 143 U/L
                        =  X 2, 143 U/L
                        = 0,01 U/L
b.SGPT
Dik  : SGPT = A1 = 0,949
            A2 = 0,932
            A3 = 0,926
                    A4 = 0,920
Dit  SGPT …………..…?
                   SGPT        = X 2, 143  U/L
                                     = X 2, 143 U/L
                                    = X 2, 143 U/L
                                    = X 2, 143 U/L
                                    = 0,02 U/L
B.     Gambar
Gambar
Keterangan

1
 
2
 



Di siapkan :
1.      Reagen 1 SGOT
2.      Reagen 2  SGOT



1
 
 
2
 



Di siapkan :
1.      Reagen 1 SGPT
2.      Reagen 2 SGPT



Diambil sampel darah pasien




Dimasukkan dalam sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm

2
 
1
 


Setelah disentrifuge diperoleh :
1.      Serum
2.      Darah


                                                

Dibersihkan kuvet dengan menggunakan Aquadest sebelum digunakan




Dipipet 100 µL serum kemudian dimasukkan kedalam kuvet, dihomogenkan lalu ditambahkan 100 µL reagen 1 dan 250 µL reagen 2 SGOT dan SGPT.



Diukur absorban sampel SGOT dan SGPT pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm







No comments:

Post a Comment