YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dua
transaminase yang sering digunakan dalam menilai penyakit hati adalah SGOT (Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic
Pyruvic Transaminase). Serum transaminase adalah indikator yang peka pada
kerusakan sel hati. Nilai hasil pemeriksaan aktivitas SGOT dibagi aktivitas
SGPT dalam sampel serum disebut rasio de Ritis.
SGOT atau AST (Aspartat Aminotrasferase) adalah sebuah
enzim yang biasanya terdapat dalam jantung dan sel-sel hati, Yang mana
ketika SGOT dilepaskan ke dalam darah maka dapat disimpulkan bahwa hati atau
jantung mengalami kerusakan. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi
dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus) atau dengan serangan
terhadap jantung (misalnya, dari serangan jantung).
SGPT atau ALT (Alanin Aminotransferase) adalah enzim yang banyak ditemukan
pada sel hati. SGPT efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler, yang mana ketika
enzim ini terdapat dalam darah dalam jumlah yang tidak sesuai maka hati
mengalami kerusakan. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot
jantung, ginjal dan otot rangka.
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar SGOT
dan SGPT dalam darah, yang mana setelah diperoleh data selanjutnya
dinterperetasikan.
I.2 Maksud
Praktikum
Adapun maksud dilakukannya percobaan
kali ini adalah untuk menganalisa kadar SGOT (Serum
Glutamic Oxaloacetat
Transferase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transferase) dalam
darah.
I.3 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dilakukannya percobaan
kali ini adalah untuk menentukan kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetat
Transferase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transferase) dalam
darah
I.4
Prinsippercobaan
1.
Prinsip pemeriksaan kadar SGPT atau ALAT (Alanin
Transminase)
Dimana Alanin Transminase mengkatalis transfer gugus amino
dari L-alanin ke – 2 Oxoglutarat untuk membentuk L – glutamate dan piruvat. Kemudian
enzim laktat Dehidrogenase (LDH) mengkoversi piruvat menjadi L – laktat dengan
mengoksidasi NADH menjadi NAD+. Banyaknya NADH teroksidasi
berbanding lurus dengan aktivitas ALAT dan diukur secara fotometer pada
panjang gelombang 365 nm.
2.
Prinsip periksaan kadar SGOT atau ASAT (Aspartat
Transminase)
Dimana Aspartat Transminase
mengkatalis transfer gugus amino dari L-aspartate ke 2-Oxpgulatarat untuk
membentuk oxalasetat dan L-glutamat. Kemudian enzim malat dehydrogenase (MDH)
mengkoversi Oxaloasetat menjadi D-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+.
Banyaknya NADH yang
teroksidasi berbanding lurus dengan aktivitas ASAT dan diukur secara fotometer
pada panjang gelombang 365 nm.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi Hati
Hepar
atau hati adalah organ terbesar yang
terletak disebelah kanan atas rongga abdomen. Pada kondisi hidup hati berwarna merah
tua karna kaya akan persendiaan darah. Beratnya
1200-1800 gram, dengan permukaan atas terletak bersentuhan dibawah
diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan diatas organ – organ abdomen.
Batas atas hepar sejajar dengan ruang inerkosta V. Permukaan posterior hati
berbentuk cekung dan terdapat celah tranversal sepanjang 5 cm dari sistem porta
hepatis (Pearce,
2000).
Secara
garis besar hati mamusia dibagi menjadi dua lobus (lobus kanan dan lobus kiri)
ketika dilihat dari depan. Namun dibaliknya terdapat dua lobus lain
(lobus kuadatus dan lobus kuadrat) sehingga hati memilki empat lobus. Ligamen berbentuk sabit membatasi lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran lebih besar. Pada lapisan dalam, terdapat dua lobus tambahan yang terletak diantara lobus kanan dan kiri. Terdapat sebuah garis melintang dari sebelah kiri vena cava dan kemudian memishkan hati dan kantung empedu. Garis tersebut disebut Cantlie’s line. Terdapat pula ligmen lain seperti venosum ligamentum dan ligamentum teres yang membagi sisi kiri hati menjadi dua bagian (Pearce, 2000).
(lobus kuadatus dan lobus kuadrat) sehingga hati memilki empat lobus. Ligamen berbentuk sabit membatasi lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran lebih besar. Pada lapisan dalam, terdapat dua lobus tambahan yang terletak diantara lobus kanan dan kiri. Terdapat sebuah garis melintang dari sebelah kiri vena cava dan kemudian memishkan hati dan kantung empedu. Garis tersebut disebut Cantlie’s line. Terdapat pula ligmen lain seperti venosum ligamentum dan ligamentum teres yang membagi sisi kiri hati menjadi dua bagian (Pearce, 2000).
Hepar
disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu vena porta hepatica yang bersal dari
lamnbung dan usus yang kaya akan nutrient seperti asam amino, monosakarida,
vitamin yang larut dalam air dan mineral dari arteri hepatika cabang dari
arteri koliaka yang kaya akan oksigen (Pearce, 2000).
2.2 Fungsi Hati (Wijayakusuma, 2008).
a. Menampung darah
b. Membersihkan
darah untuk melawan infeksi
c. Memproduksi dan
mengekskresikan empedu
d. Membantu
menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
e. Membantu
metabolisme lemak
f. Membantu
metabolisme protein
g. Metabolisme
vitamin dan mineral
i.
Mempertahankan suhu tubuh
2.3 Enzim yang terdapat di hati (Essing, 2008)
1. Enzim SGOT
/ AST
Adalah enzim mitokondria yang ditemukan dalam
jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini krang spesifik untuk penyakit hati.
2. Enzim SGPT / ALT
Adalah lebih spesifik untuk kerusakan hati. Enzim
ini biasanya terkandung dalam sel – sel
hati. Jika hati terluka sel – sel hati menumpukkan enzim – enzim kedalam
darah, menaikkan tingkat – tingkat enzim dalam darah dan menandai kerusakan
hati.
3.
Enzim fosfate alkali
Adalah bagian
enzim yang terdapat pada hati dimana peningkatan fosfate alkali dapat terjadi bila saluran
cairan empedu terhambat, antara lain peningkatan pada fosfatase alkali dapat terjadi
terkait dengan sirosis dan kanker hati.
4.
Enzim GGT (Gamma
– glutamyl Transferase)
Adalah enzim yang saring meningkat pada orang yang
mengomsusmsi alkohol atau zat lain yang beracun pada hati secara berlebihan.
Enzim ini dibuat dalam banyak jaingan selain hati.Serupa dengan fosfat alkali.
2.4 Metode pemeriksaan SGOT dan SGPT (Penuntun
Praktikum, 2016)
1. Metode
kinetik – IFCC (tanpa pyridoxal – 5 phosphate)
-
Prinsip SGOT
Dimana Aspartat Transminase mengkatalis transfer gugus amino
dari L-aspartate ke 2-Oxpgulatarat untuk membentuk oxalasetat dan L-glutamat
kemudian enzim malat dehydrogenase (MDH) mengkoversi Oxaloasetat menjadi
D-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+. Banyaknya NADH yang
teroksidasi berbanding lurus dengan aktivitas ASAT dan diukur secara fotometer
pada panjang gelombang 365 nm.
2.
Metode kinetik – IFCC (tanpa pyridoxal – 5
phosphate)
- Prinsip
Dimana
Alanin Transminase mengkatalis transefer gugus amino dari L-alanin ke – 2
Oxoglutarat untuk membentuk L – glutamate dan piruvat.Kemudian enzim laktat
Dehidrogenase (LDH) mengkoversi piruvat menjadi L – laktat dengan mengoksidasi
NADH menjadi NAD+. Banyaknya NADH teroksidasi berbanding lurus
dengan aktivitas ALAT dan diukur secara otomatis pada panjang
gelombang 365 nm
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
2.5
Deskripsi SGOT dan SGPT
a.
Enzim
SGOT
SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase, sebuah enzim yang secara normal berada disel hati dan organ
lain. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika hati rusak. Level SGOT darah
kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus
hepatitis. SGOT juga disebut AST (aspartate aminotransferase) (Poedjiadi,
1994).
SGPT atau AST adalah enzim
yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan hati, enzim itu dilepaskan ke dalam serum sebagai
akibat dari cedera jaringan, oleh karena itu konsentrasi dalam serum SGOT dapat meningkat
pada penyakit infark miokard atau kerusakan aku pada sel-sel hati (Poedjiadi,
1994).
b.
Enzim
SGPT
SGPT adalah singkatan dari Serum
Glutamic Piruvat
Transaminase ,
atau juga dinamakan ALT (Alanin
Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta
efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini dalam jumlah yang
kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi
daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses
kronis didapat sebaliknya ( Joyce, 2007).
Enzim-enzim SGOT dan SGPT akan meningkat bila
terjadi kerusakan sel hati. Biasanya peningkatan SGPT lebih tinggi
dari pada SGPT pada kerusakan hati yang akut, mengingat SGPT merupakan
enzim yang hanya terdapat dalam sitoplasma sel hati (unilokuler). Sebaliknya SGOT yang terdapat
baik dalam sitoplasma maupun mitochondria (bilokuler) akan meningkat lebih
tinggi dari
pada SGPT pada
kerusakan hati yang lebih dalam dari sitoplasma sel. Keadaan ini ditemukan pada
kerusakan sel hati yang menahun. Adanya perbedaan peningkatan enzim SGOT dan SGPT pada penyakit
hati ini mendorong para peneliti untuk menyelidiki ratio SGOT dan SGPT ini. De Ritis
et al mendapatkan ratio SGOT
dan SGPT = 0,7 sebagai batas penyakit hati akut dan kronis. Ratio
lni yang terkenal dengan nama ratio De Ritis memberikan hasil < 0,7 pada
penyakit hati akut dan > 0,7 pada penyakit hati kronis. Batas 0,7 ini
dipakai apabila pemeriksaan enzim-enzim tersebut dilakukan secara optimized,
sedangkan apabila pemeriksaan dilakukan dengan cara kolorimetrik batas ini
adalah 1.7 Istilah "optimized"
yang dipakai perkumpulan ahli kimia di Jerman ini mengandung arti bahwa cara
pemeriksaan ini telah distandardisasi secara optimum baik substrat, koenzim
maupun lingkungannya
(Joyce, 2007).
SGPT/ ALT suatu enzim
yang ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif dalam mendiagnosa kerusakan
hepatoseluler. Kadar ALT serum dapat lebih tinggi sebelum ikretik terjadi. Pada
ikretik dan ALT serum
>300 unit,
penyebab yang paling mungkin karena gangguan hepar dan tidak gangguan hemolitik
(Joyce, 2007).
SGPT adalah tes yang
lebih spesifik untuk kerusakan hati dibanding AST . ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit),
jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya
peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis
peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT. Peradangan pada hati
dapat disebabkan oleh hepatitis virus, beberapa obat, penggunaan alkohol, dan
penyakit pada saluran cairan empedu. AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam
jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati,
namun dalam beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa
(Hasan, 2008).
SGPT atau ALT, prinsipnya adalah enzim yang
terdapat dalam serum pasien akan mengkatalisasi reaksi antara oksoglutarat
dengan L alanin yang membentuk glutamat dan piruvat. Piruvat yang
terbentuk bereaksi dengan NADH yang akan membentuk laktat dan SGPT yang dapat
dilihat dari ∆A setelah 1 menit reaksi berlangsung (Zulbadar,2007).
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
2.6 Nilai dan Rujukan (Joyce, 2007).
1.
SGOT
Dewasa : laki-laki : 0
– 37 U/L
perempuan : 0 – 31 U/L
2. SGPT
Dewasa : laki-laki : 0
– 42 U/L
perempuan : 0 – 32 U/L.
2.7 Interpretasi
Data
Klinis
a. Penurunan kadar : kehamilan,
diabetik ketoasidosis, beri-beri.
b. Peningkatan
kadar : Infark
miokard akut (IMA), ensefalitis, nekrosis hepar, penyakit dan trauma
muskuloskeletal, pankreatitis akut, ekslampsia, gagal jantung kongestif (GJK).
Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai AST : Antibiotik, narkotik, vitamin
(asam folat, piridoksin, vitamin A), antihipertensi (metildopa, guanetidin),
teofilin, golongan digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indocin),
isoniazid (INH), rifampisin, kontrasepsi oral, salisilat, injeksi intramuskular
(IM) (Joyce, 2007).
2.8 Patofisologi
Penyakit Hati
a.
Sirosis
hati
Hati
dapat terlukai oleh berbagai. Kejadian tersebut dapat terjadi dalam waktu yang
singkat atau dalam keadaan kronis atau perlukaan hati yang terus menerus yang
terjadi pada peminum alkohol aktif. Hal tersebut membuat hati merespon
kerusakan sel tersebut dengan membentuk ekstraseluler maktriks yang mengandung
kolagen, glikoprotein, dan proteiglikan, dimana sel yang berperan dalam proses
ini adalah sel stellata. Pada cedera akut sel stellata membentuk kembali
ekstraseluler matriks ini dimana akan memicu timbulnya jaringan parut disertai
terbentuknya septa fibrosa dufus dan nodul sel hati sehingga ditemukan pembengkakan
pada hati (Elizabeth, 2001).
Peningkatan
deposisi kolagen pada perisinusoidal dan berkurangnyaukuran dari fenestra
endotel hepatic menyebabkan kapilerisasi (ukuran poriseprti endotel kapiler)
dari sinusoid. Sel stellata dalam memproduksi kolagen mengalami kontraksi yang
cukup besar untuk menekan daerah perusinusoidal. Adanya kapilarisasi dan
kontraktilitas sel stellata inilah yang menyebabkan penekanan pada banyak vena
dihatoi sehingga menggangu proses aliran darah ke sel hati sehingga menganggu
proses aliran darah ke sel hati dan pada akhirnya sel hati mati (Elizabeth, 2001).
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa
sirosis hepatis merupakan penyakit hati menahun yang ditandai dengan
pembentukan jaringan ikat disertai nodul dimana terjadi pembengkakan hati.
Patofisologis sirosis hati hepatis sendiri dimulai dengan prosesperdangan, lalu
nekrosis hati yang meluas yang akhirnya
menyebabkan pembentukan jaringan ikat yang disertai nodul (Elizabeth, 2001).
b.
Hepatitis
Hepatitis adalah inflamsi yang menyebar pada hepar dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh obatan dan bahan – bahan kimia.Unit
fungsional dasar disebut lobul dan unit karena memiliki suplai darah sendiri. Sering
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel – sel hepar. Setelah
lewat masanya, sel – sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh
system imun dan digantikan oleh sel – sel hepar baru yang sehat.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri diulu
hati (Elizabeth, 2001).
YANG
MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG
WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
2.9
Penatalaksanaan Terapi (Baradero, 2008)
1. Terapi farmakologi
-
Sirosis
hati
Penatalaksaan
pasien pada penyakit sirosis hati biasanya didasarkan pada gejala yang ada
yaitu :
a.
Antasida
digunakan untuk mengurangi distres lambung dan meminimalkan kemungkinan
pendarahan gastrointestinal
b.
Vitamin
dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel – sel hati
yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien.
c.
Pemberian
preparat diuretik yang mempertahankan kalium (sprinolakton) mungkin diperlukan
untuk mengurangi asites dan meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang
umum terjadi pada penggunaan jenis diuretik lainnya.
-
Hepatitis
a. Antivirus lamivudin adalah obat
antivirus yang paling efektif untuk penderita hepatitis B. Obat ini bekerja
dengan menghambat pembentukan DNA virus hepatitis B berpoliferasi
b. Multivitamin dengan mineral golongan
ini digunakan sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis dan penyakit hati
lainnya
c. Terapi vaksin obat ini merupakan system imun
alamiah tubuh dan bertugas untuk melawan virus. Obat ini bermanfaat menangani
hepatitis B, C dan D.
2. Terapi Non farmakologi
-
Sirosis
a.
Istirahat
yang cukup terdapat perbaikan ikterus, asites, dan edema
b.
Diet
rendah protein, rendah garam, diet rendah kalori.
-
Hepatitis
a.
Banyak
mengomsusmsi sayuran dan buah – buahan
b.
Diet
rendah protein
2.11 Faktor
– faktor yang mempengaruhi temuan laboratirium
1. Pengambilan darah pada area yang
terpasang jalur intravena dapat menurunkan kadar
2. Trauma pada proses pengambilan
sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar
3. Hemolisis sampel
- Obat-oatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead dan heparin.
- Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar
2.12
Definis fotometer
Fotometer
adalah alat untuk menangkap kekuatan cahaya atau interaksi cahaya yang
ditrasmisikan atau pengukuran berdasarkan cahaya dengan sumber radiasi
elektromagnetik. Mekanisme kerja fotometer yaitu sampel yang telah diinkubasi
kemudian disedotkan pada aspirator sehingga masuk kedalam kuvet dan dibaca oleh
sinar cahaya kemudian sampel akan disedot kembali dengan pompa peristaltik
menuju kepembuangan (Harjadi, 1993).
Bagian bagian
fotometer yaitu : (Harjadi, 1993).
1.
Selang
aspirator untuk menghisap sampel untuk dianalisis
2.
Pompa
pristaltik untuk menghisap sampel dari kuvet dan menuju pembuangan
3.
Kuvet
tempat untuk meletakkan sampel
4.
Inkubator
untuk menyamankan kondisi dengan yang sebenarnya dan agar hasilnya sempurna
5.
Waste
(pembuangan) untuk wadah pembuangan cairan yang telah dianalisis pleh fotometer
6.
Selang
pristaltik untuk membantu kerja pompa peristaltic yang bersifat elastic dan
menjadi jalur mengalirnya sampel.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
1. Gelas
kimia 500 ml
2. Inkubator
3. Kuvet
4. Mikropipet
10 µl
5. Mikropipet 250 µl
6. Mikropipet
1000 µl
7. Pipet
tetes
8. Rak
tabung
9. Sentrifuge
10. Spoit
11. Spektrofotometer
12. Tabung
sentrifuge
13. Tourniquet
3.2 Bahan
1. Aquadest
2. Darah
(serum)
3. Reagen
ALT/SGPT
4. Reagen
AST/SGOT
3.3 Prosedur kerja
Ø AST/SGOT
1. Penyiapan
serum
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dimasukkan
darah ke dalam tabung sentrifuge
c. Disentrifuge
selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
d. Diambil
serum darah
e. Dimasukkan
kedalam tabung reaksi
2. Pengukuran
absorban blanko
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dipipet
100 µl aquadest kedalam kuvet, dihomogenkan
c. Ditambahkan
1000 µl reagen 1 SGOT
d. Diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 37 ºC
e. Ditambahkan
250 µl reagen 2 SGOT, dihomogenkan
f. Diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer
3. Pengukuran
absorbansi sampel
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dipipet
100 µl serum kedalam kuvet, dihomogenkan
c. Ditambahkan
1000 µl reagen 1 SGOT
d. Diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 37 ºC
e. Ditambahkan
250 µl reagen 2 SGOT, dihomogenkan
f. Diukur
absorbasinya pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer
g. Diukur
lagi absorbasinya pada menit ke -2, ke- 3 dan ke-4
h. Dicatat
nilai absorbansinya.
Ø ALT/SGPT
1. Penyiapan
serum
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dimasukkan
darah ke dalam tabung sentrifuge
c. Disentrifuge
selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
d. Diambil
serum darah
e. Dimasukkan
kedalam tabung reaksi
2. Pengukuran
absorban blanko
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dipipet
100 µl aquadest kedalam kuvet, dihomogenkan
c. Ditambahkan
1000 µl reagen 1 SGPT
d. Diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 37 ºC
e. Ditambahkan
250 µl reagen 2 SGPT, dihomogenkan
f. Diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer
3. Pengukuran
absorbansi sampel
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dipipet
100 µl serum kedalam kuvet, dihomogenkan
c. Ditambahkan
1000 µl reagen 1 SGPT
d. Diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 37 ºC
e. Ditambahkan
250 µl reagen 2 SGPT, dihomogenkan
f. Diukur
absorbasinya pada panjang gelombang 365 nm dengan
spektrofotometer
g. Diukur
lagi absorbasinya pada menit ke -2, ke- 3 dan ke-4
h. Dicatat nilai absorbansinya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabelhasil pengamatan
Jenis pemeriksaan
|
Absorban
Blanko
|
Absorbansi
sampel
(menit)
|
Hasil
|
Nilai
Rujukan
|
Keterangan
|
||||
A1
|
A2
|
A3
|
A4
|
||||||
SGOT
|
0,030
|
1,040
|
1,037
|
1,024
|
1,024
|
0,01
U/L
|
0-31
U.L
|
Normal
|
|
SGPT
|
1,056
|
0,949
|
0,932
|
0,926
|
0,920
|
0,2 U/L
|
0-32 U/L
|
Normal
|
4.2
Pembahasan
Darah merupakan komponen esensial
mahluk hidup
mulai dari
binatang primitive sampai manusia. Dalam keadaan fisiologi, darah selalu
berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen mekanisme pertahanan
tubuh terhadap infeksi dan
mekanisme hemostasis.
SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase,
sebuah enzim yang biasanya hadir dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT
dilepaskan ke dalam darah ketika hati atau jantung rusak. Tingkat darah SGOT
ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus
) atau dengan serangan terhadap jantung (misalnya, dari serangan jantung).
Beberapa obat juga dapat meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut AST (Aspartate Aminotransferase)
SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase,
SGPT atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati
serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam
jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada
umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi dari pada SGOT/AST
pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat
sebaliknya.
SGPT/ALT serum
umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis
atau otomatis. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah
enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.
Adapun tujuan dilakukannya percobaan
kali ini adalah untuk menentukan kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetat
Transferase) dan SGPT (Serum
Glutamic Piruvat
Transferase) dalam darah, Sebelum dilakukan pengujian dilakukan terlebih dahulu
darah disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 6000 rpm, hal ini dilakukan
untuk memisahkan antara serum dan plasma darah. Alasan serum digunakan
karena serum tidak mengandung fibrinogen dimana fibrinogen tersebut terdapat
pada plasma yang dapat mengakibatkan pengukuran absorban meningkat 3-5%.
Alasan penggunaan reagen SGOT karena
reagen SGOT juga merupakan reagen yang spesifik untuk pengukuran SGOT dan
alasan dilakukan inkubasi selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar
reagen dan sampel dapat bercampur dengan baik. Nilai normal
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) untuk orang dewasa
adalah Pada wanita Wanita
0 – 31 /UL Laki – laki 0 – 37 U/L.
Berdasarkan interepetasi data penurunan kadar SGOT yaitu
karna kehamilan, diabetic, ketoasidosis dan beri – beri. Sedangkan
peningkatan kadar SGOT infamiokard, akut
(IMA), ensefalitis, nekrosis, hepar penyakit dan trauma musculoskeletal,
pancreatitis akut, gagal jantung kongestif (GJK).
Alasan
penggunaan reagen SGPT karena reagen SGPT juga merupakan reagen yang spesifik
untuk pengukuran SGPT dan alasan dilakukan inkubasi selama beberapa menit, hal
ini dimaksudkan agar reagen dan sampel dapat bercampur dengan baik. Nilai normal SGOT (Serum
Glutamic Piruvic Transaminase) untuk orang dewasa adalah untuk wanita 0 – 32
U/L Laki – laki 0 – 42 U/L. Berdasarkan data interepetasi peningkatan paling tinggi yaitu karena
penyakit hepatitis (virus) akut, peningkatan sedang penyakit sirosis, kanker, hepar, dan gagal jantung, peningkatan marginal
karena infark miokard akut (IMA).
Dari praktikum yang telah
dilaksanakan maka didapatkan hasil SGOT Pada probandus 0,1 U/L dan untuk nilai SGOT yaitu didapatkan hasil
SGPT pada probandus yaitu 0,2 U/L. Dari data yang didapatkan dimana probandus
adalah seorang wanita dengan nilai rujukan normal SGOT (0 – 31 /UL), dan untuk
SGPT nilai rujukan normal (0 – 32 U/L) maka dikatakan bahwa kadar SGOT dan SGPT
probandus berada dalam range normal.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pada praktikum ini digunakan metode
kinetik – IFCC
(tanpa pyridoxal – 5 phosphate)
2. Kadar
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetat Transferase) yang
diperoleh yaitu 0,01U/L
dapat dikatakan normal karena hasilnya masuk dalam range normal yaitu (0
– 31 /UL).
3. Kadar
SGPT (Serum Glutamic Piruvat Transferase) yang diperoleh yaitu 0,2 U/L dapat dikatakan normal karena hasilnya
masukdalam range normal yaitu (0 – 32 U/L)
1.2 Saran
Sangat diharapkan kritik dan saran dari asisten guna
memperbaiki laporan ini agar agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam
memepelajari laporan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Baradero,
M. 2000, “Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Hati”. Penerebit buku kedokteran.EGC :Jakarta
Elizabeth,
J.C. 2001, ”Buku saku Parofisiologi Penerbit
Buku Kedokteran”.EGC :Jakarta.
Essing,
M.G. 2008 “Alanine Aminotransfirase Laboreterium klinik 1”
:Jakarta
Harjadi, W. 1993, “Ilmu
Kimia Analitik Dasar” Gramedia : Jakarta.
Joyce, L. 2007,”Pemeriksaan
Laboratorium dan Diagnostik”, EGC : Jakarta
Panil Z, 2007,”Memahami Teori dan Praktikan Kimia Dasar”,EGC,
: Jakarta
Pearce,
E. C, 2000, ”Anatomi dan Fisiologi”, PT Gramedia pusataka utama :
Jakarta.
Price,
S.A, 2006, “Patofisiologi Konsep Klinis
Proses – Proses Penyakit”. Edisi 6,
EGC :Jakarta
Poedjiadi, 1994, “Dasar-Dasar Biokimia”. UI Press :Jakarta
Sutedjo, A.Y. 2006, “Mengenal
Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium”. Cetakan I,
Amara Books
:Yogjakarta
Tim
dosen Kimia klinik, 2016. “Penuntun
praktikum” STIKes Mega Rezky :
Makassar.
LAMPIRAN
A.
Perhitungan
SGOT dan SGPT
a.
SGOT
Dik
: SGOT = A1 = 1,040
A2 = 1,037
A3 = 1,024
A4 = 1,024
Dit SGOT ………….?
SGOT = X 2, 143
U/L
= X 2, 143 U/L
= X 2, 143 U/L
= X 2, 143 U/L
= 0,01 U/L
b.SGPT
Dik : SGPT = A1 = 0,949
A2 = 0,932
A3 = 0,926
A4 = 0,920
Dit SGPT …………..…?
SGPT =
X 2, 143 U/L
= X 2, 143 U/L
=
X 2, 143 U/L
=
X 2, 143 U/L
= 0,02 U/L
B.
Gambar
Gambar
|
Keterangan
|
||||||
|
Di siapkan :
1.
Reagen 1 SGOT
2.
Reagen 2 SGOT
|
||||||
|
Di siapkan :
1.
Reagen 1 SGPT
2.
Reagen 2 SGPT
|
||||||
Diambil sampel darah pasien
|
|||||||
Dimasukkan dalam sentrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm
|
|||||
|
Setelah disentrifuge diperoleh :
1.
Serum
2.
Darah
|
||||
Dibersihkan kuvet dengan menggunakan
Aquadest sebelum digunakan
|
|||||
Dipipet 100 µL serum kemudian
dimasukkan kedalam kuvet, dihomogenkan lalu ditambahkan 100 µL reagen 1 dan
250 µL reagen 2 SGOT dan SGPT.
|
|||||
Diukur absorban sampel SGOT dan SGPT
pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
|
|||||
No comments:
Post a Comment