Visitor

Thursday, January 12, 2017

PERCOBAAN I PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URINE




YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)

 
PERCOBAAN I
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URINE

1.    Volume  Urine
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis :
-       Urin sewaktu
-       Adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan secara khusus.
-       Urin pagi
-       Adalah urin yang pertama dkeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Baikcuntuk pemeriksaan sedimen, berat jenis (BJ), protein dan untuk tes kehamilan berdasarkan adanya hormone human chorionic gonadotropin (HCG).
-       Urin post prandial
-       Pasien disuruh berkemih sebelum makan pagi hari, porsi tersebut dibuang kemudian urin ditampung setelah 2 jam makan. Porsi urin kedua ini digunakan untuk memeriksa glukosa dan pemantauan pengobatan insulin pada penderita diabetes mellitus.
-       Timed specimen atau sampel terjadwal
-       Urin 24 jam, contohnya :
-       Urin yyang dikeluarkan jam 7 pagi dibuang. Seluruh urin yang dikeluarkan kemudian termasuk urin jam 7 pagi esok harinya ditampung. Urin 24 jam biasanya memerlukan pengawet.
-       Urin siang 12 jam, contohnya :
-       Urin yang dikumpulkan dari jam 7 sampai jam 7 malam.
-       Urin malam 12 jam, contohnya :
-       Urin yang dikumpulkan dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi esok harinya.
-       Urine 3 gelas dan urin 2 gelas 
-       Berguna untuk memberikan gambaran letak radang atau lesi yang terdapat pad saluran kemih pria.

YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)


Tidak ada pengawet urin yang dapat digunakan secara universal untuk menghindari perubahan urin dari segala macam perubahan yang mungkin terjadi. Dari itu ada berbagai macam bahan pengawet  urin,  antara lain :
  1. Toluena : Merupakan pengawet urin yang berfungsi untuk menghambat perombakan urin oleh kuman,yang bekerja optimal pada keadaan dingin, biasanya digunakan untuk pengawetan glukosa, aseton dan asam aseto-asetat. Toluena biasanya digunakan sebanyak 2- 5 ml untuk mengawetkan  urin 24 jam, 2 – 5 ml toluena  dimasukan ke dalam botol penampung, dan setiap kali botol penampung ditambahkan urin, botol harus dikocok dengan baik.
  2. Thymol : Thymol merupakan bahan pengawet yang memiliki daya seperti toluena. Pada pengawetan urin menggunakan thymol, thymol hanya digunakan sebanyak satu butir,  apabila jumlah thymol terlalu banyak ada kemungkinan terjadi hasil positif palsu pada reaksi terhadap proteinuria.
  3. Formaldehid : Merupakan bahan pengawet urin yang husus digunakan untuk mengawetkan sedimen, pengawetan sedimen merupakan hal yang sangat penting apabila hendak melakukan pemeriksaan kuantitatif unsur – unsur dalam sedimen. Larutan formaldehi 40 % sebanyak 1 – 2 ml digunakan untuk mengawetkan urin 24 jam. Kelemahan penggunaan formaldehid sebagai pengawet urin apabila menggunakannya dengan jumlah besar, ada kemungkinan akan mengadakan reduksi pada tes benedict dan menggaggu tes obermayer.
  4. Asam Sulfat Pekat : Merupakan bahan pengawet urin yang digunakan guna menetapkan kuantitatif calsium, nitrogen dan kebanyakan zat anorganik lainnya. Yang berekasi dengan cara mencegah terlepasnya N dalam bentk amoniak dan mencegah terjadinya endapatn calsiumfosfat. Jumlah penggunaan asam sulfat pekat untuk mengawetkan urin disesuaikan dengan keadaan urin, yang harus ditekankan adalah PH urin harus tetap lebih rendah dari 4,5.
  5. Natrium karbonat : Merupakan bahan pengawet urin yang khusus dipakai untuk mengawetkan urobilinogen abila hendak memeriksa ekskresi per 24 jam. Penggunaan natrium karbonat adalah dengan memasukan 5 gram natrium karbonat dalam botol penampung bersama dengan beberapa ml toluena.
  6. Natrium Klorida Pekat : Natrium Klorida pekat digunakan sebagai bahan pengawet urin. Natrium klorida pekat menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir.
  7. Natrium Klorida dan Asam Benzoat : Asam benzoat (C6H5COOH) dan garamnya merupakan bahan pengawet urin yang efektif untuk mencegah pertumbuhan khamir, kapang dan bakteri pada tingkat keasaman pH 2.5 – 4.0.
  8. Asam Borak 0,8 % : Berfungsi mengawetkan elemen urin seperti estriol dan esterogen, asam borak 0,8 % dapat mengawetkan urin selama lebih dari 7 hari,  Mengawetkan Kreatinin, Asam urat, Glukosa, protein dan mempertahankan PH.
Pengukuran  volume  urine  berguna  untuk  menentukan  adanya  gangguan faal  ginjal. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat  badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. keseimbangan  cairan  tubuh,  serta  penentuan  kuantitatif  suatu  zat  dalam  urine, biasanya dilakukan  pada  urine  kumpulan  24  jam.
Alat :
-       Pot Urine
-       Gelas Ukur
-       Label
Bahan :
-       Urine sewaktu
Pra Analitik : Persiapan pasien ; Tidak ada persiapan khusus
Analitik :
-       Urine di tampung pada pot , beri label pada masing-masing sampel (label berisi Nama; Alamat; Umur; Jenis kelamin)
-       Ukur volume urine menggunakan gelas ukur
Pasca Analitik : Catat hasil pengamatan
Interpretasi  Hasil :
·         Volume Urine Normal : 800 - 1300 ml/24 jam
·         Poliuri : > 2000 ml/24 jam ( Pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas,
              minuman yang mempunyai efek diuretika, diabetes mellitus, diabetes   
              insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema )
·         Oliguri : 300-750 ml/24 jam (diarrhea, muntah -muntah, demam edema, nefritis                                                                            
              menahun)
·         Anuri : <300 ml/jam (shock dan kegagalan ginjal)
·         Nokturia : Urine malam 12 jam 2-4 kali  lebih banyak dari urine pagi (Diabetes
                Mellitus)

YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)








 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)


2.    Warna Urine
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar  protein dalam urin (proteinuria). Urin yang baru di kemihkan berwarna jernih.
Alat :
-       Tabung Reaksi
           Bahan :
-       Urine sewaktu
Pra Analitik :
·         Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus
·         Persiapan Sampel: Siapkan urine sewaktu, urine ditampung pada saat  praktikum hendak dilakukan
Analitik :
-       Masukkan urine ke dalam tabung reaksi ± 3/4 tabung
-       Amati warna urine
Pasca Anaitik : Catat hasil pengamatan
Interpretasi Hasil :
             Kuning Muda – Kuning Tua  : Normal
   Merah    : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen,  porfirin.   
                  Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna
  Oranye  : Penyebab patologik : pigmen empedu.
                  Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saluran kemih (piridium),
                  obat lain termasuk fenotiazin.
                   Kuning  : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.   
                             Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
  Hijau     : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
                  Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
   Biru       : Tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
               Coklat    : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.  
                              Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
                   Hitam atau hitam kecoklatan :  Penyebab patologik : melanin, asam
                                                               homogentisat, indikans, urobilinogen,  
                                                               methemoglobin. Pengaruh obat
                                                               levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
   Seperti susu : Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat
                                                            protein yang membeku.

3.    Kejernihan Urine
Kejernihan urine dinyatakan dengan jernih, agak keruh, keruh, atau sangat keruh. Kekeruhan pada urine disebut sebagai nubecula yang terdiri dari lender, sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap. Kekeruhan didalam urine dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan dari bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat desebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen sel epitel, leukosit, dan eritrosit dalam jumlah banyak.
Alat :
-       Tabung reaksi
Bahan :
-       Urine sewaktu
     Pra Analitik :
-       Tidak ada persiapan khusus
Analitik :
-       Masukkan urine ke dalam tabung reaksi ± 3/4 tabung
-       Nilai kejernihan urine  di tempat yang terang (cahaya matahari)
Pasca Analitik : Catat hasil pengamatan
Interpretasi Hasil :
Normal :  Jernih
Abnormal : Keruh
-       kekeruhan dapat disebabkan oleh Phosphate : Biasanya berwarna putih, dan akan hilang bila di tetesi asam;
-       Urat Amorph : Biasanya berwarna kuning coklat dan didapatkan pada urine yang asam, dan bila dipanaskan akan menghilang.
-       Nanah / Pus : Biasanya berwarna putih keruh seperti susu, tetapi bila di saring akan kembali jernih. Bila kekeruhan di sebabkan oleh kuman, maka bila di saring urine akan tetep keruh.
-       Fosfat amorf dan karbonat amorf dalam jumlah besar, mungkin terjadi sesudah seseorang makan banyak . kekeruhan itu hilang jika urine diberikan asam asetat encer . sedimen banyak mengandung banyak Kristal fosfat atau karbonat
-       Bakteri-bakteri . kekeruhan yang terjadi bukan saja disebabkan oleh berkembangbiaknya kuman, tetapi oleh bertambahnya unsure sedimen seperti sel epitel, leukosit dan sebagainya. Kekeruhan yang disebabkan oleh kuman tidak dapat dihilangkan dengan filtrasi atau dengan pemusingan biasa
-       Eritrosit yang menyebabkan urine menjadi keruh dan berwarna serupa air daging. Adanya dibenarkan dengan pemeriksaan mikroskopis sedimen
-       Leukosit adanya dibenarkan dengan pemeriksaan mikroskopis sedimem. Jika sedimen urine yang mengandung banyak leukosit dibubuhi larutan NaOH pekat maka akan terjadi suatu massa yang sangat kental (percobaan Donne)
Sebab urine keruh setelah diabiarkan :
-       Nubecula (Urine yang normal  yang keruh jika dibiarkan atau didinginkan, kekeruhan ringan itu disebut dan terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap).
-       Urat-urat amorf yang terbentuk dalam urine asam dan dingin. Warna kekeruhan dan endapan putih atau merah jambu dan akan lenyap jika urine dipanasi
-       Fosfat  amorf dan Karbonat . Zat – zat ini mengendap dalam urine lindi atau urine yang menjadi lindi (basa)

4.    Bau urine
Bau urine normal  disebabkan  oleh asam  organik  yang  mudah  menguap.  Bau  urine dipengaruhi pula oleh jenis makanan dan obat-obat tertentu. Bau busuk dapat disebabkan oleh  perombakan  protein,  bau  amoniak  oleh  perombakan  ureum,  dan  bau aseton pada ketonuria.  
Alat :
-       Tabung reaksi
Bahan :
-       Urine sewaktu
     Pra Analitik :
-       Tidak ada persiapan khusus
Analitik :
-       Masukkan urine ke dalam tabung reaksi ± 3/4 tabung
-       Nilai bau  urine  
Pasca Analitik : Catat hasil pengamatan
           Interpretasi Hasil :
5.    Derajat Keasaman /pH Urine
Penetapan  pH  dapat  memberi  kesan  tentang  keadaan  dalam  tubuh  pada  gangguan keseimbangan  asam  basa.  pH  urine  juga  dapat  memberi  petunjuk  etiologi  infeksi  saluran kencing.  Infeksi  oleh E. coli biasanya  menghasilkan  urine  asam,  sedangkan  infeksi  oleh proteus biasanya menyebabkan urine alkali. Penetapan pH urine dapat dilakukan dengan menggunakan indikator strip atau reagen strip.
pH urine normal (urine harus segar) berkisar antara 4,6-8,5. 
Untuk pemeriksaan derajad keasaman urine ini harus dipakai urne yang segar (baru).Karena urine yang telah lama derajad keasamannya akan berubah menjadi alkalis.Pada urine yang telah dikeluarkan dari tubuh, maka ammonium yang terkandung didalamnya akan diubah oleh bakteri dalam urine menjadi amoniak yang bersifat alkalis.
Alat :
-       Tabung reaksi
Bahan :
-       Urine sewaktu
     Pra Analitik :
-       Tidak ada persiapan khusus
Analitik :
-       Masukkan urine ke dalam tabung reaksi ± 3/4 tabung
-       Masukkan pH indicator ke dalam urine
Pasca Analitik : Catat hasil pengamatan
                  Interpretasi Hasil :
Normal, PH urine berkisar antara : 4,6-8,0 dengan rata-rata : 6,5.
Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi asam adalah :
·          Acidosis.
·          Kelaparan.
·          Diarrhea.
·         Diabetes Mullitus.
·         Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi alkalis adalah :
·          Alkalosis.
·         Muntah-muntah yang hebat.
·         Infeksi saluran kencing (UTK).





No comments:

Post a Comment