BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penyakit akibat bakteri merupakan
penyakit yang sudah sering dijumpai di berbagai negara-negara berkembang
terutama di Indonesia. Penyakit
ini juga bisa disebut penyakit merakyat karena
menyerang hampir seluruh lapisan masyarakat. Diantara penyakit infeksi yang
disebabkan berbagai bakteri, yang masih menjadi perhatian yaitu infeksi bakteri
Shigella dysenteriae.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan
luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas
yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: sakit di perut yang sering
disertai dengan tenesmus, dan tinja mengandung darah dan lendir. Adanya darah
dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut
menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya. ltulah sebabnya pada
akhir-akhir ini nama diare invasif lebih disukai oleh para ahli.
Dulu dikenal hanya dua macam disentri
berdasarkan penyebabnya, yakni disentri basiler yang disebabkan oleh Shigella
spp. dan disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Tapi
sekarang telah diketahui banyak penyebab lain berupa parasit dan bakteri, yaitu
Shigella spp., Salmonella spp., Campylobacter spp., Vibrio parahaemolyticus,
I’leisomonas shigelloides, EIEC (Enteriinnasive E. coil), Aeromonus spp.,
Entamoeba histolytica atau Giardia
lambha.
Diare
merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Negara berkembang. Sekitar
15% dari seluruh kasus kematian balita akibat diare di seluruh dunia adalah
disentri yang disebabkan oleh Shigella sp. Invasi bakteri Shigella pada epitel
usus dapat diperantarai oleh pili yang ada pada permukaan dinding bakteri.
Bakteri kemudian menempel dan membuat koloni pada epitel usus yang akhirnya
akan menimbulkan manifestas klinis pada penderita. Untuk mengkonfirmasi hal
tersebut diperlukan adanya pembuktian bahwa protein sub-unit pili bakteri Shigella dysenteriae merupakan molekul
adhesin dari bakteri. Protein adhesi dideteksi tubuh sebagai antigen dan akan
berperan dalam menginduksi respon imun untuk menghasilkan antibodi.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian dari Shigella dysenteriae?
2. Bagaimana
morfologi dari Shigella dysenteriae?
3. Bagaimana
struktur antigen dari Shigella dysenteriae?
4. Bagaimana
sumber penularan dari Shigella
dysenteriae?
5. Bagaimana
patogenitas dari Shigella dysenteriae?
6. Bagaiman
identifikasi/diagnosa laboratorium Shigella
dysenteriae?
7. Bagaimana
cara pengobatan infeksi dari Shigella
dysenteriae?
8. Bagaimana
cara pencegahan infeksi Shigella
dysenteriae?
C. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Shigella
dysenteriae
2. Untuk
mengetahui morfologi dari Shigella
dysenteriae
3. Untuk
mengetahui struktur antigen dari Shigella
dysenteriae
4. Untuk
mengetahui sumber penularan dari Shigella
dysenteriae
5. Untuk
mengetahui patogenitas dari Shigella
dysenteriae
6. Untuk
mengetahui identifikasi/diagnosa laboratorium Shigella dysenteriae
7. Untuk
mengetahui cara pengobatan infeksi dari Shigella
dysenteriae
8. Untuk
mengetahui cara pencegahan infeksi Shigella
dysenteriae
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
UMUM
Shigella dysenteriae
ditemukan oleh Shiga (1889 & 1901), Kruse (1900), dan Schmitzii (1927)
merupakan salah satu dari 4 spesies Shigella (S. dysenteriae, S. flexneri, S.
boydii, S. sonnei). Shigella spp. merupakan bakteri penyebab disentri atau
shigellosis pada manusia dan beberapa primata yang telah dikenali sejak tahun
1890an. Shigella spp. endemik di daerah Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Shigellosis merupakan penyakit diare yang disebabkan terjadinya inflamasi akut
pada tractus intestinum.
Shigella
adalah binatang tidak bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik
yang dengan beberapa kekecualian tidak meragikan laktosa tetapi meragikan
karbohidrat yang lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas.
Habitat alamiah Shigella terbatas pada saluran pncernaan manusia dan primata
lainnya dimana sejumlah spesies menimbulkan disentri basiler.
Bakteri
Shigella dysenteriae dapat menyebabkan penyakit
disentri basilar. Disentri basilar adalah infeksi usus besar oleh bakteri
patogen genus Shigella. Shigella
dysenteriae merupakan penyebab penyakit yang paling ganas dan menimbulkan
epidemi hebat di daerah tropis dan subtropis (Soedarto,1996). Pengobatan
infeksi dapat digunakan dengan antibiotik yang telah diresepkan secara luas
seperti pada saat sekarang ini (Gould and Brooker, 2003).
Shigellosis
adalah infeksi enterik invasif akut yang
disebabkan oleh bakteri yang masuk kedalam genus Shigella, secara klinis
ditunjukkan dengan diare yang sering berdarah. Shigellosis banyak menjadi
endemik di banyak negara berkembang dan juga menjadi epidemi yang menyebabkan
cukup morbiditas dan kematian.
Di
antara empat jenis shigella, Shigella
dysenteriae tipe 1 ( sd1 ) merupakan yang penting karena dapat menyebabkan
penyakit yang paling parah dan dapat menjadi epidemi di daerah besar. Kendala
utama untuk mengontrol Shigellosis adalah cepat menyebarnya Shigella dari orang
ke orang dan perlawanan antimikrobial yang berkembang cepat.
Makanan
yang sering terkontaminasi Shigella adalah salad, sayuran segar (mentah), susu
dan produk susu, serta air yang terkontaminasi. Sayuran segar yang tumbuh pada
tanah terpolusi dapat menjadi faktor penyebab penyakit, seperti disentri
basiler atau Shigellosis yang disebabkan oleh Shigella.
B. MORFOLOGI
DAN SIFAT
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gammaproteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobactericeae
Genus
: Shigella
Spesies
: Shigella dysenteriae
Shigella dysenteriae merupakan
bakteri gram negatif yang berbentuk basil dan lurus, non-motile, facultative
anaerob, tidak berspora, tidak berkapsul, suhu optimum mencapai 37°C. Ukuran Shigella dysenteriae sekitar 2-3μm x 0,5-0,7
μm dan susunannya tidak teratur. Koloni Shigella dysenteriae berbentuk
konveks, bulat, transparan dengan pinggir utuh dan berukuran mencapai 2nm.
Shigella mempunyai struktur antigen yang kompleks.
Sebagian besar kuman mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enterik
lainnya. Antigen somatik O Shigella adalah lipopolisakarida. Spesifikasi
serologiknya bergantung pada polisakarida itu. Terdapat lebih dari 40 serotipe.
Klasifikasi Shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigennya.
C. SUMBER
PENULARAN
Shigellosis disebut juga Disentri basiler . Disentri
sendiri artinya salah satu dari berbagai gangguan yang ditandai dengan
peradangan usus , terutama kolon dan disertai nyeri perut , tenesmus dan buang
air besar yang sering mengandung darah dan lender. Disentri basiler dapat
ditemukan di seluruh dunia. Disentri ini dapat terjadi di daerah yang
populasinya padat tetapi sanitasinya sangat buruk, seperti kurangnya air bersih
dan di tempat-tempat yang terlalu padat.
Spesies dari genus shigella berbeda dengan genus
salmonella, pada dasarnya terbatas pada manusia sebagai reservoir alamiah.
Penyebaran Shigella adalah dari manusia ke manusia lain, dimana karier
merupakan reservoir kuman. Shigellosis ditularkan melalui rute fekal-oral melalui kontak
langsung atau tidak langsung dengan bahan tinja. Hal ini umumnya terjadi jika
tangan tidak dicuci dengan baik terutama setelah menggunakan kakus. Infeksi
Shigella sp juga dapat diperoleh dari makanan yang tercemar dengan bakteri ini.
Selain itu sumber infeksi juga dapat disebabkan oleh vector lalat yang membawa
Shigella sp. Namun faktor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan
yang tidak dicuci sehabis buang air besar.
Kejadian penyakit ini biasanya juga diikuti oleh
infeksi sekunder lainnya seperti kasus enteritis dan infeksi bakterial E.coli
pada saluran pencernaan. Dosis infektif yang rendah, sedikitnya 200 organisme
yang dapat memfasilitasi penyebaran dari orang yang satu dengan orang yang
lain. Manusia dan beberapa primata hanya menjadi reservoir Shigella.
D. PATOGENITAS
Habitat alamiah kuman disentri
adalah usus besar manusia, dimana kuman tersebut dapat menyebabkan disentri
basiler. Infeksi Shigella praktis selalu terbatas pada saluran pencernaan,
invasi dalam darah sangat jarang. Shigella menimbulkan penyakit yang sangat
menular. Dosis infektif kurang dari 103 organisme.
Proses patologik yang penting
adalah invasi epitel selaput lendir, mikroab-ses pada dinding usus besar dan
ileum terminal yang cenderung mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulserasi
superfisial, perdarahan, pembentukan “pseudo-membran” pada daerah ulkus. Ini
terdiri dari fibrin, lekosit, sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan
kuman. Waktu proses berkurang, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk
jaringan parut.
Shigella
dysenteriae menyerang manusia dengan
menginvasi dan memfagositosis sel epitel mukosa Shigella dysenteriae kemudian keluar dari vakuola fagositik dan
bermultiplikasi serta menyebar di dalam sitoplasma yang pada akhirnya menyebar
ke sel lain di dekatnya
Perkembangan Shigella dysenteriae dalam menginvasi
sel targetnya
dari sel yang satu ke sel yang
lain.
Shigella
dysenteriae yang difagosit oleh makrofag akan
merangsang terjadinya apoptosis namun sebelum apoptosis terjadi, Shigella dysenteriae dapat keluar dari
vakuola fagositik dan menyerang sel disekitarnya
Shigella sebagai penyebab diare
mempunyai 3 faktor virulensi yaitu :
1. Dinding
polisakarida sebagai antigen halus.
2. Kemampuan
mengadakan invasi enterosit dan proliferasi.
3. Mengeluarkan
toksin sesudah menembus sel.
Struktur kimiawi dari dinding sel
tubuh bakteri ini dapat berlaku sebagai antigen O (somatic) adalah sesuatu yang
penting dalam proses interaksi bakteri shigella dengan sel enterosit. Dupont
(1972) dan Levine (1973) mengutarakan bahwa Shigella seperti Salmonella setelah
menembus enterosit dan berkembang didalamnya sehingga menyebabkan kerusakan sel
enterosit tersebut.
Peradangan
mukosa memerlukan hasil metabolit dari kedua bakteri dan enterosit, sehingga
merangsang proses endositosis sel-sel yang bukan fagositosik untuk menarik
bakteri ke dalam vakuola intrasel, yang mana bakteri akan memperbanyak diri
sehingga menyebabkan sel pecah dan bakteri akan menyebar ke sekitarnya serta
menimbulkan kerusakan mukosa usus. Sifat invasif dan pembelahan intrasel dari
bakteri ini terletak dalam plasmid yang luas dari kromosom bakteri Shigella.
Invasi bakteri ini mengakibatkan terjadinya infiltrasi sel-sel polimorfonuklear
dan menyebabkan matinya sel-sel epitel tersebut, sehingga terjadilah
tukak-tukak kecil didaerah invasi yang menyebabkan sel-sel darah merah dan
plasma protein keluar dari sel dan masuk ke lumen usus serta akhirnya ke luar
bersama tinja.
Proses inveksi Shigella dysenteriae.
Shigella juga mengeluarkan toksin
(Shiga toksin) yang bersifat nefrotoksik, sitotoksik (mematikan sel dalam benih
sel) dan enterotoksik (merangsang sekresi usus) sehingga menyebabkan sel
epithelium mukosa usus nekrosis.
Semua Shigella mengeluarkan
lipopolisakarida yang toksik. Endotoksin ini mungkin menambah iritasi dinding
usus. Selain itu Shigella dysenteriae
tipe 1 menghasilkan eksotoksin yang tidak tahan panas yang dapat menambah
gambaran klinik neurotoksik dan enterotoksik yang nyata.
E. IDENTIFIKASI/DIAGNOSA
LABORATORIUM
1. Spesimen
Spesimen untuk biakan dapat berasal dari feses
segar, bercak lendir, dan asupan rektal. Pada pemeriksaan mikroskopis sering
ditemukan banyak leukosit dan beberapa eritrosit pada sediaan feses. Jika
spesimen serum dibutuhkan, harus diambil dengan jarak 10 hari untuk dapat
melihat peningkatan tiyer antibodi aglutinasi.
2. Kultur
Spesimen digoreskan pada media diferensial (misalnya,
agar MacConkey atau EMB dan pada media selektif (agar enterik Hektoen atau agar
Salmonella-Shigella) yang menekan pertumbuhan Enterobacteriaceae lain dan organisme gram-positif. Koloni yang
tidak berwarna (laktosa-negatif) diinokulasi ke dalam agar triple sugar iron.
Organisme yang gagal membentuk dan
menghasilkan asam tanpa disertai gas di bagian dasar dengan lereng yang basa
pada medium triple sugar iron, dan organisme yang nonmotil harus diperiksa
lebih lanjut dengan aglutinasi slide menggunakan antiserum yang spesifik untuk
Shigella.
3. Serologi
Individu normal sering memiliki aglutinin yang aktif
terhadap beberapa spesies shigella. Namun, pemeriksaan serial titer antibodi
dapat memperlihatkan peningkatan yang spesifik. Serologi tidak digunakan untuk
mendiagnosis infeksi shigella.
4. Prosedur
laboratorium untuk diagnosis etiologi penyakit infeksi :
a. Mikroskopis
langsung
Melalui pengecatan/pewarnaan spesimen dan
mengidentifikasi mikroorganisme secara morfologis biakan/kultur
b. Tes
Serologi
Diagnosis molekuler, hibridisasi DNA-DNA atau
DNA-RNA untuk deteksi adanya gen-gen spesifik patogen dari spesimen pasien.
5. Metode
Pemeriksaan
Metode pemeriksaan dalam bidang
mikrobiologi klinik meliputi pemeriksaan mikroskopis, penanaman pada media
perbenihan, uji kepekaan, pemeriksaan imunologis, dan pemeriksaan mikrobiologi
molekuler.
Pemeriksaan mikroskopis dibagi
menjadi dua, yaitu pemeriksaan mikroskopis tanpa pengecatan dan pemeriksaan
mikroskopis dengan pengecatan.
Penanaman dalam media perbenihan
bertujuan memperoleh isolat murni. Media yang dipergunakan ada dua macam, yaitu
media umum dan media khusus. Prinsip pemilihan media didasarkan pada mikroba
yang akan dicari. Uji kepekaan bertujuan memperoleh obat yang paling tepat
untuk mikroba tertentu. Obat yang paling tepat untuk mikroba tertentu terkenal
dengan istilah drug of choice.
Contoh pemeriksaan imunologis dalam
bidang mikrobiologi adalah Uji Widal dan Uji Wassermann. Uji Widal berdasarkan
prinsip reaksi aglutinasi. Uji Wassermann berdasarkan prinsip uji fiksasi komplemen
(complement fixation test).
Pemeriksaan mikrobiologi molekuler
memanfaatkan prinsip-prinsip biologi molekuler. Contoh pemeriksaan mikrobiologi
molekuler adalah polymerase chain reaction (PCR).
F. PENGOBATAN
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh
sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk
menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka
dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral. Pada pasien dengan diare berat disertai
dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat dilakukan
Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi Intravena. umumnya pada anak
kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika diare. Untuk infeksi
berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan antibiotika termasuk ampicilin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin. Namun, beberapa Shigella
telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi karena penggunaan
antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis ringan.
Terapi dengan rehidrasi yang
adekuat secara oral atau intravena, tergantung dari keparahan penyakit. Derivat
opiat harus dihindari. Terapi antimikroba diberikan untuk mempersingkat
berlangsungnya penyakit dan penyebaran bakteri. Trimetoprim-sulfametoksazole
atau fluoroquinolon dua kali sehari selama 3 hari merupakan antibiotik yang
dianjurkan.
Siprofrklosasin, ampisilin,
doksiklin, dan trimetoprimsulfametoksazol umumnya menghambat isolat shigella
dan dapat menekan serangan klinis akut disentri serta memperpendek lamanya
gejala. Obat tersebut mungkin tidak dapat memberantas organisme dari saluran
cerna. Resistensi terhadap berbagai obat dapat ditransmisikan melalui plasmid,
dan infeksi yang resisten ini telah tersebar luas. Banyak kasus disentri
shigella.
G. PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit disentri yang
disebabkan oleh Shigella dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang meliputi :
1. Pendidikan
kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah kunci
untuk kesadaran masyarakat akan kesehatan, sehingga dapat mencegah transmisi
penyakit. Masyarakat diberi pengetahuan tentang bagaimana Shigella dapat
menyebabkan diare dan bagaimana pencegahan transmisinya. Masyarakat juga
diberitahu jika terjadi diare berdarah untuk segera melakukan pengobatan di
tempat fasilitas kesehatan terdekat.
2. Cuci
tangan
Cuci tangan dengan sabun adalah
langkah yang sederhana dan efektif untuk mencegah penyebaran Shigella, cuci
tangan juga harus dipromosikan di setiap rumah tangga. Cuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar, sebelum menyiapkan atau menangani makanan dan sebelum
makan.
3. Ketersediaan
air
Shigella dapat mencemari air pada
semua tahap distribusi, dari sumber air sampai saat di konsumsi. Air minum
harus dipastikan aman, termasuk selama transportasi dan penyimpanan. Tempat
pembuangan air besar tidak dibolehkan 10 meter dari sumber air.
4. Sistem
pembuangan tinja
Sistem pembuangan tinja harus aman
dan bersih, system yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang baik agar
tetap terjaga kesehatan masyarakat.
5. Menyusui
Anak yang mendapatkan ASI akan
lebih sedikit resiko terkena diare atau disentri karena ASI eksklusif dapat
memberikan perlindungan atau daya tahan terhadap resiko diare.
6. Keamanan
makanan
Makanan dapat terkontaminasi oleh Shigella pada
semua tahap produksi dan persiapan. Termasuk di tempat umum seperti pasar,
selama persiapan makanan di rumah atau di restoran dan makanan tanpa pendingin
setelah disiapkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Shigella
adalah binatang tidak bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik
yang dengan beberapa kekecualian tidak meragikan laktosa tetapi meragikan
karbohidrat yang lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Bakteri
Shigella dysenteriae dapat
menyebabkan penyakit disentri basilar.
B. SARAN
1. Selalu
menjaga higienitas diri seperti selalu mencuci tangan sebelum makan
2. Memakan
makanan yang benar-benar matang
3. Selalu
menjaga kebersihan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment