Visitor

Thursday, January 12, 2017

Teknik Pemeriksaan Protozoa Usus






A.                Protozoologi Umum
Protozoa (protos = pertama, zoon = hewan) adalah jasad renik hewani yang terdiri dari satu sel, hidup sendiri-sendiri atau berkelompok membentuk koloni. Protozoa banyak terdapat di alam antara lain di dalam air laut, air tawar, tanah, dan dalam tubuh organisme lain. Pada umumnya berukuran mikroskopik, walaupun hanya terdiri dari satu sel dengan satu atau lebih inti, tetapi memiliki susunan, fisiologi dan tingkah laku yang kompleks. Berdasarkan  kompleksitasnya kadang-kadang disebut dengan aseluler untuk membedakan dengan sel individual yang menyusun tubuh binatang metazoa atau tumbuh-tumbuhan. Hanya sebagian kecil protozoa yang hidup sebagai parasit pada binatang atau manusia.
Dalam klasifikasi modern, mahluk hidup dibagi dalam lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Plantae, Fungi, dan Animalia. Protozoa ternasuk kedalam kingdom animalia. Protozoa dibagi dalam tujuh phylum dan empat phylum yang penting yaitu Sarcomastigophora , Apicomplexa, Cilliophora dan Mikrospora
1.      Sarcomastigophora (Honiberg dan Balamuth, 1963).
Protozoa dengan inti tunggal, reproduksi seksual, organel untuk gerak berupa flagella, pseudopodia atau keduanya.
Contoh genus dari phylum sarcomatigophora : Leishmania, Trypanosoma, Chilomastix, Giardia, Trichomonas, Dientamoeba, Entamoeba, Endolimax, Iodamoeba, Acanthamoeba, Naegleria.
2.      Apicomplexa  (Levine, 1970)
Umumnya memiliki cincin polar, reproduksi seksual dengan singami, contoh genus dari phylum Apicomplexa : Cryptosporidium, Isopora, Sarcocystis, Toxoplasma, Plasmodium, Babesi, Entopolypoides.
3.      Cilliophora (Doflein, 1901)
Silia sederhana atau organel silier yang khas dan kompleks ditemukan pada sekurang-kurangnya satu stadium dari hidupnya, biasanya dengan dua tipe inti, pembelahan biner transversal, ditemukan vakola kontraktil yang khas.
Contoh genus ciliophora : Balantidium
4.      Microspora (Sparague, 1977)
Parasit intraseluler dengan ukuran kecil, dengan spora berasal dari sel tunggal.
Contoh genus : Nosema

Pembagian Protozoa berdasarkan habitatnya :
-          Protozoa usus
-          Protozoa rongga tubuh (rongga artial)
-          Protozoa darah dan jaringan

Morfologi dan Siklus Hidup
Protozoa merupakan suatu unit tunggal yang ditandai dengan berbagai ukuran dan bentuk. Beberapa spesies dapat dilihat dengan mata telanjang (Balantidium coli) dan yang lainnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Bentuk ada yang sperik atau ovoidal, lainnya tidak teratur. Beberapa yang radial simetri, bilateral simetri dan ada yang memiliki torsi longitudinal pada badannya. Protozoa ada yang memiliki bentuk tetap, ada juga yang bentuknya berubah-ubah setiap saat. Misalnya Plasmodium spp sebagai penyebab penyakit malaria. Disamping itu bentuknya akan berubah sesuai stadium yang dilalui dalam siklus hidupnya. Umumnya protozoa usus memiliki dua stadium pokok yaitu tofozoit dan kista.
            Stadium trofozoit (trophos = makan) disebut juga stadium vegetatif atau proliferatif, dan bergerak aktif, berbiak secara belah pisang akan tetapi pada umumnya tidak resisten terhadap perubahan lingkungan, sehingga untuk masuk kepada hospes baru perlu berubah menjadi bentuk kista yang lebih resisten. Perubahan bentuk dari trofozoit menjadi kista disebut enkistasi terjadi di usus besar. Beberapa keadaan yang mengharuskan terjadinya enkistasi yaitu : (a) Kekurangan atau berlebihan suplai makanan, (b) Kelebihan produksi katabolisme dari organisme, (c) Perubahan pH, (d) Pengeringan, (e) Kekurangan atau kelebihan oksigen dan (f) Populasi parasit sangat banyak
            Stadium Kista (cystis = kantong), dinding kista merupakan hasil sekresi dari ektoplasma sehingga menjadi resisten daripada bentuk trofozoit. Kista selain untuk mempertahankan diri ada juga yang berfungsi untuk pembiakan. Pada Balantidium coli kista befungsi untuk mempertahankan diri, akan tetapi parasit dalam dinding kista tidak banyak mengalami perubahan morfologi, sedangkan fungsi mempertahankan tubuh dan pembiakan terdapat pada beberapa amoeba dan flagelata yang dimulai dengan pembelahan inti dan berakhir dengan terbentuknya beberapa trofozoit (eksistasi) yang terjadi si usus halus. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan eksistasi yaitu : (a) Perubahan tekanan osmotik pada medium, (b) Pengaruh enzim pada lapisan dalam dinding kista, (c) pH (pada beberapa protozoa parasit) serta aktifitas enzim hospes yang menguntungkan bagi parasit. Ada beberapa protozoa yang tidak melalui stadium kista, hanya stadium trofozoit, misalnya Entamoeba gingivalis, Dientamoeba fragilis, Trichomonas spp, sehingga penularan dapat terjadi secara langsung.

 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)


YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)
 
Bagian bagian Protozoa
Protozoa hanya terdiri dari satu sel sehingga tidak memilki organ-organ seperti pada metazoa, untuk kehidupannya dilakukan oleh hanya satu sel tersebut, bagian-bagian sel (organel) memiliki fungsi tertentu. Bagian-bagian protozoa terdiri atas inti dan sitoplasma.
Inti merupakan bagian penting untuk mempertahankan hidup serta untuk reproduksi. Bagian ini terdiri  atas membran (selaput inti), nukleoplasma, kariosom (endosoma, nucleolus), serabut inti yang akromatik dan butir kromatin. Kadang-kadang untuk identifikasi protozoa, perlu diketahui morfologi inti. Misalnya pada amoeba usus dibedakan tiga macam inti yaitu : inti Entamoeba, Endolimax, dan Iodamoeba. Jumlah inti pada trofozoit biasanya satu, sedangkan pada kista bervariasi tergantung spesies. Inti mengandung kromosom sebagai pembawa sifat organism.
Sitoplasma terdiri atas ektoplasma dan endoplasma. Endoplasma, keruh, bergranula didapat inti, vakuola (makanan, kontraktil), apparatus golgi, mitokondria, serta makanan  cadangan berupa granula volutin, benda kromatid dan organel lain. Vakuola makanan (gastriol) bergerak ritmis, yaitu gerak memenuhi (sistol) dan mengosongkan (diastole), berfungsi sebagai osmoregulator dan sel eksresi. Ektoplasma, tampak jernih, homogen, berfungsi sebagai alat gerak, alat menangkap dan membuang sisa makanan, respirasi serta alat mempertahankan diri. Pada trofozoit terdapat selaput tipis yang tidak member bentuk tetap pada amoeba, tetapi memberi bentuk tetap pada protozoa lain.
            Pada flagelata terdapat kinetoplast (terdiri dari blefaroplast dan benda parabasal) yang merupakan tempat munculnya flagella. Kinetoplas banyak mengandung banyak DNA yang membawa sifat warisan organisme serta berhubungan dengan mitokondria yang berfungsi untuk bergeraknya organisme.
Alat gerak protozoa terdapat pada stadium trofozoit amoeba, flagelata dan ciliate, alat gerak dapat berupa pseudopodia, flagella, dan silia. Pseudopodia atau kaki semu merupakan alat gerak pada amoeba,  geraknya disebut gerak pada amoeba, merupakan penonjolan ektoplasma, geraknya disebut gerak amoeboid, terjadi karena perubahan sifat sitoplasma dari cair menjadi kental (gel). Flagellum (flagella) atau bulu cambuk, terdapat pada bagian anterior tubuh, merupakan alat gerak flagelata, dikenal alat gerak lain, yaitu membran undulant (membran bergelombang) misalnya pada Trypanosoma. Cilium (siliata) atau bulu getar yang merupakan bulu getar, jumlahnya banyak dan menutupi seluruh permukaan tubuh parasit.
Pengambilan makanan, disamping difusi, sari makanan lewat membran sel terdapat tiga cara makan yang lain untuk protozoa yaitu  fagositosis, pinositosis, dan makan melalui sitostoma. Akhir-akhir ini istilah endoditosis digunakan ahli parasitologi untuk mencakup fagositosis (pengambilan bahan-bahan padat) dan pinositosis (pengambilan bahan dalam larutan lewat vesikula)
Eksresi terutama dilakukan dengan difusi lewat membran sel. Respirasi dilakukan secara aerobic (Plasmodium) ataupun anaerobic (Entamoeba hystolitica). Reproduksi (perkembangbiakan) protozoa terdiri dari pembelahan biner (belah pasang) sederhana, pembelahan multiple/berganda (skizogoni) atau reproduksi integrasi seksual dan aseksual yang rumit. Belah pasang longitudinal misalnya pada Giardia lamblia yaitu proses pembentukkan dua individu dengan cara membelah inti diikuiti pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Diawali pembelahan kinetoplas, kemudian flagel, inti akhirnya sitoplasma.
Skizogoni merupakan suatu bentuk perkembangbiakan aseksual. Berhubung kejadian ini tidak melibatkan gamet, proses tersebut kadang-kadang disebut agamogoni yang berbeda dengan pembentukan gamet yang disebut gamogomi. Dalam skizogoni, inti mengalami pembelahan berulang-ulang setiap inti kemudian dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang terpisah dan membran sel yang asli pecah, membebaskan sel anak sebanyak sama dengan jumlah inti baru. Sel – sel anak ini dinamakan merozoit. Sel induk yang mengalami pembelahan ini  disebut dengan skizon. Jika sel yang berinti banyak itu membelah menjadi bagian-bagian yang masih berinti banyak proses ini disebut plasmotomi. Jika yang dihasilkan suatu sinsitium (banyak inti dalam satu membran sel) proses ini dinamakan nukleogoni.
Pertunasan (budding), pada dasarnya proses itu adalah mitosis sederhana dengan pembelahan seluler. Endodiogeni, yaitu pembentukan dua sel anak hasil pembelahan membran dan organel dalam sitoplasma induk terjadi pada Toxoplasma gondii. Reproduksi seksual dalam berbagai bentuk jika dua sel bersatu dan mengadakan pertukaran bahan-bahan inti peristiwa ini disebut konjugasi (ciliate). Setelah keduanya berpisah lagi masing-masing sel disebut ekskonjugan. Jika dihasilkan sel-sel kelamin (sel gamet), mereka bersatu secara singami untuk membentuk zygot, sel pertama yang merupakan individu baru. Gamet-gamet  tersebut  tidak sama bentuknya, contohnya pada gametosit malaria di dalam tubuh nyamuk bentuk dan ukuran gamet yang berbeda, bentuk besar (betina) disebut makrogamet sedangkan yang kecil (jantan) disebut mikrogamet

Reproduksi aseksual dan seksual yang terjadi pada kelas siliata dengan pembelahan biner dan konjugasi melalui pertukaran materi genetik. Kontak konjugasi merangsang miosis, makronukleus menghasilkan 4 mikronukleus haploid, bersamaan dengan itu makronukleus menghilang dan tiga mikronukleus terpisah dan mikronukleus (gamet/jantan) terhadap masing-masing pasangannya melalui sitoplasma mikronukleus gamet (betina) mengalami fusi dan membentuk zygot diploid.

B.                 Protozoa Usus
Amoeba merupakan kelompok protozoa yang termasuk  subfilum Sarcodina, superklas Rhizopoda yang pada bentuk trofozoit, protoplasmanya tidak dibungkus membran (telanjang) serta khas membentuk pseudopodia. Merupakan  hewan yang paling sederhana yang tersebar di seluruh dunia (kosmopolit). Kebanyakan hidup bebas tetapi beberapa spesies bersifat parasit pada manusia. Amoeba yang hidup bebas  termasuk dalam family Amoebidae , sedangkan yang bersifat parasit termasuk Endamoebidae, Calkins 1926. Family dari amoeba hidup bebas yang termasuk ke dalam amoeba jaringan otak primer yaitu Vahlkampfiidae dan Acanthamoebidae.
Amoeba yang bersifat parasit di usus yaitu: Entamoeba, Endolimax dan Iodamoeba. Parasit ini bergerak dengan pseudopodia, yaitu penonjolan yang tiba-tiba dari ektoplasma yang diikuti dengan gerak ke arah yang dituju. Enkistasi biasanya terjadi dalam usus besar. Dalam tubuh manusia semua amoeba bersifat komensal. Kecuali Entamoeba histolytica yang dapat menjadi pathogen. Pembiakan terjadi belah pasang, baik pada stadium kista maupun  trofozoit. Penularan hanya terjadi pada bentuk kista matang, karena bentuk kista belum matang dan trofozoit mudah rusak  hancur oleh keasaman  lambung serta enzim pencernaan makanan . Amoeba yang hidup pada rongga gigi Entamoeba gingivalis.
            Siliata yang hidup pada usus manusia adalah Balantidium coli merupakan kelompok protozoa yang termasuk  phylum Cilliopora, pada stadium trofozoit ditandai dengan penjuluran membran ektoplasma yang pendek menyerupai benang disebut  silia.
            Flagelata yang dalam  usus  terdiri atas Embadomonas intestinalis, Enteromonas hominis, Chilomastix  mesnili, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Dientamoeba fragilis penyebarannya bersifat kosmopolit
Sporozoa usus dikenal dua spesies utama yang terdapat di dalam  manusia yaitu Isospora hominis akan  tetapi Isospora hominis sekarang telah diklasifikasikan  menjadi Sarcocystic  hominis

Penyakit  oleh Protozoa usus (Amoebiasis)
Protozoa usus disebarkan oleh jalur fecal-oral dan memiliki kecenderungan siklus hidup yang sama yaitu dari dua stadium kista dan trofozoit. Penyebaran fecal-oral melibatkan penelanan makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kista matang. Setelah ditelan oleh hospes yang sesuai kista berubah bentuk menjadi trofozoit dan memperlihatkan metabolism aktif dan bergerak. Parasit  mengambil makanan dan melalui tahap pembelahan aseksual (beberapa trofozoit bereplikasi dengan membentuk kista). Fungsi dinding kista melindungi dari kekeringan  dan lingkungan saat parasit tersebut dilepaskan dan merupakan  pelindung selama kista menunggu saat ditelan oleh hospes selanjutnya. Secara umum kondisi lingkungan yang padat penduduk, hygiene dan sanitasi yang buruk akan memicu penyebaran.

YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)










 YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)

Bentuk tropozoit.
-          Dapat bergerak aktif, diameter 10-60 µm, sebagian  besar berukuran 15-30 µm, ektoplasma lebar, jernih, membias cahaya terpisah jelas dengan endoplasma, pseudopodia tipis
-          Endoplasma bergranula halus kadang-kadang ditemukan sel darah merah dengan berbagai tingkat kerusakan
-          Inti tunggal terletak eksentrik, pada preparat yang tidak dipulas inti tampak  samar-samar sebagai cincin berbutir halus
-          Dengan pewarnaan hematoksilin besi membran inti jelas, sebelah dalamnya melekat butir kromatin, sama besar, kariosom kecil letaknya di tengah inti.
-          Trofozoit dalam faeces  bertahan 5 jam pada suhu 37ºC, 16 jam pada suhu 25ºC dan 96 jam pada suhu 5ºC (Neva F.A dan Brown H.W, 1994)

Bentuk prekista
Bulat, tidak berwarna, lebih kecil dari trofozoit, lebih besar dari kista, tidak mengandung makanan, pseudopodium dikeluarkan  perlahan, tidak ada gerak progesif


Bentuk kista
Bentuk oval atau bulat, agak asimetrik, dinding halus, membias cahaya, tidak berwarna, ukuran 10-20 µm (rata-rata 12-13 µm) jumlah inti 1,2 atau 4 buah. Kista mati dalam 5 menit pada suhu 50 ºC, tidak tahan kering dan pembusukkan, dalam faeces tahan 2 hari pada suhu 37ºC, 62,5 hari pada 0 ºC (Neva F.A dan Brown H.W, 1994). Sekurang-kurang dapat bertahan 8 hari pada suhu 28-34 ºC, tetapi hanya beberapa jam saja pada suhu 46-47 ºC dan kurang dari satu menit pada 52 ºC (Jones dan Newton,1950). Kista dapat bertahan lebih lama pada suhu dingin, 40 hari pada 2-6 ºC (Simitch petrovitch dan Chibalich,1954) dan dibawah titik beku daya tahan berkurang. Jika makanan cair terkontaminasi Entamoeba  histolityca kista bertahan 15 hari pada suhu 4 ºC dan 24 jam pada (-10 sampai -15 ºC) di dalam 4 ppm klor bebas kista mati dalam 15-30 menit. Kista mati jika diberi klorida merkuri 0,04%, fenol 1% dan formalin 5%

Siklus hidup
Kista matang yang resisten merupakan  stadium infektif,  jika termakan seseorang, akan tahan terhadap keasaman lambung. Di dalam usus halus karena pengaruh zat pencernaan yang netral atau basa serta karena aktifitas amoeba akan terjadi ekskistasi tempat dinding kista akan musnah dan keluar amoeba dalam stadium metakista berinti empat yang akhirnya akan membelah diri menjadi empat trofozoit muda.
Parasit akan terbawa isi usus untuk sampai pada usus besar. Di usus besar  terjadi   penyerapan air sehingga di usus makin ke distal makin kental. Hal ini menjadi ancaman bagi parasit sehingga berubah menjadi kista.
Parasit yang secara normal hidup komensal dalam rongga usus besar secara tiba-tiba dapat menjadi pathogen dan menginvasi jaringan. Bentuk pathogen lebih besar dari bentuk komensal. Bentuk amoeba yang kecil disebut bentuk minuta. Faktor yang merangsang invasi antara lain bakteri (Streptobacillus) serta faktor makanan (banyak mengandung karbohidrat dan kolesterol).

Epidemiologi
Parasit ini tersebar luas (kosmopolit), paling banyak di daerah tropis dan sub tropis. Beberapa faktor mempengaruhi penyebaran penyakit ini berhubungan dengan sanitasi yang kurang baik, kepadatan penduduk, makanan dan gizi yang kurang baik, tingkat pendidikan dan social ekonomi yang rendah. Parasit ini menyerang semua usia terutama usia dewasa. Dengan mempelajari epidemiologi Entamoeba histolytica, dapat digunakan untuk menetapkan nilai kesehatan masyarakat, terutama terhadap penyakit infeksi, metode yang cocok untuk pencegahan serta control penyakit. Faktor transmisi (perpindahan) penyakit ini dipengaruhi oleh antara lain faktor parasitnya, iklim, lalat, lipas, hospes reservoir, pupuk dari faeces manusia, penyaji makanan dan kepadatan penduduk.
Patogenesis
Entamoeba  histolytica merupakan parasit pathogen yang habitatnya dalam caecum dan rectosigmoid (intestinal), akan tetapi parasit ini dapat tersebar ekstraintestinalis yang dapat kelainan.
Amebiasis intestinal
Invasi dimulai melalui kripta mukosa usus diikuti pembentukkan ulkus primer, dengan ciri ulkus bergaung, dapat sembuh sempurna, meninggalkan bekas menetap atau menyebar pada lapisan mukosa dan lapisan yang lebih dalam. Namun penyebaran ke lapisan yang lebih dalam terhalangi oleh lapisan muskularitas mukosa yang lebih resisten sehingga terjadi penyebaran ke lateral dan bersatu dengan ulkus
Amebiasis ekstraintestinal
Sebagai penyulit lain pada amebiasis usus antara lain adalah apendisitis, striktur dan pseudopolip. Pada apendisitis amoeba, apendiks tidak bersifat, sedikit menebal, di dalam mukosa banyak ulkus dangkal, tidak teratur. Invasi dapat ke pembuluh darah, yang paling sering terjadi penyebaran ke organ hati melalui vena

Diagnosa
Diagnosa klinis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan jika  perlu pemeriksaan radiologi dan sigmoidoskopi. Diagnosa klinis  sulit ditegakkan karena tidak spesifik. Diagnosa laboratorium ditegakkan dengan menemukan trofozoit atau kista Entamoeba histolytica pada bahan pemeriksaan faeces, pemeriksaan ini penting dan harus dibedakan dengan parasit protozoa lain yang sering ditemukan keluar bersama faeces ataupun yang bukan parasit, harus dapat membedakannya dengan Entamoeba coli dan makrofag, seringkali dari sediaan faeces pada amebiasis ditemukan Kristal Charcot-Leyden. Pada faeces encer untuk pemeriksaan adanya bentuk trofozoit dilakukan pemeriksaan langsung. Pada faeces padat, biasanya untuk pemeriksaan stadium kista, bila sulit ditemukan, baik bentuk trofozoit atau kista, dicoba dengan metode konsentrasi. Bahan pengawet bila  faeces  tidak langsung diperiksa, faeces  disimpan dalam cairan fiksasi PVA (polivinil alkohol) atau MIF (mertiolat iod formalin)
            Untuk amoebik hati dan ekstraintestinal, tes serologi indirek hemaglutinasi dengan titer  lebih dari 128 (spesifisitas 99%) atau ELISA dengan titer lebih dari 40 U (sensitifitas 95%).

Pengobatan (menurut Natadisastra, 2009) 1 :
-          Pengobatan tergantung jenis amoebiasis dan pemilihan obat harus sesuai dengan tingkat amoebiasisnya dan disertai evaluasi dan disertai evaluasi pengobatan
-          Amoebiasis asimptomatik: paromomisin 25-30 mg/kg/hari dalam 3 dosis selama 7 hari. Dapat digantikan diidohidroksiquin atau diloxanid furoad
-          Amoebiasis usus akut (disentri amoeba): metronidazol
-          Amoebiasis usus kronis (pembawa kista): dapat diberikan diiodohidroksiquin atau diloxanid furoad, tapi jangan diberi metronidazol

 Evaluasi hasil pengobatan (menurut Natadisastra, 2009) 1:
Dilakukan beberapa tahap pemeriksaan untuk dapat memastikan  keberhasilan pengobatan dengan pertimbangan jika pengobatan tidak tuntas mungkin akan berbahaya bagi penderita karena akan semakin berat ataupun menjadi karir yang berbahaya bagi lingkungan.

Pemeriksaan I.
Dilakukan 2 minggu sesudah pengobatan  dimana pemeriksaan faeces dilakukan enam hari berturut-turut. Jika hasil positif, pengobatan diulangi  tetapi kadang-kadang pemeriksaan  sigmoidoskopi diperlukan untuk melihat ulkus pada  mukosa usus.
Pemeriksaan II.
Dilakukan 3 bulan sesudah pengobatan, dilakukan pemeriksaan faeces (3-6) hari berturut-turut.  Hasilnya positif atau negatif dilakukan seperti pada pemeriksaan I
Pemeriksaan III
Dilakukan enam bulan sesudah pengobatan


Pencegahan
Dapat dilakukan dengan mengurangi sumber infeksi  dengan mengobati  penderita amebiasis. Pendidikan kesehatan terutama menyangkut  kebersihan, baik hygiene perorangan atau sanitasi lingkungan, pengawasan sanitasi makanan, tempat hidup/bekerja, pembuangan sampah, pembuangan faeces, pemberantasan lalat, kecoa sebagai vector mekanik yang dapat memindahkan kista pada makanan/minuman Dari penelitian para ahli dari seluruh penduduk dunia ternyata 18% mengandung Entamoeba histolytica, akan tetapi kurang dari 20% saja yang menunjukkan tanda dan gejala penyakit.


Amoeba usus apathogen

1.      Entamoeba coli (Grassi 1879, Casagrandi dan Barbagali 1895)

Sinonim : Amoeba coli, Entamoeba hominis, Councilmania lafleuri
Morfologi : memiliki morfologi yang sangat mirip dengan E.histolytica ditemukan dalam dua bentuk:
Bentuk vegetatif (trofozoit)
Besarnya 15-30 µm, mempunyai inti entamoeba. Ektoplasma hanya tampak nyata apabila pseudopodium terbentuk. Pseudopodium kecil, dibentuk perlahan, gerakan lambat. Endoplasma mempunyai vakuola mengandung bakteri, bentuk ini tidak bisa dibedakan dari bentuk minuta E. histolytica

Bentuk kista
Besarnya 10-31 µm, dalam faeces biasanya intinya 2 sampai 8, yang berinti 2 memiliki vakuola glikogen yang besar. Benda kromatoid seperti jarum dengan ujung tajam. Entamoeba coli tidak pathogen, tetapi penting untuk dapat dibedakan dari Entamoeba histolytica, hidup di kolon dan sekum

3.      Entamoeba gingivalis (Gros 1849, Brumpt 1914)
Entamoeba gingivalis terdapat pada dental socket (rongga gigi). Trofozoit yang memfagosit netrofil meningkat pada parodontitis,  mengandung bakteri dalam jumlah banyak dan amoeba bersifat apatogen. Dapat dibiakan menggunakan media Locke’s Egg Albumin (L.E.A) .4
Bentuk vegetatif : besarnya 10-20 µm, rata-rata 5-15 µm, memiliki inti entamoeba, vakuola besar dengan sisa inti, leukosit dan bakteri
Bentuk kista : tidak pernah ditemukan
Cara infeksi : diduga terjadi dengan kontak bentuk vegetatif

4.      Iodamoeba butschlii (Von Prowazek 1912, Dobel 1919)
Bentuk vegetatif : besarnya 6-25 µm, ektoplasma tidak tampak, endoplasma  mempunyai inti dan banyak mengandung vakuola dan bakteri
Bentuk kista : besarnya 6-15 µm, memiliki satu inti, vakuola glikogen yang besar sehingga mendorong inti ke pinggir, biasanya hidup komensal dalam caecum dan kolon, infeksi melalui menelan kista matang.


2). Penyakit Oleh Cilliata Usus

Penyakit : Balantidiasis (balantidiosis, disentri balantidium, merupakan penyakit zoonotik)
Etiologi :  Balantidium coli (Malmsten 1857, Sten 1862)
Sinonim :  Balantidium suis
Habitat : Mukosa dan sub mukosa usus besar terutama caecum bagian terminal dan ileum
Hospes : manusia, babi dan kera
Balantidium coli  adalah satu-satunya siliata yang menginfeksi manusia. Ditemukan di seluruh dunia, penyebaran dengan fecal-oral dan terdapat di daerah tropis, prevalensi lebih dari 1%. Prevalensi pada babi 20-100%. Balantidiasis pada manusia memicu peningkatan prevalensi pada penduduk , contohnya di Papua New Guinea, babi merupakan hewan peliharaan sehingga prevalensi sampai 28%. Penularan  manusia ke manusia juga dilaporkan  biasa terjadi pada pemukiman padat penduduk, hygiene perorangan yang buruk, rumah sakit jiwa dan penjara.

Morfologi dan siklus hidup:
Cilliata merupakan protozoa usus terbesar, terdiri atas bentuk kista dan trofozoit
Trofozoit :
-          Warnanya kelabu, tipis, lonjong berbentuk seperti kantung ( balantidium= kantung kecil), ukuran panjang 50-200 µm dan lebar 40-70 µm.
-          Silia tersusun longitudinal dan spiral sehingga arah pergerakkan melingkar
-          Sitostoma sebagai mulut terletak di daerah peristoma yang bersilia panjang berakhir pada sitopige sebagai anus sederhana
-          Terdapat dua vakuola kontaktil, dua nucleus (makro dan mikronukleus). Makronukleus berbentuk seperti ginjal berisi kromatin sebagai nucleus vegetatif/somatic. Mikronukleus banyak mengandung DNA terletak pada bagian konkaf makronukleus, sebagai nukleus generatif/seksual.
Kista.
-          Berwarna hijau, bening, lonjong, memiliki dinding rangkap. Ukuran 45-75 µm, terdapat makronukleus, vakuola kontraktil dan silia

Siklus hidup.



Gambar 14. Siklus hidup Balantidium coli


Kista merupakan stadium infektif terhadap penyebaran balantidiasis (1). Hospes hampir seluruhnya terinfeksi kista dengan cara menelan kista melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan kista (2). Setelah ditelan terjadi ekskistasi dalam usus halus dan trofozoit membentuk koloni di usus besar (3). Trofozoit menetap dalam lumen usus besar manusia dan hewan dan memperbanyak diri dengan belah pasang transversal dan konjugasi (4). Trofozoit  mengalami enkistasi untuk menghasilkan kista infektif (5). Beberapa trofozoit masuk ke dalam dinding usus besar dan bereplikasi, beberapa kembali ke lumen dan hancur, kista matang keluar bersama faeces .

Epidemiologi.
Kosmopolit, paling banyak pada daerah dengan iklim panas. Pada manusia frekuensi rendah, pada babi (63-91%). Menurut Neva F.A dan Brown H.W (1994) terdapat dua spesies yang berbeda, Balantidium coli  yang dapat ditularkan pada manusia dan Balantidium suis tidak dapat ditularkan pada manusia.

Gejala penyakit :
Asimptomatik dan dapat sembuh sendiri, secara klinis dibagi menjadi infeksi sedang, akut dan kronis.
-          Infeksi sedang dan akut
Gejala sama dengan amoebiasis usus yaitu diare, disentri, kolik abdomen, mual, muntah. Faeces encer mengandung lendir, nanah dan darah, defekasi sehari 6-15 kali
-          Infeksi kronik
Diare hilang timbul disertai konstipasi, nyeri pada kolon dan anemia

Diagnosis.
Menemukan parasit dalam faeces, bentuk trofozoit pada faeces encer dan kista pada faeces padat. Sigmoidoskopi dapat dilakukan untuk melihat ulkus (parasit jarang terdapat pada isi ulkus, terdapat pada dinding dan dasar ulkus)

Pengobatan
Di-iodohidroksiquinolin (di-iodoquin), Klor tetrasiklin atau metronid

3). Penyakit oleh Flagelata usus
Giardiasis
Etiologi: Giardia lamblia (Stiles 1915)
Sinonim: Cercomonas intestinalis, Lamblia intestinalis,  Giardia enteric, Giardia intestinalis, Megastoma entericum
Penyakit : Giardiasis, giardosis atau lambliasis, merupakan penyakit zoonotik terutama menyerang anak-anak berumur 6-10 tahun.
Habitat : Duodenum, jejunum bagian atas, saluran empedu, kandung empedu. Parasit melekat pada mukosa usus, terjadi inflamasi ringan. Kegiatan mekanik dan toksik akan menganggu penyerapan vitamin A dan lemak.

Morfologi dan siklus hidup
Bentuk trofozoit
-          Bebentuk seperti jambu monyet, tapi pipih dorsoventral
-          Ukuran (9-12) x (5-15) µm dan tebalnya 2-4 µm
-          Bagian anterior merupakan batil isap, inti dua buah
-          Flagel 4 pasang (2 aksostil dan 2 benda parabasal)
-          Berkembang biak dengan belah pasang longitudinal


Kista.
-          Ukuran (8-12) x (7-10) µm
-          Bentuk lonjong, inti 2 sampai 4 terletak pada satu kutub
-          Dalam endoplasma tampak sisa organel yang terdapat pada bentuk vegetatif

Image result for gambar tropozoit


Image result for gambar tropozoit   Image result for gambar tropozoit

Image result for gambar tropozoit Image result for gambar tropozoit
Image result for gambar tropozoit
Siklus hidup


Gejala klinik
Umumnya tidak menimbulkan gejala klinik yang berarti, kalaupun ada biasanya terjadi pada anak-anak, terjadi enteritis akut dan kronis. Pada diare kronik faeces berlemak (steatorrhea) diselingi obstipasi kadang-kadang encer, sakit perut, ulu hati, perut kembung, faeces berlendir dan mengandung darah. Pada orang dewasa hampir tidak berarti secara klinik.

Diagnosis
Diagnosa dengan pemeriksaan faeces ditemukan stadium kista dan trofozoit. Dengan cara pembuatan Wet mount menggunakan larutan garam fisiologis atau lugol,metode konsentrasi menggunakan larutan formalin-etil-asetat, pewarnaan hematoksilin, trikrom. Spesimen faeces harus diperiksa sebelum satu jam setelah pengambilan atau diberi pengawet polivinil alcohol 10%
            Diagnose juga dapat dilakukan dengan teknik ELISA menggunakan antibody monoclonal yang spesifik terhadap antigen Giardia untuk membuktikan diagnose. Teknik ELISA telah digunakan untuk pemeriksaan Giardia lamblia pada faeces dengan sensitifitas 92-98% dan spesifisitas 87-100%, metode ini digunakan untuk secara luas untuk diagnosa klinik

Pengobatan
Kuinakrin (atabrin atau papakrin)

4). Penyakit oleh Sporozoa Usus

Coccidiosis
Etiologi: Isospora belli (Wenyon, 1923)
Habitat : usus halus, tetapi tidak diketahui tempat yang tepat. Ookista Isospora belli pernah di dapat di jejunum dan  duodenum, parasit ini belum dapat dibiakan.
Jarang terjadi pada manusia, penularan melalui makanan dan minuman yang ditularkan melalui tangan ke mulut, patogenitas rendah, asimptomatik dan tidak memerlukan pengobatan, hanya membutuhkan makanan yang lunak dan istirahat.

Cryptosporidiosis
Cryptosporidiosis  merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh Cryptosporidium sp yang  hidup  di tanah, air dan makanan, penularan dapat terjadi dengan menelan  parasit.
Gejala klinik yang timbul selain diare yang encer, diikuti oleh dehidrasi, kehilangan berat badan, sakit perut, demam, mual dan muntah. Pada umumnya orang yang terinfeksi tidak memerlukan pengobatan, kecuali pada orang dengan penyakit system imun yang  lemah seperti pada AIDS. Untuk pencegahan infeksi dengan hygiene  perorangan yang baik, mencuci tangan sebelum makan demikian pula buah dan sayuran sebelum dikosumsi

Cryptosporidium parvum
Morfologi :
Berukuran 3-5 µm yang ditemukan di saluran pencernaan pada hewan dan pada manusia pada daerah endemic melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Manusia terinfeksi dengan menelan ookista yang mengandung banyak sporozoit. Sporozoit akan dilapaskan di saluran pencernaan bagian atas dan melekat di sel mukosa yang kemudian akan membelah membentuk merozoit. Merozoit akan meninvasi sel-sel mukosa lainnya dan kemudian memperbanyak diri secara aseksual. Beberapa merozoit akan berdiferensiasi menjadi gametosit jantan dan betina dan membentuk ookista yang kemudian akan memperbanyak dan berdiferensiasi menjadi sporozoit. Ookista matang akan keluar bersama faeces dan akan menginfeksi orang lain.


Ookista
Ookista berbentuk bundar dengan diameter 4,2-5,4 µm
Sporozoit terlihat di dalam ookista yang menandakan terjadinya sporulasi

Diagnosa dan pengobatan
Diagnosa  spesifik untuk Cryptosporidium pavum menggunakan teknik  (polymerase chain reaction) PCR, untuk mendeteksi lingkungan dan spesimen hewan. Pengobatan   belum ada pembuktian yang efektif terhadap penanganan Cryptosporidium pavum akan tetapi telah dilakukan uji coba terhadap paromysin

Figure 9    
C.                Spesimen untuk pemeriksaan protozoa usus


Spesimen faeces yang diduga kemungkinan mengandung protozoa, memiliki ciri khas sebagai berikut:1
Secara makroskopis
-          Tinja bersifat asam (acid)
-          Bau busuk (foul smelling)
-          Lendir (mucus) lebih sedikit dibandingkan disentri basiler dan tidak terlalu lengket
-          Dapat disertai darah (pada faeces padat kadang tidak disertai darah)
-          Nanah lebih sedikit dibandingkan dengan disentri basiler

Secara mikroskopis
Akan banyak ditemukan banyak bakteri, pada Entamoeba histolytica yang mengandung eritosit, eritrosit akan membentuk rouleaux, kadang-kadang ditemukan Kristal Charcot-Leyden tetapi tidak spesifik untuk disentri amoeba.

D.                   Pemeriksaan  protozoa usus secara langsung:1

Wet Preparation
a)      Tujuan : untuk melakukan pemeriksaan secara cepat, bentuk trofozoit dan kista
b)      Species: untuk faeces encer (trofozoit) dan faeces keras (kista)
c)      Reagen :
Eosin 2% (untuk trofozoit)
Lugol (2% larutan Iodium + 3% larutan Kalium Iodida)
d)     Cara kerja:
-          Dengan menggunakan lidi, faeces diambil sebesar kacang polong dan diletakkan di atas kaca objek yang bersih dan kering
-          Dibubuhi larutan NaCl 0.85%, eosin 2% atau lugol,  diratakan menggunakan lidi, kemudian ditutup dengan kaca penutup
-          Periksa dibawah mikroskop
Pewarnaan Trikrom

Sumber : Ash, Lawarence dan Thomas Orihel. Atlas of Human Parasitology. ASCP. 4th.Ed 1997.

Prinsip pemeriksaan:
Dengan pewarnaan permanen pada spesimen faeces ntuk mendeteksi protozoa usus. Protozoa yang berukuran kecil yang tidak dapat dilihat pada pemeriksaan wet mount dapat dilihat dengan teknik pewarnaan. Teknik Trikrom  Wheatley untuk spesimen faeces merupakan modifikasi teknik pewarnaan jaringan Gomori.           

Spesimen
Faeces segar atau diberi pengawet PVA/MIF, formalin 10%. Dibuat preparat di atas kaca objek kemudian dikeringkan atau  dihangatkan pada 60ºC.

Reagen
Reagen yang diperlukan sesuai dengan  tujuh tahapan pewarnaan :
1.      Alcohol 70% ditambah iodine, disiapkan larutan stok   dengan penambahan iodine kristal ke dalam alcohol sampai didapat warna gelap. Apabila akan digunakan  diencerkan dengan alcohol 70% sampai berwarna coklat kemerahan atau seperti teh
2.      Alcohol 70%
3.      Zat warna trikrom (dapat dibeli larutan jadi)
4.      Asam alcohol 90% ( 99.5 ml etanol : 0,5 ml asam asetat glacial )
5.      Etanol 95%
6.      Etanol 100%
7.      Xilol

Kontrol kualitas: disertakan preparat jadi sebagai kontrol misalnya Giardia spp. Pewarnaan benar apabila sitoplasma berwana biru kehijauan kadangkala sedikit berwarna keunguan. Kista cenderung lebih berwarna ungu. Inti dan kromatoid bodi, sel darah merah, bakteri dan Kristal Charcot- Leyden berwarna ungu, latar belakang sediaan terlihat berwarna hijau sehingga kontras dengan protozoa
Cara Kerja:
1)      Untuk sediaan dari PVA, genangi dengan alcohol 70%+iodine selama 10 menit
2)      Preparat direndam dalam etanol 70% selama 5 menit
3)      Kemudian direndam dalam etanol 70% kedua selama 3 menit
4)      Direndam dalam zat warna trikrom selama 10 menit
5)      Lunturkan dengan  etanol 90%+asam asetat selama 1-3 menit
6)      Dicuci beberapa kali dengan etanol 100%
7)      Rendam dalam  dua kali etanol 100%   masing-masing 3 menit
8)      Direndam dalam xilol selama 10 menit
9)      Kemudian tempelkan  penutup  kemudian rekatkan menggunakan media perekat contohnya  permount
10)  Preparat diamati dengan mikroskop menggunakan lensa objektf 100x

Interpretasi
Sitoplasma : berwarna biru kehijauan disertai ungu
Kromatin inti, benda kromatoid, eritrosit dan bakteri berwarna merah atau merah lembayung
Latar belakang berwarna hijau sampai kebiruan
Ragi : hijau atau merah
Metoda modifikasi Mertiolat-Iodine-Formalin (MIF).1
Tujuan : untuk mendeteksi kista amoeba dan lamblia dalam faeces
Reagen  (disimpan dalam botol coklat):



Larutan I
Larutan II
Aquadest 250 ml
Tincture of mertiolat (thimerosal) 200 ml
Lugol 5%  harus baru (tidak boleh disimpan lebih dari 3 minggu)


Cara kerja:
1.      5 ml larutan dasar I ditambahkan dengan 0,5 ml lugol
2.      0,5 gram faeces dimasukkan  kedalamnya kemudian diaduk sampai homogen
3.      Disaring dengan dua lapis kain kassa, dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge
4.      Ditambahkan 7 ml eter dingin (4ºC)
5.      Tabung di tutup rapat dengan sumbat karet dan dikocok keras-keras sampai homogen. Sumbat karet dilepas dan biarkan selama 2 menit. Kemudian disentrifuge selama 1 menit 1500-3000 rpm
6.      Supernatant dibuang endapan diambil menggunakan pipet, ditaruh di atas kaca objek
7.      Dilihat dibawah mikroskop

Metode Formol ether Ritchie.
1.      Kurang lebih 1 gram faeces dibuat emulsi menggunakan 7 ml  10% formol-saline
2.      Disaring melalui saringan kawat ke dalam tabung sentrifuge
3.      Ditambahkan 3 ml ether dan dikocok keras selama 1 menit, kemudian disentrifuge 2000 rpm selama 2 menit kemudian dibiarkan tenang
4.      Supernatant dibuang kemudian sisa endapan  dikocok dan diletakan di atas kaca objek
5.      Diperiksa di bawah mikroskop



DAFTAR PUSTAKA
1.      Natadisastra djaenudin, Ridad agoes, Parasitologi Kedokteran, Ditinjau dari organ tubuh yang diserang, cetakan I, EGC, 2009.
2.      Abdul gaffar, Intestinal and Luminal Protozoa, Parasitology. Tersedia dari http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/intest-protozoa.htm
3.      Enrique Chaeon, Douglas K Miitchell. Intestinal protozoal disease. Differential Diagnosis & Workup. Tersedia dari http://as. medscap.com/js.ng/params.richmedia/….
4.      Charles A,  Kofoid, Fellow A.P,  H.A.Herbert G Johnstone.  The Cultivation of Endamoeba gingivalis (Gros) from the Human Mouth,American Journal of Public Health
5.      http://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/intest/html
6.      http//www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/frames/morphologytables/body/…html













Posted by Unknown on Sabtu, 20 Oktober 2012 - Rating: 4.5
Title : Teknik Pemeriksaan Protozoa Usus
Description : A.                 Protozoologi Umum Protozoa (protos = pertama, zoon = hewan) adalah jasad renik hewani yang terdiri dari satu sel, h...
Terimakasih telah membaca artikel Teknik Pemeriksaan Protozoa Usus. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://herdianaakhyar.blogspot.co.id/2012/10/teknik-pemeriksaan-protozoa-usus.html. Jika ingin copy paste artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumber.
Share to
Related Articles
  • https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjapsV0cECjSs2LSXAeJDd7SjWMPhG_hA8aXWK2wjiGaG9gm8SbjnE7pg09vVEKUxWn4XhXSJPs-P94iXcjDWpvLpXTyw6qYoofsyZ5-lae-IBPO_y3gr1FO3_pbvoeu6opAEMtK3HORQA/s72-c/preview.jpg
  • https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2bIlUqjL5Mg5gMisKULiELS4QZscdqJYhWFF5ezLNRW4iXvPqsJeOhZVXxaRvID3fDnY-7yz5fi44M-jnIj06L1XlkDo5bv6uMJlfx6llg4rJGCBpAEpThqKbueCjMC-9SNn4R2-9F28/s72-c/malaria.gif4.gif
  • https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbd8J2zMn248s5S_ODVJRc9zao6jNPJWWRhvCrfNmsqk2z0Dz8PT8wFxNhxsEqBwUkHUTSwS_8nlrUmQQVbkaSEGet6Jb37xpPQO4-kjISEH3MNa0alPf43QIsP_lKvedKVCbBgxZEpW0/s72-c/Fasciola+hpatica.jpg
  • https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWWUFKOPuyUTqP5qNDfFkTs8zWbSeo6Ons_jIAYerEskfLCYLCQw3ELSxFNG88ixZ2juhJrwRZH67htiIxS_aPw4_A6kLByOyycWeGuVM1Ouigoc7OZrM3o63bIrNfUhju3GPhgrZa-Ds/s72-c/ascaris+ber+embrio.jpg
  • http://3.bp.blogspot.com/_vJyBmxm3NVk/S9UitIZvM2I/AAAAAAAAAnc/jetRniiq2V8/s72-c/http-inlinethumb28.webshots.com-41371-2381818710104181437S600x600Q85.jpg
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Top of Form
Bottom of Form
Top of Form

Your information will not be shared. Ever.
Bottom of Form
Posted by Unknown,
Teknik Pemeriksaan Protozoa Usus

A.                Protozoologi Umum
Protozoa (protos = pertama, zoon = hewan) adalah jasad renik hewani yang terdiri dari satu sel, hidup sendiri-sendiri atau berkelompok membentuk koloni. Protozoa banyak terdapat di alam antara lain di dalam air laut, air tawar, tanah, dan dalam tubuh organisme lain. Pada umumnya berukuran mikroskopik, walaupun hanya terdiri dari satu sel dengan satu atau lebih inti, tetapi memiliki susunan, fisiologi dan tingkah laku yang kompleks. Berdasarkan  kompleksitasnya kadang-kadang disebut dengan aseluler untuk membedakan dengan sel individual yang menyusun tubuh binatang metazoa atau tumbuh-tumbuhan. Hanya sebagian kecil protozoa yang hidup sebagai parasit pada binatang atau manusia.
Dalam klasifikasi modern, mahluk hidup dibagi dalam lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Plantae, Fungi, dan Animalia. Protozoa ternasuk kedalam kingdom animalia. Protozoa dibagi dalam tujuh phylum dan empat phylum yang penting yaitu Sarcomastigophora , Apicomplexa, Cilliophora dan Mikrospora
1.      Sarcomastigophora (Honiberg dan Balamuth, 1963).
Protozoa dengan inti tunggal, reproduksi seksual, organel untuk gerak berupa flagella, pseudopodia atau keduanya.
Contoh genus dari phylum sarcomatigophora : Leishmania, Trypanosoma, Chilomastix, Giardia, Trichomonas, Dientamoeba, Entamoeba, Endolimax, Iodamoeba, Acanthamoeba, Naegleria.
2.      Apicomplexa  (Levine, 1970)
Umumnya memiliki cincin polar, reproduksi seksual dengan singami, contoh genus dari phylum Apicomplexa : Cryptosporidium, Isopora, Sarcocystis, Toxoplasma, Plasmodium, Babesi, Entopolypoides.
3.      Cilliophora (Doflein, 1901)
Silia sederhana atau organel silier yang khas dan kompleks ditemukan pada sekurang-kurangnya satu stadium dari hidupnya, biasanya dengan dua tipe inti, pembelahan biner transversal, ditemukan vakola kontraktil yang khas.
Contoh genus ciliophora : Balantidium
4.      Microspora (Sparague, 1977)
Parasit intraseluler dengan ukuran kecil, dengan spora berasal dari sel tunggal.
Contoh genus : Nosema

Pembagian Protozoa berdasarkan habitatnya :
-          Protozoa usus
-          Protozoa rongga tubuh (rongga artial)
-          Protozoa darah dan jaringan

Morfologi dan Siklus Hidup
Protozoa merupakan suatu unit tunggal yang ditandai dengan berbagai ukuran dan bentuk. Beberapa spesies dapat dilihat dengan mata telanjang (Balantidium coli) dan yang lainnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Bentuk ada yang sperik atau ovoidal, lainnya tidak teratur. Beberapa yang radial simetri, bilateral simetri dan ada yang memiliki torsi longitudinal pada badannya. Protozoa ada yang memiliki bentuk tetap, ada juga yang bentuknya berubah-ubah setiap saat. Misalnya Plasmodium spp sebagai penyebab penyakit malaria. Disamping itu bentuknya akan berubah sesuai stadium yang dilalui dalam siklus hidupnya. Umumnya protozoa usus memiliki dua stadium pokok yaitu tofozoit dan kista.
            Stadium trofozoit (trophos = makan) disebut juga stadium vegetatif atau proliferatif, dan bergerak aktif, berbiak secara belah pisang akan tetapi pada umumnya tidak resisten terhadap perubahan lingkungan, sehingga untuk masuk kepada hospes baru perlu berubah menjadi bentuk kista yang lebih resisten. Perubahan bentuk dari trofozoit menjadi kista disebut enkistasi terjadi di usus besar. Beberapa keadaan yang mengharuskan terjadinya enkistasi yaitu : (a) Kekurangan atau berlebihan suplai makanan, (b) Kelebihan produksi katabolisme dari organisme, (c) Perubahan pH, (d) Pengeringan, (e) Kekurangan atau kelebihan oksigen dan (f) Populasi parasit sangat banyak
            Stadium Kista (cystis = kantong), dinding kista merupakan hasil sekresi dari ektoplasma sehingga menjadi resisten daripada bentuk trofozoit. Kista selain untuk mempertahankan diri ada juga yang berfungsi untuk pembiakan. Pada Balantidium coli kista befungsi untuk mempertahankan diri, akan tetapi parasit dalam dinding kista tidak banyak mengalami perubahan morfologi, sedangkan fungsi mempertahankan tubuh dan pembiakan terdapat pada beberapa amoeba dan flagelata yang dimulai dengan pembelahan inti dan berakhir dengan terbentuknya beberapa trofozoit (eksistasi) yang terjadi si usus halus. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan eksistasi yaitu : (a) Perubahan tekanan osmotik pada medium, (b) Pengaruh enzim pada lapisan dalam dinding kista, (c) pH (pada beberapa protozoa parasit) serta aktifitas enzim hospes yang menguntungkan bagi parasit. Ada beberapa protozoa yang tidak melalui stadium kista, hanya stadium trofozoit, misalnya Entamoeba gingivalis, Dientamoeba fragilis, Trichomonas spp, sehingga penularan dapat terjadi secara langsung.

Bagian bagian Protozoa
Protozoa hanya terdiri dari satu sel sehingga tidak memilki organ-organ seperti pada metazoa, untuk kehidupannya dilakukan oleh hanya satu sel tersebut, bagian-bagian sel (organel) memiliki fungsi tertentu. Bagian-bagian protozoa terdiri atas inti dan sitoplasma.
Inti merupakan bagian penting untuk mempertahankan hidup serta untuk reproduksi. Bagian ini terdiri  atas membran (selaput inti), nukleoplasma, kariosom (endosoma, nucleolus), serabut inti yang akromatik dan butir kromatin. Kadang-kadang untuk identifikasi protozoa, perlu diketahui morfologi inti. Misalnya pada amoeba usus dibedakan tiga macam inti yaitu : inti Entamoeba, Endolimax, dan Iodamoeba. Jumlah inti pada trofozoit biasanya satu, sedangkan pada kista bervariasi tergantung spesies. Inti mengandung kromosom sebagai pembawa sifat organism.
Sitoplasma terdiri atas ektoplasma dan endoplasma. Endoplasma, keruh, bergranula didapat inti, vakuola (makanan, kontraktil), apparatus golgi, mitokondria, serta makanan  cadangan berupa granula volutin, benda kromatid dan organel lain. Vakuola makanan (gastriol) bergerak ritmis, yaitu gerak memenuhi (sistol) dan mengosongkan (diastole), berfungsi sebagai osmoregulator dan sel eksresi. Ektoplasma, tampak jernih, homogen, berfungsi sebagai alat gerak, alat menangkap dan membuang sisa makanan, respirasi serta alat mempertahankan diri. Pada trofozoit terdapat selaput tipis yang tidak member bentuk tetap pada amoeba, tetapi memberi bentuk tetap pada protozoa lain.
            Pada flagelata terdapat kinetoplast (terdiri dari blefaroplast dan benda parabasal) yang merupakan tempat munculnya flagella. Kinetoplas banyak mengandung banyak DNA yang membawa sifat warisan organisme serta berhubungan dengan mitokondria yang berfungsi untuk bergeraknya organisme.
Alat gerak protozoa terdapat pada stadium trofozoit amoeba, flagelata dan ciliate, alat gerak dapat berupa pseudopodia, flagella, dan silia. Pseudopodia atau kaki semu merupakan alat gerak pada amoeba,  geraknya disebut gerak pada amoeba, merupakan penonjolan ektoplasma, geraknya disebut gerak amoeboid, terjadi karena perubahan sifat sitoplasma dari cair menjadi kental (gel). Flagellum (flagella) atau bulu cambuk, terdapat pada bagian anterior tubuh, merupakan alat gerak flagelata, dikenal alat gerak lain, yaitu membran undulant (membran bergelombang) misalnya pada Trypanosoma. Cilium (siliata) atau bulu getar yang merupakan bulu getar, jumlahnya banyak dan menutupi seluruh permukaan tubuh parasit.
Pengambilan makanan, disamping difusi, sari makanan lewat membran sel terdapat tiga cara makan yang lain untuk protozoa yaitu  fagositosis, pinositosis, dan makan melalui sitostoma. Akhir-akhir ini istilah endoditosis digunakan ahli parasitologi untuk mencakup fagositosis (pengambilan bahan-bahan padat) dan pinositosis (pengambilan bahan dalam larutan lewat vesikula)
Eksresi terutama dilakukan dengan difusi lewat membran sel. Respirasi dilakukan secara aerobic (Plasmodium) ataupun anaerobic (Entamoeba hystolitica). Reproduksi (perkembangbiakan) protozoa terdiri dari pembelahan biner (belah pasang) sederhana, pembelahan multiple/berganda (skizogoni) atau reproduksi integrasi seksual dan aseksual yang rumit. Belah pasang longitudinal misalnya pada Giardia lamblia yaitu proses pembentukkan dua individu dengan cara membelah inti diikuiti pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Diawali pembelahan kinetoplas, kemudian flagel, inti akhirnya sitoplasma.
Skizogoni merupakan suatu bentuk perkembangbiakan aseksual. Berhubung kejadian ini tidak melibatkan gamet, proses tersebut kadang-kadang disebut agamogoni yang berbeda dengan pembentukan gamet yang disebut gamogomi. Dalam skizogoni, inti mengalami pembelahan berulang-ulang setiap inti kemudian dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang terpisah dan membran sel yang asli pecah, membebaskan sel anak sebanyak sama dengan jumlah inti baru. Sel – sel anak ini dinamakan merozoit. Sel induk yang mengalami pembelahan ini  disebut dengan skizon. Jika sel yang berinti banyak itu membelah menjadi bagian-bagian yang masih berinti banyak proses ini disebut plasmotomi. Jika yang dihasilkan suatu sinsitium (banyak inti dalam satu membran sel) proses ini dinamakan nukleogoni.
Pertunasan (budding), pada dasarnya proses itu adalah mitosis sederhana dengan pembelahan seluler. Endodiogeni, yaitu pembentukan dua sel anak hasil pembelahan membran dan organel dalam sitoplasma induk terjadi pada Toxoplasma gondii. Reproduksi seksual dalam berbagai bentuk jika dua sel bersatu dan mengadakan pertukaran bahan-bahan inti peristiwa ini disebut konjugasi (ciliate). Setelah keduanya berpisah lagi masing-masing sel disebut ekskonjugan. Jika dihasilkan sel-sel kelamin (sel gamet), mereka bersatu secara singami untuk membentuk zygot, sel pertama yang merupakan individu baru. Gamet-gamet  tersebut  tidak sama bentuknya, contohnya pada gametosit malaria di dalam tubuh nyamuk bentuk dan ukuran gamet yang berbeda, bentuk besar (betina) disebut makrogamet sedangkan yang kecil (jantan) disebut mikrogamet

Reproduksi aseksual dan seksual yang terjadi pada kelas siliata dengan pembelahan biner dan konjugasi melalui pertukaran materi genetik. Kontak konjugasi merangsang miosis, makronukleus menghasilkan 4 mikronukleus haploid, bersamaan dengan itu makronukleus menghilang dan tiga mikronukleus terpisah dan mikronukleus (gamet/jantan) terhadap masing-masing pasangannya melalui sitoplasma mikronukleus gamet (betina) mengalami fusi dan membentuk zygot diploid.

B.                 Protozoa Usus
Amoeba merupakan kelompok protozoa yang termasuk  subfilum Sarcodina, superklas Rhizopoda yang pada bentuk trofozoit, protoplasmanya tidak dibungkus membran (telanjang) serta khas membentuk pseudopodia. Merupakan  hewan yang paling sederhana yang tersebar di seluruh dunia (kosmopolit). Kebanyakan hidup bebas tetapi beberapa spesies bersifat parasit pada manusia. Amoeba yang hidup bebas  termasuk dalam family Amoebidae , sedangkan yang bersifat parasit termasuk Endamoebidae, Calkins 1926. Family dari amoeba hidup bebas yang termasuk ke dalam amoeba jaringan otak primer yaitu Vahlkampfiidae dan Acanthamoebidae.
Amoeba yang bersifat parasit di usus yaitu: Entamoeba, Endolimax dan Iodamoeba. Parasit ini bergerak dengan pseudopodia, yaitu penonjolan yang tiba-tiba dari ektoplasma yang diikuti dengan gerak ke arah yang dituju. Enkistasi biasanya terjadi dalam usus besar. Dalam tubuh manusia semua amoeba bersifat komensal. Kecuali Entamoeba histolytica yang dapat menjadi pathogen. Pembiakan terjadi belah pasang, baik pada stadium kista maupun  trofozoit. Penularan hanya terjadi pada bentuk kista matang, karena bentuk kista belum matang dan trofozoit mudah rusak  hancur oleh keasaman  lambung serta enzim pencernaan makanan . Amoeba yang hidup pada rongga gigi Entamoeba gingivalis.
            Siliata yang hidup pada usus manusia adalah Balantidium coli merupakan kelompok protozoa yang termasuk  phylum Cilliopora, pada stadium trofozoit ditandai dengan penjuluran membran ektoplasma yang pendek menyerupai benang disebut  silia.
            Flagelata yang dalam  usus  terdiri atas Embadomonas intestinalis, Enteromonas hominis, Chilomastix  mesnili, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Dientamoeba fragilis penyebarannya bersifat kosmopolit
Sporozoa usus dikenal dua spesies utama yang terdapat di dalam  manusia yaitu Isospora hominis akan  tetapi Isospora hominis sekarang telah diklasifikasikan  menjadi Sarcocystic  hominis

Penyakit  oleh Protozoa usus (Amoebiasis)
Protozoa usus disebarkan oleh jalur fecal-oral dan memiliki kecenderungan siklus hidup yang sama yaitu dari dua stadium kista dan trofozoit. Penyebaran fecal-oral melibatkan penelanan makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kista matang. Setelah ditelan oleh hospes yang sesuai kista berubah bentuk menjadi trofozoit dan memperlihatkan metabolism aktif dan bergerak. Parasit  mengambil makanan dan melalui tahap pembelahan aseksual (beberapa trofozoit bereplikasi dengan membentuk kista). Fungsi dinding kista melindungi dari kekeringan  dan lingkungan saat parasit tersebut dilepaskan dan merupakan  pelindung selama kista menunggu saat ditelan oleh hospes selanjutnya. Secara umum kondisi lingkungan yang padat penduduk, hygiene dan sanitasi yang buruk akan memicu penyebaran.


Bentuk tropozoit.
-          Dapat bergerak aktif, diameter 10-60 µm, sebagian  besar berukuran 15-30 µm, ektoplasma lebar, jernih, membias cahaya terpisah jelas dengan endoplasma, pseudopodia tipis
-          Endoplasma bergranula halus kadang-kadang ditemukan sel darah merah dengan berbagai tingkat kerusakan
-          Inti tunggal terletak eksentrik, pada preparat yang tidak dipulas inti tampak  samar-samar sebagai cincin berbutir halus
-          Dengan pewarnaan hematoksilin besi membran inti jelas, sebelah dalamnya melekat butir kromatin, sama besar, kariosom kecil letaknya di tengah inti.
-          Trofozoit dalam faeces  bertahan 5 jam pada suhu 37ºC, 16 jam pada suhu 25ºC dan 96 jam pada suhu 5ºC (Neva F.A dan Brown H.W, 1994)

Bentuk prekista
Bulat, tidak berwarna, lebih kecil dari trofozoit, lebih besar dari kista, tidak mengandung makanan, pseudopodium dikeluarkan  perlahan, tidak ada gerak progesif


Bentuk kista
Bentuk oval atau bulat, agak asimetrik, dinding halus, membias cahaya, tidak berwarna, ukuran 10-20 µm (rata-rata 12-13 µm) jumlah inti 1,2 atau 4 buah. Kista mati dalam 5 menit pada suhu 50 ºC, tidak tahan kering dan pembusukkan, dalam faeces tahan 2 hari pada suhu 37ºC, 62,5 hari pada 0 ºC (Neva F.A dan Brown H.W, 1994). Sekurang-kurang dapat bertahan 8 hari pada suhu 28-34 ºC, tetapi hanya beberapa jam saja pada suhu 46-47 ºC dan kurang dari satu menit pada 52 ºC (Jones dan Newton,1950). Kista dapat bertahan lebih lama pada suhu dingin, 40 hari pada 2-6 ºC (Simitch petrovitch dan Chibalich,1954) dan dibawah titik beku daya tahan berkurang. Jika makanan cair terkontaminasi Entamoeba  histolityca kista bertahan 15 hari pada suhu 4 ºC dan 24 jam pada (-10 sampai -15 ºC) di dalam 4 ppm klor bebas kista mati dalam 15-30 menit. Kista mati jika diberi klorida merkuri 0,04%, fenol 1% dan formalin 5%

Siklus hidup
Kista matang yang resisten merupakan  stadium infektif,  jika termakan seseorang, akan tahan terhadap keasaman lambung. Di dalam usus halus karena pengaruh zat pencernaan yang netral atau basa serta karena aktifitas amoeba akan terjadi ekskistasi tempat dinding kista akan musnah dan keluar amoeba dalam stadium metakista berinti empat yang akhirnya akan membelah diri menjadi empat trofozoit muda.
Parasit akan terbawa isi usus untuk sampai pada usus besar. Di usus besar  terjadi   penyerapan air sehingga di usus makin ke distal makin kental. Hal ini menjadi ancaman bagi parasit sehingga berubah menjadi kista.
Parasit yang secara normal hidup komensal dalam rongga usus besar secara tiba-tiba dapat menjadi pathogen dan menginvasi jaringan. Bentuk pathogen lebih besar dari bentuk komensal. Bentuk amoeba yang kecil disebut bentuk minuta. Faktor yang merangsang invasi antara lain bakteri (Streptobacillus) serta faktor makanan (banyak mengandung karbohidrat dan kolesterol).

Epidemiologi
Parasit ini tersebar luas (kosmopolit), paling banyak di daerah tropis dan sub tropis. Beberapa faktor mempengaruhi penyebaran penyakit ini berhubungan dengan sanitasi yang kurang baik, kepadatan penduduk, makanan dan gizi yang kurang baik, tingkat pendidikan dan social ekonomi yang rendah. Parasit ini menyerang semua usia terutama usia dewasa. Dengan mempelajari epidemiologi Entamoeba histolytica, dapat digunakan untuk menetapkan nilai kesehatan masyarakat, terutama terhadap penyakit infeksi, metode yang cocok untuk pencegahan serta control penyakit. Faktor transmisi (perpindahan) penyakit ini dipengaruhi oleh antara lain faktor parasitnya, iklim, lalat, lipas, hospes reservoir, pupuk dari faeces manusia, penyaji makanan dan kepadatan penduduk.
Patogenesis
Entamoeba  histolytica merupakan parasit pathogen yang habitatnya dalam caecum dan rectosigmoid (intestinal), akan tetapi parasit ini dapat tersebar ekstraintestinalis yang dapat kelainan.
Amebiasis intestinal
Invasi dimulai melalui kripta mukosa usus diikuti pembentukkan ulkus primer, dengan ciri ulkus bergaung, dapat sembuh sempurna, meninggalkan bekas menetap atau menyebar pada lapisan mukosa dan lapisan yang lebih dalam. Namun penyebaran ke lapisan yang lebih dalam terhalangi oleh lapisan muskularitas mukosa yang lebih resisten sehingga terjadi penyebaran ke lateral dan bersatu dengan ulkus
Amebiasis ekstraintestinal
Sebagai penyulit lain pada amebiasis usus antara lain adalah apendisitis, striktur dan pseudopolip. Pada apendisitis amoeba, apendiks tidak bersifat, sedikit menebal, di dalam mukosa banyak ulkus dangkal, tidak teratur. Invasi dapat ke pembuluh darah, yang paling sering terjadi penyebaran ke organ hati melalui vena

Diagnosa
Diagnosa klinis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan jika  perlu pemeriksaan radiologi dan sigmoidoskopi. Diagnosa klinis  sulit ditegakkan karena tidak spesifik. Diagnosa laboratorium ditegakkan dengan menemukan trofozoit atau kista Entamoeba histolytica pada bahan pemeriksaan faeces, pemeriksaan ini penting dan harus dibedakan dengan parasit protozoa lain yang sering ditemukan keluar bersama faeces ataupun yang bukan parasit, harus dapat membedakannya dengan Entamoeba coli dan makrofag, seringkali dari sediaan faeces pada amebiasis ditemukan Kristal Charcot-Leyden. Pada faeces encer untuk pemeriksaan adanya bentuk trofozoit dilakukan pemeriksaan langsung. Pada faeces padat, biasanya untuk pemeriksaan stadium kista, bila sulit ditemukan, baik bentuk trofozoit atau kista, dicoba dengan metode konsentrasi. Bahan pengawet bila  faeces  tidak langsung diperiksa, faeces  disimpan dalam cairan fiksasi PVA (polivinil alkohol) atau MIF (mertiolat iod formalin)
            Untuk amoebik hati dan ekstraintestinal, tes serologi indirek hemaglutinasi dengan titer  lebih dari 128 (spesifisitas 99%) atau ELISA dengan titer lebih dari 40 U (sensitifitas 95%).

Pengobatan (menurut Natadisastra, 2009) 1 :
-          Pengobatan tergantung jenis amoebiasis dan pemilihan obat harus sesuai dengan tingkat amoebiasisnya dan disertai evaluasi dan disertai evaluasi pengobatan
-          Amoebiasis asimptomatik: paromomisin 25-30 mg/kg/hari dalam 3 dosis selama 7 hari. Dapat digantikan diidohidroksiquin atau diloxanid furoad
-          Amoebiasis usus akut (disentri amoeba): metronidazol
-          Amoebiasis usus kronis (pembawa kista): dapat diberikan diiodohidroksiquin atau diloxanid furoad, tapi jangan diberi metronidazol

 Evaluasi hasil pengobatan (menurut Natadisastra, 2009) 1:
Dilakukan beberapa tahap pemeriksaan untuk dapat memastikan  keberhasilan pengobatan dengan pertimbangan jika pengobatan tidak tuntas mungkin akan berbahaya bagi penderita karena akan semakin berat ataupun menjadi karir yang berbahaya bagi lingkungan.

Pemeriksaan I.
Dilakukan 2 minggu sesudah pengobatan  dimana pemeriksaan faeces dilakukan enam hari berturut-turut. Jika hasil positif, pengobatan diulangi  tetapi kadang-kadang pemeriksaan  sigmoidoskopi diperlukan untuk melihat ulkus pada  mukosa usus.
Pemeriksaan II.
Dilakukan 3 bulan sesudah pengobatan, dilakukan pemeriksaan faeces (3-6) hari berturut-turut.  Hasilnya positif atau negatif dilakukan seperti pada pemeriksaan I
Pemeriksaan III
Dilakukan enam bulan sesudah pengobatan


Pencegahan
Dapat dilakukan dengan mengurangi sumber infeksi  dengan mengobati  penderita amebiasis. Pendidikan kesehatan terutama menyangkut  kebersihan, baik hygiene perorangan atau sanitasi lingkungan, pengawasan sanitasi makanan, tempat hidup/bekerja, pembuangan sampah, pembuangan faeces, pemberantasan lalat, kecoa sebagai vector mekanik yang dapat memindahkan kista pada makanan/minuman Dari penelitian para ahli dari seluruh penduduk dunia ternyata 18% mengandung Entamoeba histolytica, akan tetapi kurang dari 20% saja yang menunjukkan tanda dan gejala penyakit.


Amoeba usus apathogen

1.      Entamoeba coli (Grassi 1879, Casagrandi dan Barbagali 1895)

Sinonim : Amoeba coli, Entamoeba hominis, Councilmania lafleuri
Morfologi : memiliki morfologi yang sangat mirip dengan E.histolytica ditemukan dalam dua bentuk:
Bentuk vegetatif (trofozoit)
Besarnya 15-30 µm, mempunyai inti entamoeba. Ektoplasma hanya tampak nyata apabila pseudopodium terbentuk. Pseudopodium kecil, dibentuk perlahan, gerakan lambat. Endoplasma mempunyai vakuola mengandung bakteri, bentuk ini tidak bisa dibedakan dari bentuk minuta E. histolytica

Bentuk kista
Besarnya 10-31 µm, dalam faeces biasanya intinya 2 sampai 8, yang berinti 2 memiliki vakuola glikogen yang besar. Benda kromatoid seperti jarum dengan ujung tajam. Entamoeba coli tidak pathogen, tetapi penting untuk dapat dibedakan dari Entamoeba histolytica, hidup di kolon dan sekum

3.      Entamoeba gingivalis (Gros 1849, Brumpt 1914)
Entamoeba gingivalis terdapat pada dental socket (rongga gigi). Trofozoit yang memfagosit netrofil meningkat pada parodontitis,  mengandung bakteri dalam jumlah banyak dan amoeba bersifat apatogen. Dapat dibiakan menggunakan media Locke’s Egg Albumin (L.E.A) .4
Bentuk vegetatif : besarnya 10-20 µm, rata-rata 5-15 µm, memiliki inti entamoeba, vakuola besar dengan sisa inti, leukosit dan bakteri
Bentuk kista : tidak pernah ditemukan
Cara infeksi : diduga terjadi dengan kontak bentuk vegetatif

4.      Iodamoeba butschlii (Von Prowazek 1912, Dobel 1919)
Bentuk vegetatif : besarnya 6-25 µm, ektoplasma tidak tampak, endoplasma  mempunyai inti dan banyak mengandung vakuola dan bakteri
Bentuk kista : besarnya 6-15 µm, memiliki satu inti, vakuola glikogen yang besar sehingga mendorong inti ke pinggir, biasanya hidup komensal dalam caecum dan kolon, infeksi melalui menelan kista matang.


2). Penyakit Oleh Cilliata Usus

Penyakit : Balantidiasis (balantidiosis, disentri balantidium, merupakan penyakit zoonotik)
Etiologi :  Balantidium coli (Malmsten 1857, Sten 1862)
Sinonim :  Balantidium suis
Habitat : Mukosa dan sub mukosa usus besar terutama caecum bagian terminal dan ileum
Hospes : manusia, babi dan kera
Balantidium coli  adalah satu-satunya siliata yang menginfeksi manusia. Ditemukan di seluruh dunia, penyebaran dengan fecal-oral dan terdapat di daerah tropis, prevalensi lebih dari 1%. Prevalensi pada babi 20-100%. Balantidiasis pada manusia memicu peningkatan prevalensi pada penduduk , contohnya di Papua New Guinea, babi merupakan hewan peliharaan sehingga prevalensi sampai 28%. Penularan  manusia ke manusia juga dilaporkan  biasa terjadi pada pemukiman padat penduduk, hygiene perorangan yang buruk, rumah sakit jiwa dan penjara.

Morfologi dan siklus hidup:
Cilliata merupakan protozoa usus terbesar, terdiri atas bentuk kista dan trofozoit
Trofozoit :
-          Warnanya kelabu, tipis, lonjong berbentuk seperti kantung ( balantidium= kantung kecil), ukuran panjang 50-200 µm dan lebar 40-70 µm.
-          Silia tersusun longitudinal dan spiral sehingga arah pergerakkan melingkar
-          Sitostoma sebagai mulut terletak di daerah peristoma yang bersilia panjang berakhir pada sitopige sebagai anus sederhana
-          Terdapat dua vakuola kontaktil, dua nucleus (makro dan mikronukleus). Makronukleus berbentuk seperti ginjal berisi kromatin sebagai nucleus vegetatif/somatic. Mikronukleus banyak mengandung DNA terletak pada bagian konkaf makronukleus, sebagai nukleus generatif/seksual.
Kista.
-          Berwarna hijau, bening, lonjong, memiliki dinding rangkap. Ukuran 45-75 µm, terdapat makronukleus, vakuola kontraktil dan silia

Siklus hidup.



Gambar 14. Siklus hidup Balantidium coli


Kista merupakan stadium infektif terhadap penyebaran balantidiasis (1). Hospes hampir seluruhnya terinfeksi kista dengan cara menelan kista melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan kista (2). Setelah ditelan terjadi ekskistasi dalam usus halus dan trofozoit membentuk koloni di usus besar (3). Trofozoit menetap dalam lumen usus besar manusia dan hewan dan memperbanyak diri dengan belah pasang transversal dan konjugasi (4). Trofozoit  mengalami enkistasi untuk menghasilkan kista infektif (5). Beberapa trofozoit masuk ke dalam dinding usus besar dan bereplikasi, beberapa kembali ke lumen dan hancur, kista matang keluar bersama faeces .

Epidemiologi.
Kosmopolit, paling banyak pada daerah dengan iklim panas. Pada manusia frekuensi rendah, pada babi (63-91%). Menurut Neva F.A dan Brown H.W (1994) terdapat dua spesies yang berbeda, Balantidium coli  yang dapat ditularkan pada manusia dan Balantidium suis tidak dapat ditularkan pada manusia.

Gejala penyakit :
Asimptomatik dan dapat sembuh sendiri, secara klinis dibagi menjadi infeksi sedang, akut dan kronis.
-          Infeksi sedang dan akut
Gejala sama dengan amoebiasis usus yaitu diare, disentri, kolik abdomen, mual, muntah. Faeces encer mengandung lendir, nanah dan darah, defekasi sehari 6-15 kali
-          Infeksi kronik
Diare hilang timbul disertai konstipasi, nyeri pada kolon dan anemia

Diagnosis.
Menemukan parasit dalam faeces, bentuk trofozoit pada faeces encer dan kista pada faeces padat. Sigmoidoskopi dapat dilakukan untuk melihat ulkus (parasit jarang terdapat pada isi ulkus, terdapat pada dinding dan dasar ulkus)

Pengobatan
Di-iodohidroksiquinolin (di-iodoquin), Klor tetrasiklin atau metronid

3). Penyakit oleh Flagelata usus
Giardiasis
Etiologi: Giardia lamblia (Stiles 1915)
Sinonim: Cercomonas intestinalis, Lamblia intestinalis,  Giardia enteric, Giardia intestinalis, Megastoma entericum
Penyakit : Giardiasis, giardosis atau lambliasis, merupakan penyakit zoonotik terutama menyerang anak-anak berumur 6-10 tahun.
Habitat : Duodenum, jejunum bagian atas, saluran empedu, kandung empedu. Parasit melekat pada mukosa usus, terjadi inflamasi ringan. Kegiatan mekanik dan toksik akan menganggu penyerapan vitamin A dan lemak.

Morfologi dan siklus hidup
Bentuk trofozoit
-          Bebentuk seperti jambu monyet, tapi pipih dorsoventral
-          Ukuran (9-12) x (5-15) µm dan tebalnya 2-4 µm
-          Bagian anterior merupakan batil isap, inti dua buah
-          Flagel 4 pasang (2 aksostil dan 2 benda parabasal)
-          Berkembang biak dengan belah pasang longitudinal


Kista.
-          Ukuran (8-12) x (7-10) µm
-          Bentuk lonjong, inti 2 sampai 4 terletak pada satu kutub
-          Dalam endoplasma tampak sisa organel yang terdapat pada bentuk vegetatif



Siklus hidup


Gejala klinik
Umumnya tidak menimbulkan gejala klinik yang berarti, kalaupun ada biasanya terjadi pada anak-anak, terjadi enteritis akut dan kronis. Pada diare kronik faeces berlemak (steatorrhea) diselingi obstipasi kadang-kadang encer, sakit perut, ulu hati, perut kembung, faeces berlendir dan mengandung darah. Pada orang dewasa hampir tidak berarti secara klinik.

Diagnosis
Diagnosa dengan pemeriksaan faeces ditemukan stadium kista dan trofozoit. Dengan cara pembuatan Wet mount menggunakan larutan garam fisiologis atau lugol,metode konsentrasi menggunakan larutan formalin-etil-asetat, pewarnaan hematoksilin, trikrom. Spesimen faeces harus diperiksa sebelum satu jam setelah pengambilan atau diberi pengawet polivinil alcohol 10%
            Diagnose juga dapat dilakukan dengan teknik ELISA menggunakan antibody monoclonal yang spesifik terhadap antigen Giardia untuk membuktikan diagnose. Teknik ELISA telah digunakan untuk pemeriksaan Giardia lamblia pada faeces dengan sensitifitas 92-98% dan spesifisitas 87-100%, metode ini digunakan untuk secara luas untuk diagnosa klinik

Pengobatan
Kuinakrin (atabrin atau papakrin)

4). Penyakit oleh Sporozoa Usus

Coccidiosis
Etiologi: Isospora belli (Wenyon, 1923)
Habitat : usus halus, tetapi tidak diketahui tempat yang tepat. Ookista Isospora belli pernah di dapat di jejunum dan  duodenum, parasit ini belum dapat dibiakan.
Jarang terjadi pada manusia, penularan melalui makanan dan minuman yang ditularkan melalui tangan ke mulut, patogenitas rendah, asimptomatik dan tidak memerlukan pengobatan, hanya membutuhkan makanan yang lunak dan istirahat.

Cryptosporidiosis
Cryptosporidiosis  merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh Cryptosporidium sp yang  hidup  di tanah, air dan makanan, penularan dapat terjadi dengan menelan  parasit.
Gejala klinik yang timbul selain diare yang encer, diikuti oleh dehidrasi, kehilangan berat badan, sakit perut, demam, mual dan muntah. Pada umumnya orang yang terinfeksi tidak memerlukan pengobatan, kecuali pada orang dengan penyakit system imun yang  lemah seperti pada AIDS. Untuk pencegahan infeksi dengan hygiene  perorangan yang baik, mencuci tangan sebelum makan demikian pula buah dan sayuran sebelum dikosumsi

Cryptosporidium parvum
Morfologi :
Berukuran 3-5 µm yang ditemukan di saluran pencernaan pada hewan dan pada manusia pada daerah endemic melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Manusia terinfeksi dengan menelan ookista yang mengandung banyak sporozoit. Sporozoit akan dilapaskan di saluran pencernaan bagian atas dan melekat di sel mukosa yang kemudian akan membelah membentuk merozoit. Merozoit akan meninvasi sel-sel mukosa lainnya dan kemudian memperbanyak diri secara aseksual. Beberapa merozoit akan berdiferensiasi menjadi gametosit jantan dan betina dan membentuk ookista yang kemudian akan memperbanyak dan berdiferensiasi menjadi sporozoit. Ookista matang akan keluar bersama faeces dan akan menginfeksi orang lain.


Ookista
Ookista berbentuk bundar dengan diameter 4,2-5,4 µm
Sporozoit terlihat di dalam ookista yang menandakan terjadinya sporulasi

Diagnosa dan pengobatan
Diagnosa  spesifik untuk Cryptosporidium pavum menggunakan teknik  (polymerase chain reaction) PCR, untuk mendeteksi lingkungan dan spesimen hewan. Pengobatan   belum ada pembuktian yang efektif terhadap penanganan Cryptosporidium pavum akan tetapi telah dilakukan uji coba terhadap paromysin

Figure 9    
C.                Spesimen untuk pemeriksaan protozoa usus


Spesimen faeces yang diduga kemungkinan mengandung protozoa, memiliki ciri khas sebagai berikut:1
Secara makroskopis
-          Tinja bersifat asam (acid)
-          Bau busuk (foul smelling)
-          Lendir (mucus) lebih sedikit dibandingkan disentri basiler dan tidak terlalu lengket
-          Dapat disertai darah (pada faeces padat kadang tidak disertai darah)
-          Nanah lebih sedikit dibandingkan dengan disentri basiler

Secara mikroskopis
Akan banyak ditemukan banyak bakteri, pada Entamoeba histolytica yang mengandung eritosit, eritrosit akan membentuk rouleaux, kadang-kadang ditemukan Kristal Charcot-Leyden tetapi tidak spesifik untuk disentri amoeba.

D.                   Pemeriksaan  protozoa usus secara langsung:1

Wet Preparation
a)      Tujuan : untuk melakukan pemeriksaan secara cepat, bentuk trofozoit dan kista
b)      Species: untuk faeces encer (trofozoit) dan faeces keras (kista)
c)      Reagen :
Eosin 2% (untuk trofozoit)
Lugol (2% larutan Iodium + 3% larutan Kalium Iodida)
d)     Cara kerja:
-          Dengan menggunakan lidi, faeces diambil sebesar kacang polong dan diletakkan di atas kaca objek yang bersih dan kering
-          Dibubuhi larutan NaCl 0.85%, eosin 2% atau lugol,  diratakan menggunakan lidi, kemudian ditutup dengan kaca penutup
-          Periksa dibawah mikroskop
Pewarnaan Trikrom

Sumber : Ash, Lawarence dan Thomas Orihel. Atlas of Human Parasitology. ASCP. 4th.Ed 1997.

Prinsip pemeriksaan:
Dengan pewarnaan permanen pada spesimen faeces ntuk mendeteksi protozoa usus. Protozoa yang berukuran kecil yang tidak dapat dilihat pada pemeriksaan wet mount dapat dilihat dengan teknik pewarnaan. Teknik Trikrom  Wheatley untuk spesimen faeces merupakan modifikasi teknik pewarnaan jaringan Gomori.           

Spesimen
Faeces segar atau diberi pengawet PVA/MIF, formalin 10%. Dibuat preparat di atas kaca objek kemudian dikeringkan atau  dihangatkan pada 60ºC.

Reagen
Reagen yang diperlukan sesuai dengan  tujuh tahapan pewarnaan :
1.      Alcohol 70% ditambah iodine, disiapkan larutan stok   dengan penambahan iodine kristal ke dalam alcohol sampai didapat warna gelap. Apabila akan digunakan  diencerkan dengan alcohol 70% sampai berwarna coklat kemerahan atau seperti teh
2.      Alcohol 70%
3.      Zat warna trikrom (dapat dibeli larutan jadi)
4.      Asam alcohol 90% ( 99.5 ml etanol : 0,5 ml asam asetat glacial )
5.      Etanol 95%
6.      Etanol 100%
7.      Xilol

Kontrol kualitas: disertakan preparat jadi sebagai kontrol misalnya Giardia spp. Pewarnaan benar apabila sitoplasma berwana biru kehijauan kadangkala sedikit berwarna keunguan. Kista cenderung lebih berwarna ungu. Inti dan kromatoid bodi, sel darah merah, bakteri dan Kristal Charcot- Leyden berwarna ungu, latar belakang sediaan terlihat berwarna hijau sehingga kontras dengan protozoa
Cara Kerja:
1)      Untuk sediaan dari PVA, genangi dengan alcohol 70%+iodine selama 10 menit
2)      Preparat direndam dalam etanol 70% selama 5 menit
3)      Kemudian direndam dalam etanol 70% kedua selama 3 menit
4)      Direndam dalam zat warna trikrom selama 10 menit
5)      Lunturkan dengan  etanol 90%+asam asetat selama 1-3 menit
6)      Dicuci beberapa kali dengan etanol 100%
7)      Rendam dalam  dua kali etanol 100%   masing-masing 3 menit
8)      Direndam dalam xilol selama 10 menit
9)      Kemudian tempelkan  penutup  kemudian rekatkan menggunakan media perekat contohnya  permount
10)  Preparat diamati dengan mikroskop menggunakan lensa objektf 100x

Interpretasi
Sitoplasma : berwarna biru kehijauan disertai ungu
Kromatin inti, benda kromatoid, eritrosit dan bakteri berwarna merah atau merah lembayung
Latar belakang berwarna hijau sampai kebiruan
Ragi : hijau atau merah
Metoda modifikasi Mertiolat-Iodine-Formalin (MIF).1
Tujuan : untuk mendeteksi kista amoeba dan lamblia dalam faeces
Reagen  (disimpan dalam botol coklat):



Larutan I
Larutan II
Aquadest 250 ml
Tincture of mertiolat (thimerosal) 200 ml
Lugol 5%  harus baru (tidak boleh disimpan lebih dari 3 minggu)


Cara kerja:
1.      5 ml larutan dasar I ditambahkan dengan 0,5 ml lugol
2.      0,5 gram faeces dimasukkan  kedalamnya kemudian diaduk sampai homogen
3.      Disaring dengan dua lapis kain kassa, dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge
4.      Ditambahkan 7 ml eter dingin (4ºC)
5.      Tabung di tutup rapat dengan sumbat karet dan dikocok keras-keras sampai homogen. Sumbat karet dilepas dan biarkan selama 2 menit. Kemudian disentrifuge selama 1 menit 1500-3000 rpm
6.      Supernatant dibuang endapan diambil menggunakan pipet, ditaruh di atas kaca objek
7.      Dilihat dibawah mikroskop

Metode Formol ether Ritchie.
1.      Kurang lebih 1 gram faeces dibuat emulsi menggunakan 7 ml  10% formol-saline
2.      Disaring melalui saringan kawat ke dalam tabung sentrifuge
3.      Ditambahkan 3 ml ether dan dikocok keras selama 1 menit, kemudian disentrifuge 2000 rpm selama 2 menit kemudian dibiarkan tenang
4.      Supernatant dibuang kemudian sisa endapan  dikocok dan diletakan di atas kaca objek
5.      Diperiksa di bawah mikroskop



DAFTAR PUSTAKA
1.      Natadisastra djaenudin, Ridad agoes, Parasitologi Kedokteran, Ditinjau dari organ tubuh yang diserang, cetakan I, EGC, 2009.
2.      Abdul gaffar, Intestinal and Luminal Protozoa, Parasitology. Tersedia dari http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/intest-protozoa.htm
3.      Enrique Chaeon, Douglas K Miitchell. Intestinal protozoal disease. Differential Diagnosis & Workup. Tersedia dari http://as. medscap.com/js.ng/params.richmedia/….
4.      Charles A,  Kofoid, Fellow A.P,  H.A.Herbert G Johnstone.  The Cultivation of Endamoeba gingivalis (Gros) from the Human Mouth,American Journal of Public Health
5.      http://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/intest/html
6.      http//www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/frames/morphologytables/body/…html

YANG MINAT BELANJA PAKAIAN MURAH & BERKUALITAS, BONEKA, BUNGA & SELEMPANG WISUDA, SILAHKAN INVITE BBM, INTAGRAM, FACEBOOK KAMI ... SYUKRAN :)

No comments:

Post a Comment