KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi,
karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis tidak terlepas dari bantuan pihak lain. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih pada semua pihak yang
telah menyumbangkan pikiran dan bantuan kepada penulis khususnya Dosen Pembimbing
mata kuliah SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI.
Kami menyadari bahwa hasil
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis menerima
saran dan kritik dari para pembaca.
Akhirnya, penulis berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya untuk para
pembaca. Amiin.
Makassar, DESEMBER 2012
Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
BAB I : KONSEP DASARUMUM…………………………………………..
a. Definisi
b. Etiologi
c. Manifestasi
klinik
d. Patofisiologi
e. Pemeriksaan
penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Patofladiogram
perubahan terhadap KDM
BAB II :
KONSEP DASAR KEPERAWATAN……………………………..
a. Pengkajian
b. Diagnose
keperawatan
c. Intervensi
& implementasi keperawatan
d. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
BAB I
KONSEP DASAR UMUM
A.
DEFENISI
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada
hemoglobin. dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah
sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Kerusakan
tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia)
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemofilia dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit pendek (kurang dari 100 hari). (Ngastiyah, 1997).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemofilia dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit pendek (kurang dari 100 hari). (Ngastiyah, 1997).
Jadi Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana
terjadi kerusakan sel darah merah (eritrosit) sehingga umur eritrosit pendek
(kurang dari 100 hari), yang disebabkan oleh defesiensi produksi satu , yang
diturunkan dari keduab dan aatau lebih dari satu jenis
rantai orang tua kepada anak-anaknya
secara resesif.
Thalasemia
terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan
untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin merupakan protein
kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang
membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak
ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak
dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi
menjalankan aktivitasnya secara normal.
B.
ETIOLOGI
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2 jenis yang utama adalah :
·
Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)
Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen).
Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen).
·
Beta
– Thalasemia (melibatkan rantai beta)
Beta –
Beta –
Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :
1. Thalasemia Mayor
2. Thalasemia Minor
C.
MANIFESTASI
KLINIS
v Letargi
v Pucat
v Kelemahan
v Anorexia
v Diare
v Sesak nafas
v Pembesaran limfa dan hepar
v Ikterik ringan
v Penipisan kortex tulang panjang,
tangan dan kaki.
v Penebalan tulang kranial
D.
PATOFISIOLOGI
Penyebab anemia pada thalasemia bersifat primer dan
sekunder. Penyebab primer adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis
yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler.
Penyebab sekunder adalah karena defisiensi asam folat,bertambahnya volume
plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit
oleh system retikuloendotelial dalam limfa dan hati.
Penelitian biomolekular menunjukkan
adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari
hemoglobin berkurang. Tejadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara
transfusi berulang,peningkatan absorpsi besi dalam usus karena eritropoesis
yang tidak efektif, anemia kronis serta proses hemolisis.
Ø Normal hemoglobin adalah terdiri
dari Hb-A dengan dua polipeptida rantai alpa dan dua rantai beta.
Ø Pada Beta thalasemia yaitu tidak
adanya atau kurangnya rantai Beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada
gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen.
Ø Ada suatu kompensator yang
meninghkatkan dalam rantai alpa, tetapi rantai Beta memproduksi secara terus
menerus sehingga menghasilkan hemoglobin defektive. Ketidakseimbangan
polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini
menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia dan atau
hemosiderosis.
Ø Kelebihan pada rantai alpa pada
thalasemia Beta dan Gama ditemukan pada thalasemia alpa. Kelebihan rantai
polipeptida ini mengalami presipitasi dalam sel eritrosit. Globin
intra-eritrositk yang mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai
polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil-badan Heinz,
merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis.
Ø Reduksi dalam hemoglobin
menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih. Dalam stimulasi yang
konstan pada bone marrow, produksi RBC diluar menjadi eritropoitik aktif.
Kompensator produksi RBC terus menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan
cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin.
Kelebihan produksi dan distruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan
mudah pecah atau rapuh.
E.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
ü Pemeriksaan laboratorium
darah :
-
Hb
: Kadar Hb 3 – 9 g%
-
Pewarnaan SDM :
Anisositosis, poikilositosis, hipokromia berat,target cell, tear drop cell.
ü Gambaran sumsum tulang
-
eritripoesis
hiperaktif
ü Elektroforesis Hb
:
-
Thalasemia
alfa : ditemukan Hb Bart’s dan Hb H
-
Thalasemia
beta : kadar Hb F bervariasi antara 10 – 90 % ( N : <= 1 % )
F. PENATALAKSANAAN
v Hingga kini belum ada obat yang
tepat untuk menyembuhkan pasien thalasemia.
Transfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 6 gr%)
atau bila anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu makan.
v Pemberian transfusi hingga Hb
mencapai 10 g/dl. Komplikasi dari pemberian transfusi darah yang berlebihan
akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat besi yang disebut hemosiderosis.
Hemosiderosis dapat dicegah dengan pemberian Deferoxamine(desferal).
v Splenektomi dilakukan pada anak yang
lebih tua dari 2 tahun sebelum terjadi pembesaran limpa/hemosiderosis,
disamping itu diberikan berbagai vitamin tanpa preparat besi.
G. PENYIMPANGAN
KDM
BAB
II
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. Pengkajian fisik
a.
melakukan pemeriksaan fisik
b.
kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia (pucat, lemah,
sesak, nafas cepat, hipoksia, nyeri tulang, dan dada, menurunnya aktivitas,
anorexia, epistaksis berlang )
c.
Kaji riwayat penyakit dalam keluarga.
2. Pengkajian umum
a. Pertumbuhan yang
terhambat
b. Anemia kronik
c. Kematangan sexual
yang tertunda.
3. Krisis vaso Occlusive
a.) Sakit yang dirasakan
b.) Gejala yang dirasakan
berkaitan denganischemia daerah yang berhubungan:
-
Ekstrimitas
: kulit tangan dan kaki yang mengelupas disertai rasa sakit yang menjalar.
-
Abdomen : terasa sakit
-
Cerebrum
: troke, gangguan penglihatan.
-
Liver : obstruksi, jaundice, koma
hepaticum.
-
Ginjal : hematuria
c.) Efek dari krisis vaso occlusive adalah:
-
Cor
: cardiomegali, murmur sistolik.
-
Paru –
paru : ganguan fungsi paru, mudah terinfeksi.
-
Ginjal
: Ketidakmampuan memecah senyawa urine, gagal
ginjal.
-
Genital
: terasa sakit, tegang.
-
Liver
: hepatomegali, sirosis.
-
Mata
:Ketidaknormalan lensa yang mengakibatkan gangguan
penglihatan, kadang menyebabkan
terganggunya lapisan retina dan dapat menimbulkan kebutaan.
-
Ekstrimitas : Perubahan tulang – tulang terutama
menyebabkan bungkuk, mudah terjangkit virus Salmonella, Osteomyelitis.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
v Perubahan perfusi jaringan b.d
berkurangnya komponen selular yang penting untuk menghantarkan oksigen murni ke
sel.
v Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan
pemakaian dan suplay oksigen.
v Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
selera makan.
v Koping keluarga inefektif b.d dampak
penyakit anak terhadap fungsi keluarga.
C.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
1. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komponen seluler yang penting untuk menghantarkan
oksigen.
Intervensi :
Intervensi :
a.
Memonitor TV, pengisian kapiler, warna kulit, membran mukosa.
b.
Meninggikan posisi kepala ditempat tidur.
c. Memeriksa dan
mendokumentasikan adanya rasa nyeri.
d. Observasi adanya
keterlambatan respon verbal, kebingungan, atau .
e.
Mengobservasi dan mendokumentasikan adanya rasa dingin.
f.
Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat sesuai kebutuhan .
g.
Memberikan O2 sesuai kebutuhan.
2. Tidak efektif koping keluarga berhubungan
dengan dampak penyakit
terhadap fungsi keluarga.
Intervensi:
terhadap fungsi keluarga.
Intervensi:
a. Memberikan dukungan pada keluarga
dan menjelaskan kondisi anak sesuai
dengan realita yang ada.
b. Membantu orang tua untuk
mengembangkan strategi untuk melakukan penyesuaian terhadap krisis akibat
penyakit yang diderita anak.
c. Memberikan dukungan kepada keluarga
untuk mengembangkan harapan realistis terhadap anak.
d. Menganalisa sistem yang mendukung
dan penggunaan sumber-sumber dimasyarakat (pengobatan, keuangan, sosial) untuk
membantu proses penyesuain keluarga terhadap penyakit anak. (Suriadi, 2001 : 27
– 28).
3. Tidak
toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan
pemakaian dan suplai oksigen.
Intervensi :
Intervensi :
a. Menilai kemampuan anak dalam
melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tugas perkembangan anak.
b. Memonitor tanda-tanda vital selama
dan setelah melakukan aktivitas, dan mencatat adanya respon fifiologis terhadap
aktivitas (peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, atau nafas
cepat).
c. Memberikan informasi kepada psien
atau keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika terjadi gejala-gejala
peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau
kelelahan.
d. Berikan dukungan kepada anak untuk
melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan anak.
e. Mengajarkan kepada orang tua tehnik
memberikan reinforcement terhadap partisipasi anak dirumah.
f. Membuat jadwal aktivitas bersama
anak dan keluarga dengan melibatkan tim kesehatan lain.
g. Menjelaskan dan memberikan
rekomendasi kepada sekolah tentang kemampuan anak dalam melakukan aktivitas,
memonitor kemampuan melakukan aktivitas secara berkala dan menjelaskan kepada
orang tua dan sekolah.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya selera makan.
Intervensi :
Intervensi :
a.
Mengijinkan
anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
b.
Berikan
makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas
intake nutrisi.
c.
Mengijinkan
anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan.
d.
Mengevaluasi
berat badan anak setiap hari.
D.
EVALUASI
v Tidak adanya gangguan perfusi
jaringan.
v Nutrisi terpenuhi.
v Tidak adanya gangguan intoleransi
aktivitas
v Berkurangnya resiko tinggi infeksi.
v Bertambahnya pengetahuan keluarga
tentang talasemia
v koping keluarga efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Cecilly L Betz, Buku saku keperawatan pediatri, Ed 3. EGC
Jakarta;2002
Doenges, Moorhouse, Geissler, Rencana asuhan keperawatan,
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pesien. EGC
Jakarta;2000
https://zulfiprint19.blogspot.co.id/
Mansjoer, Kapita selekta kedokteran Ed 3, jilid 2 Media
Aesculapius Jakarta : 1999
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA, SEMOGA BERMANFAAT :)
No comments:
Post a Comment