Visitor

Sunday, February 5, 2017

MAKALAH Sistemisc lupus erythematosus "SLE"


Add caption


BAB I
KONSEP DASAR UMUM
A.      Pengertian
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun,  artinya  tubuh  pasien  lupus  membentuk  antibodi  yang  salah  arah, merusak  organ  tubuh  sendiri,  seperti  ginjal,  hati,  sendi,  sel  darah  merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh.
 SLE (Sistemisc lupus erythematosus) atau Lupus adalah  penyakit  yang  disebabkan  sistem  imun  menyerang  sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan. kelainan  ini  dikenal  dengan  autoimunitas.  pada  kasus  satu  penyakit  ini  bisa membuat kulit seperti ruam  merah  yang rasanya terbakar. pada kasus  lain  ketika  sistem  imun  yang  berlebihan  itu  menyerang  persendian dapat  menyebabkan  kelumpuhan.

B.       Etiologi
Hingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan. Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam kajian. Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan. Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus.
Klasifikasi Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
1.      Dioid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang menyerang kulit.
2.       Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
3.      Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat  tertentu. Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat dihentikan.

C.       Manifestasi klinik
1.       Sistem Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
2.      Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3.    Sistem kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4.    Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.

5.    Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6.    Sistem perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7.    Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik,r sering terjadi depresi dan psikosis.
D.      Patofisiologi
Penyakit  SLE  terjadi  akibat  terganggunya  regulasi  kekebalan  yang menyebabkan  peningkatan  autoimun  yang  berlebihan.  Gangguan imunoregulasi  ini  ditimbulkan  oleh  kombinasi  antara  faktor-faktor  genetik, hormonal  (sebagaimana  terbukti  oleh  awitan  penyakit  yang  biasanya  terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat  tertentu  seperti  hidralazin,  prokainamid,  isoniazid,  klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa  turut  terlibat  dalam  penyakit  SLE-  akibat  senyawa  kimia  atau  obat-obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun  dan  kerusakan  jaringan.  Inflamasi  akan  menstimulasi  antigen  yang selanjutnya  serangsang  antibodi  tambahan  dan  siklus  tersebut  berulang kembali.

E.       Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan untuk menentukan adanya penyakit ini bervariasi, diantaranya:
·         Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga juga bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan aktivitas dan lamanya penyakit.
·         Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis.
·         Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya gesekan pleura atau jantung.
·          Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein lebih dari 0,5 mg/hari 
·          Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah.
·         . Pemeriksaan saraf.

F.       Penatalaksanaan
1.        Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.                                                                                                         
2.        Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE

3.        Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.

G.      Patofladiogram perubahan terhadap KDM





BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.      Pengkajian
Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik (Biologis, Psikologis,Social dan Spiritual ) untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis
Adapun metode yang dapat dipakai dalam Proses Pengkajian yaitu :
1.      Anamnesa
·         Alasan dirawat / Keluhan utama
·          Riwayat kesehatan dan penyakit yang lalu
·         Masalah kesehatan yang sedang dialami
·         Masalah pola fungsi sehari-hari
·          Masalah yang dirasakan beresiko atau diketahui beresiko tinggi pada klien
·         Pola emosi, konsep diri, Gambaran diri,pola pemecahan masalah
·          Masalah kebudayaan / kepercayaan, Nilai, Keyakinan
·          Hubungan social/keluarga.dll
Pemeriksaan 4 Gejala cardinal: Suhu  umumnya terjadi peningkatan suhu tubuh, Tekanan Darah akan meningkat terutama bila terdapat masalah pada ginjal.
2.      Pemeriksaan Fisik
·         Inspeksi
Pengamatan secara seksama setatus kesehatan Klien dari kepala sampai kaki.
Pada Klien dengan SLE mungkin akan ditemukan antara lain:
ü  Ruam wajah dalam pola malar (seperti kupu-kupu) pada daerah pipi dan hidung.
ü   Lesi dan kebiruan di ujung jari akibat buruknya sirkulasi  dan hipoksia kronik
ü  Lesi berskuama  di kepala, leher dan punggung, pada beberapa penderita ditemukan eritema atau sikatrik.
ü  Luka-luka di selaput lender mulut atau pharing.
ü  Dapat terlihat tanda peradangan satu atau lebih persendian yaitu pembengkakan, warna kemerahan dan rentang gerak yang terbatas.
ü  Perdarahan sering terjadi terutama dari mulut atau bercampur urina (urine kemerahan)
ü   Gerakan dinding thorak mungkin tidak simetris atau tampak tanda – tanda sesak (Napas cuping hidung,Retraksi supra sterna, bahkan intercostals,apabila terdapat ganguan organ paru)
·         Palpasi
Pemeriksaan dengan meraba klien :
1.      Sklerosis, yaitu terjadi pengencangan dan pengerasan kulit jari-jari tangan
2.       Nyeri tekan pada daerah sendi yang meradang
3.       Oedem mata dan kaki, mungkin menandakan keterlibatan ginjal dan hipertensi
·         Perkusi                   
Pemeriksaan pisik dengan mengetuk bagian tubuh tertentu; untuk mengetahui Reflek, atau untuk mengetahui kesehatan suatu organ tubuh misalnya : Perkusi organ dada untuk mengetahui keadaan Paru dan jantung.
·         Auskultasi      
Pemeriksaan pisik dengan cara mendengar, biasanya menggunakan alat Stetoskup, antara lain untuk mendengar denyut jantung dan Paru-paru.
B.       Diagnosa keperawata
1.      Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ulkus palatum dan lesi dimulut.
3.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
4.      Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisaik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.
5.        Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.
C.      INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil : pasien tidak tampak meringis.

Kaji skala nyeri pasien

nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan skala nyeri.

Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri.

 imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi nyeri.

Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus.

nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan pergerakan sendi.

Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non invasive.

pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan non farmakologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

teknik ini dapat membantu mengurangi nyeri.

                 
Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral
Tujuan & criteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : berat badan pasien kembali normal.

Pantau asupan makanan setiap hari.

memastikan asupan nutrisi yang adekuat.

Ajarkan klien untuk tetap menjaga kebersihan mulut.

kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan klien.

Ciptakan lingkungan yang bersih di sekitar klien.

lingkungan yang kotor dapat menurunkan nafsu makan klien.
Konsultasi dengan tim pendukung ahli gizi atau diet.

menyediakan diet berdasarkan kebutuhan individu dan rute yang tepat.

Bantu klien dalam pemilihan makanan atau cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini .


Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,depresi
Tujuan & Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah diberikan asuuhan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dapat melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

-Berikan lingkungan yang aman misalnya menaikkan restrain, menggunakan pegangan tangga pada toilet.

-menghindari cedera akibat kecelakaan atau terjatuh.

-Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk.

-istirahat dianjurkan untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.

-Kolaborasi : konsul dengan fisioterapi.

-berguna dalam memformulasikan program latihan.

Dx 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik
Tujuan & Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, pasien mau dan mampu menerima keadaan yang sedang berlangsung dengan kriteria hasil : pasien dapat bergaul dengan lingkungannya,pasien tidak menunjukkan rasa malu terhadap dirinya 
Bantu klien menggali faktor penguat yang ada pada dirinya, keluarga dan lingkungannya
-Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan.

-faktor penguat yang ada dapat membangkitkan semangat klien dan menerima terapi.

-Observasi makna perubahan yang dialami oleh klien.

-mengekspresikan perasaan membantu memudahkan koping.

-Catat perilaku menarik diri : peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan.

-mengetahui perasaan klien tentang keadaannya dan kontrol emosinya.

-Jelaskan bahwa keadaan klien masih dapat berubah ke arah yang lebih baik asalkan klien menaati pengobatan.



-dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat.

-Jelaskan bahwa keadaan klien masih dapat berubah ke arah yang lebih baik asalkan klien menaati pengobatan.

-ketaatan berobat akan mempercepat kesembuhan.

Dx 5 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun
Tujuan & Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, integritas kulit membaik dengan kriteria hasil : pertumbuhan jaringan kulit meningkat
- Kaji kerusakan jaringan lunak
-menjadi data dasar untuk memberi informasi tentang intervensi.

-Observasi atau catat warna dan keadaan kulit.


-mengetahui perkembangan keadaan kulit pasien.

-Beri perawatan kulit sering agar tidak terjadi kering ataupun lembab.

-terjadi kering atau lembab dapat mempercepat kerusakan kulit.


D.      EVALUASI

DX      1 : Exspresi wajah pasien tidak lagi meringis
DX      2 : Berat badan pasien sudah dalam rentang normal
DX      3 : Pasien terilhat sudah bisa melakukan aktivitas sehari hari tanpa bantuan
dari orang lain.
DX      4: Kulit Px terlihat lebih lembab dan kerusakan integritas kulit bias
diminimaliskan.
DAFTAR PUSTAKA

https://zulfiprint19.blogspot.co.id/


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA !!! JANGAN LEWATKAN ARTIKEL KAMI YG LAINNYA YAH !!! SYUKRAN :) SALAMA'Ki :)






No comments:

Post a Comment