Visitor

Sunday, February 19, 2017

Askep pada gangguan Sistem Respirasi (Koch Pulmonal) SISTEM RESPIRASI "TUGAS KEPERAWATAN"



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan pihak lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih pada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan bantuan kepada penulis khususnya Dosen Pembimbing mata kuliah  SISTEM RESPIRASI.
Kami menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik dari para pembaca.
Akhirnya, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya untuk para pembaca. Amiin.
                                                                                                          
Makassar, DESEMBER 2012

                            Penyusun       
Kelompok 4









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………
                                                                             
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….

BAB I             : KONSEP DASAR UMUM…………………………………………..
a.       Definisi
b.      Etiologi
c.       Manifestasi klinik
d.      Patofisiologi
e.       Pemeriksaan penunjang
f.       Penatalaksanaan
g.      Patofladiogram perubahan terhadap KDM


BAB II           : KONSEP DASAR KEPERAWATAN……………………………..
a.       Pengkajian
b.      Diagnose keperawatan
c.       Intervensi & implementasi keperawatan
d.      Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….






BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
                                                                                                     
A.    DEFINISI
Kor Pulmonal merupakan keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak termasuk di dalamnya kelainan jantung kanan akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau akibat pebyakit jantung bawaan.
Koch pulmonal atau di sebut juga dengan Korpulmonal adalah pembesaran ventrikel kanan (hipertropi/ dilatasi) yang terjadi akibat penyakit yang menyerang struktur, fungsi paru atau pembuluh darahnya. Keadaan patoogis dengan ditemukannya hipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktural paru. (WHO, 1993).

B.     ETIOLOGI
Banyak penyakit yang berhubungan dengan hipoksemia dan mempengaruhi paru-paru dapat menyebabkan cor pulmonal. Secara umum, penyakit cor pul monal disebabkan oleh: 
1.      Penyakit paru yang merata
Terutama emfisema, brnkhitis kronik (salah satu deretan penyakit cronic obstructive pulmonary disease- COPD). Dan fribosis akibat tuberculosis.
2.      Penyakit pembuluh darah paru-paru
Terutama trombosis dan embolus paru-paru, fibrosis akibat penyinaran menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru- paru
3.      Hipoventilasi alveolar menahun
Adalah semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, misalnya :
a) Penebalan pleura bilateral
b) Kelainan neomuskuler, seperti polimielitis dan distrofi otot
c) Kiposkoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasita rongga trorak sehingga  pergerakan thorak berkurang.




C.    PATOFISIOLOGI



Diketahui bahwa setiap penyakit paru yang mempengaruhi pertukaran gas, mekanisme ventilasi, atau jaringan vaskular paru dapat mengakibatkan kor pulmonal.
Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmonal merupakan fungsi pembesaran atau kopensasi dari peningkatan dari afterload. Jika resistensi vaskuler paru-paru meningkat dan tetap meningkat, seperti pada penyakit vaskuler atau paremkim paru-paru, peningkatan curah jantung dan pengerahan tenaga fisis dapat meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermagna. Afterload ventrikel kanan secara kronis meningkat jika volume paru-paru membesar seperti pada penyakit COPD yang dikarenakan danya pemanjangan pembuluh paru-paru dan kompresi kapiler alveolar.

D.    MANIFESTASI KLINIS
Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antara penderita yang satu dengan yang lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan Koch pulmonal
  1. Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.
  2. Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).
  3. Cor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).
  4. Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.
Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala - gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Pemeriksaan radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar.perluasan hilus dapat di hitung dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis utama kanan dan kiri di bagi dengan diameter transversal toraks.perbandingan > 0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal.
2.      Elektrokardiogram
Kelainan pada elektrokardiogram yang sering di temukan pada klien pada kor pulmonal menahun antara lain P pulmonal dilead II, III, dan AVF; deviasi aksis ke kanan > 110 ; rasio R/S di V6 < 1 : gambaran rSR’ pada V1; RBBB lengkap atau tidak lengkap ; R atau R’ yang tinggi pada V1 atau V3R; dan T inverted pada sandaran perkordial. Elektrokardiogram normal tidak menyingkirkan kemungkinan adanya kor pulmonal.
3. Magnetic resonance imaging (mri)
Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan,ketebalan dinding,volume kavitas,dan jumlah darah yang dipompa.
4. Biopsy paru-paru
Dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kolagen,artritis rheumatoid,dan granulomatosis wagener.
5. Laboratotium                                                                                                         Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya polisitemia (Ht > 50%), tekanan oksigen (PaO2) darah arteri < 60 mmHg,tekanan karbondioksida (PaO2) >50 mmHg.


F.     PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah untuk meningkatkan ventilasi pasien dan mengobati penyakit yang melatar belakangi beserta manisfestasi dari gagal jantungnya.
Penatalaksanaan medis secara umum :
1. Pada pasien dengan penyakit asal COPD : pemberian O2 sangat dianjurkan untuk           memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri pulmonal serts tahanan vaskuler pulmonal.
2. Higienis bronchial: diberikan obat golongan bronkodilator.
3. Jika terdapat gejala gagal jantung : perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.
4. Bedrest,diet rendah sodium,pemberian diuretik.
5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung,selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.
Selain hal tersebut di atas, dianjurkan pula perawatan yang dilakukan di rumah (home care) karena penatalaksanaan dari penyakit ini berhubungan dengan pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkan, dan biasanya dalam jangan waktu yang lama. Pasien dengan COPD dianjurkan untuk menghindari allergen yang dapat mengiritasi jalan napas.


G. KOMPLIKASI

1.      Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2.       Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3.      Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
4.      Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini
5.      Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratory.
6.      Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali terlihat.





H.    PENYIMPANGAN KDM


BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN

Anamnesa,meliputi:

1.       Identitas pasien

Ø  Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah pada lansia karena sering didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal ini di dasarkan pada epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal merupakan dampak dari beberepa penyakit yang menyerang paru-paru.
              Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi saluran napas   atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
Ø  Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok yang tinggi.
Ø  Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan runmah yang sehat. Contohnya ventilasi rumah yang kurang baik,hal ini akan semakin memicu terjadinya penyakit-penyakit paru dan berakibat terjadinya kor pulmonal.

2.       Riwayat Kesehatan

a)      Keluhan utama
Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak,dan nyeri dada

b)      Riwayat penyakit saat ini
Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai berat.
v  Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak nafas.
v  Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan system otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
v  Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
v  Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa lamanya kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat beraktifitas

c)      Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.

d).  Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.


B.     PEMERIKSAAN FISIK

a.       B1 (BREATH)
ü  Pola napas : irama tidak teratur
ü  Jenis: Dispnoe
ü  Suara napas: wheezing
ü  Sesak napas (+)
b.      B2 (BLOOD)
Ø      Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (-)
Ø      Nyeri dada (+)
Ø      Bunyi jantung:  murmur
Ø      CRT : tidak terkaji
Ø      Akral : dingin basah
c.       B3 (BRAIN)
v Penglihatan(mata)
o  Pupil : tidak terkaji
o  Selera/konjungtiva : tidak terkaji
v Gangguan pendengaran/telinga: tidak terkaji
v Penciuman (hidung) : tidak terkaji
v Pusing
v Gangguan kesadaran


2.4 B4 (BLADDER)
*   Urin:
o  Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam
o  Warna : kuning pekat
o  Bau : khas
*   Oliguria

2.5 B5 (BOWEL)
·   Nafsu makan : menurun
·   Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
·   Abdomen : asites
·   Peristaltic : tidak terkaji
2.6. B6 (BONE)
§ Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
§ Kekuatan otot : lemah
§ Turgor : jelek
§ Edema





C.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
  2. Ketidakefektifan pola napas b.d. sempitnya lapang respirasi dan penekanan toraks.
  3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
  4. Intoleransi aktifitas  yang b.d. kelemahan fisik dan keletihan.
  5. Perubahan pola eliminasi urin b.d. oliguria.




D.    PERENCANAAN KEPERAWATAN
  1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
  • Tujuan                  : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk  keperluan tubuh.
  • Kriteria hasil         :
    • Klien tidak mengalami sesak napas.
    • Tanda-tanda vital dalam batas normal
    • Tidak ada tanda-tanda sianosis.
    • Pao2 dan paco2 dalam batas normal
    • Saturasi O2 dalam rentang normal
    • Intervensi dan Rasional :
    Intervensi
     Rasional
Pantau frekuensi, kedalaman pernapasan.Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, tidak mampuan bicara/ berbincang.
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong nafas perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan atau toleransi individu.
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas.
Awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan diagnosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi tambahan.
Bunyi nafas mugkin redup karena aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan secret. Krekel basah menyebar menunjukkan cairan pada intertisial/dekompensasi jantung.
Palpasi fremitus.
Penurunan getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Awasi tingkat kesadaran/ status mental. Selidiki adanya perubahan.
Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hypoxia, GDA memburuk disertai bingung/ somnolen menunjukkan disfungsi sersbral yang berhubungan dengan hipoksemia.
Evaluasi tingkat toleransi aktifitas. Berikan lingkungan yang tenang dan kalem. Batasi aktifitas pasien atau dorong untuk tidur/ istirahat dikursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktifitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.
Selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktifitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktifitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
Awasi tanda vital dan irama jantung
Tachycardia, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi
  1. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.

Paco2 biasanya meningkat (bronchitis, enfisema) dan pao2 secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar. Catatan: paco2 “normal” atau meningkat menandakan kegagalan pernapasan yang akan datang selama asmatik.
b.  Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hypoxia. Catatan: emfisema kronis, mengatur pernapasan pasien ditentukan oleh kadar CO2 dan mungkin dieluarkan dengan peningkatan pao2 berlebihan.

  1. Berikan penekanan SSP (misal: ansietas, sedative, atau narkotik) dengan hati-hati.
Digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah yang meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan, eksaserbasi dispnea. Dipantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas.
d.  Bantu instubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik,dan pindahkan UPI sesuai instruksi pasien.
Terjadinya/kegagalan nafas yang akan datang memerlukan penyelamatan hidup.

2.           Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia. 
  • Tujuan                  :
    • o  Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan normal   
    • Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
    • Kriteria hasil         :
      • o  Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif.  
      • o  Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda lain distress pernapasan 
      • Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi
Rasional
Berikan posisi fowler atau semi fowler 

Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernapasan, dan menurunkan resiko aspirasi
Ajarkan teknik napas dalam dan atau pernapasan bibir atau pernapasan diafragmatik abdomen bila diindikasikan 

Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan napas kecil, memberika pasien beberapa kontrol terhadap pernapasan, membantu menurunkan ansietas.
Obserfasi TTV (RR atau frekuensi permenit) 

Mengetahui keadekuatan frekuensi pernapasan dan keefektifan jalan napas

3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
  • Tujuan                  : Nafsu makan membaik.
  • Kriteria hasil         :
    • Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi 
    • Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam batas normal.
    • Intervensi dan Rasional :



Tindakan/intervensi
Rasional
Beri motivasi pada klien untuk mengubah kebiasaan makan.

Agar pasien mau memenuhi diet yang disarankan untuk kebutuhan nutrisi dalam metabolisme.
Sajikan makanan untuk klien semenarik mungkin.
Mengurangi anorexia pada pasien.
Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit.
Untuk mengetahui perkembangan asupan gizi klien melalui sampel darah.
Timbang berat badan pasien pada interval yang tepat.

Untuk mengetahui perkembangan klien dalam mempertahankan berat badan normal.
Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk klien.
Untuk bisa lebih tepat memberikan diet kepada pasien sesuai zat gizi dan kalori yang dibutuhkan.
Pertahankan kebersihan mulut yang baik.

Menambah nafsu makan dan membersihkan kuman-kuman yang ada dalam mulut, sehingga makanan yang klien makan akan terasa lebih nikmat.

4.      Intoleransi aktivitas berhubungan ketidak seimbangan antara suplai dan dengan oksigen
  • Tujuan                     : keseimbanagn antara suplai dan demand oksigen.
  • Kriteria hasil           : mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di tunjukkan dengan daya tahan, menunjukkan penghematan energi.
  • Intervensi dan Rasional :
Tindakan/ Intervensi
Rasional
Beri bantuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari
Ajarkan klien bagaimana meningkatkan rasa control dan mandiri dengan kondisi yang ada
Ajarkan klien bagaimana menghadapi aktifitas menghindari kelelahan dan berikan periode istirahat tanpa gangguan di antara aktifitaa
Istirahat memungkinkan tubuh memperbaiki energy yang digunakan selama aktifitas
Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai menu makanan pasien
Dengan ahli gizi,perawat dapat menentukan jenis-jenis makanan yang harus dikonsumsi untuk memaksimalkan pembentukan energy dalam tubuh pasien.






5.      Perubahan pola eliminasi urin b.d. Penurunan curah jantung.
  • Tujuan                     : mengembalikan pola eliminasi urin normal.
  • Kriteria hasil           : klien menunjukkan pola pengeluaran urin yang normal, klien menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang eliminasi urin.
  • Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi
Rasional
Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.

Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
Pantau/hitung keseimbangan intake dan output  selama 24 jam

Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan dieresis.
Pantau TD dan CVP (bila ada)

Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
Konsul dengan ahli diet.
Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.


E.     EVALUASI

Setelah dilakukan implementasi keperawatan, maka hal yang perlu di evaluasi dari tindakan yang telah kita lakukan yaitu :

1. Bersihan jalan nafas efektif .
2. Pertukaran gas yang Adekuat.
3. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan dapat terpenuhi.










DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif . 2012. Buku ajar keperawatan klien dengan gangguan system pernapasan. Jakarta: salemba medika
Boughman, Diane C & Hackley, Joann C.2000.Buku Saku Keperawatan Medical Bedah.Jakarta:EGC


No comments:

Post a Comment