KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Illahi Robbi, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis tidak terlepas dari bantuan pihak lain. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih pada semua pihak yang
telah menyumbangkan pikiran dan bantuan kepada penulis khususnya Dosen
Pembimbing mata kuliah SISTEM RESPIRASI.
Kami menyadari bahwa hasil
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis menerima
saran dan kritik dari para pembaca.
Akhirnya, penulis berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya untuk para
pembaca. Amiin.
Makassar, DESEMBER 2012
Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
BAB I : KONSEP DASAR UMUM…………………………………………..
a. Definisi
b. Etiologi
c. Manifestasi
klinik
d. Patofisiologi
e. Pemeriksaan
penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Patofladiogram
perubahan terhadap KDM
BAB
II : KONSEP DASAR KEPERAWATAN……………………………..
a. Pengkajian
b. Diagnose
keperawatan
c. Intervensi
& implementasi keperawatan
d. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A.
DEFINISI
Kor Pulmonal merupakan keadaan
hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau
struktur jaringan paru, tidak termasuk di dalamnya kelainan jantung kanan
akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau akibat pebyakit jantung
bawaan.
Koch
pulmonal atau di sebut juga dengan Korpulmonal adalah pembesaran ventrikel kanan
(hipertropi/ dilatasi) yang terjadi akibat penyakit yang menyerang struktur, fungsi paru
atau pembuluh darahnya.
Keadaan
patoogis dengan ditemukannya hipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh
kelainan fungsional dan struktural paru. (WHO, 1993).
B.
ETIOLOGI
Banyak penyakit yang berhubungan dengan hipoksemia dan
mempengaruhi paru-paru dapat menyebabkan cor pulmonal. Secara umum, penyakit
cor pul monal disebabkan oleh:
1.
Penyakit
paru yang merata
Terutama emfisema, brnkhitis kronik (salah satu deretan penyakit cronic obstructive pulmonary disease- COPD). Dan fribosis akibat tuberculosis.
Terutama emfisema, brnkhitis kronik (salah satu deretan penyakit cronic obstructive pulmonary disease- COPD). Dan fribosis akibat tuberculosis.
2.
Penyakit
pembuluh darah paru-paru
Terutama trombosis dan embolus paru-paru, fibrosis akibat penyinaran menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru- paru
Terutama trombosis dan embolus paru-paru, fibrosis akibat penyinaran menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru- paru
3.
Hipoventilasi
alveolar menahun
Adalah semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, misalnya :
a) Penebalan pleura bilateral
b) Kelainan neomuskuler, seperti polimielitis dan distrofi otot
c) Kiposkoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasita rongga trorak sehingga pergerakan thorak berkurang.
Adalah semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, misalnya :
a) Penebalan pleura bilateral
b) Kelainan neomuskuler, seperti polimielitis dan distrofi otot
c) Kiposkoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasita rongga trorak sehingga pergerakan thorak berkurang.
C. PATOFISIOLOGI
Diketahui bahwa setiap penyakit paru
yang mempengaruhi pertukaran gas, mekanisme ventilasi, atau jaringan vaskular
paru dapat mengakibatkan kor pulmonal.
Pembesaran
ventrikel kanan pada cor pulmonal merupakan fungsi pembesaran atau kopensasi
dari peningkatan dari afterload. Jika resistensi vaskuler paru-paru meningkat
dan tetap meningkat, seperti pada penyakit vaskuler atau paremkim paru-paru,
peningkatan curah jantung dan pengerahan tenaga fisis dapat meningkatkan
tekanan arteri pulmonalis secara bermagna. Afterload ventrikel kanan secara
kronis meningkat jika volume paru-paru membesar seperti pada penyakit COPD yang
dikarenakan danya pemanjangan pembuluh paru-paru dan kompresi kapiler alveolar.
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Informasi
yang didapat bisa berbeda-beda antara penderita yang satu dengan yang lain
tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan Koch pulmonal
- Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.
- Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).
- Cor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).
- Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.
Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi
berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena
olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah
menimbulkan gagal jantung kanan, gejala - gejala ini lebih berat. Edema dependen
dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar.perluasan hilus dapat di hitung dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis utama kanan dan kiri di bagi dengan diameter transversal toraks.perbandingan > 0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal.
Batang pulmonal dan hilus membesar.perluasan hilus dapat di hitung dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis utama kanan dan kiri di bagi dengan diameter transversal toraks.perbandingan > 0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal.
2. Elektrokardiogram
Kelainan pada elektrokardiogram yang sering di temukan pada
klien pada kor pulmonal menahun antara lain P pulmonal dilead II, III, dan AVF;
deviasi aksis ke kanan > 110 ; rasio R/S di V6 < 1 : gambaran rSR’ pada
V1; RBBB lengkap atau tidak lengkap ; R atau R’ yang tinggi pada V1 atau V3R;
dan T inverted pada sandaran perkordial. Elektrokardiogram normal tidak
menyingkirkan kemungkinan adanya kor pulmonal.
3. Magnetic resonance imaging (mri)
Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan,ketebalan dinding,volume kavitas,dan jumlah darah yang dipompa.
Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan,ketebalan dinding,volume kavitas,dan jumlah darah yang dipompa.
4. Biopsy paru-paru
Dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kolagen,artritis rheumatoid,dan granulomatosis wagener.
Dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kolagen,artritis rheumatoid,dan granulomatosis wagener.
5. Laboratotium Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan adanya polisitemia (Ht > 50%), tekanan oksigen (PaO2)
darah arteri < 60 mmHg,tekanan karbondioksida (PaO2) >50 mmHg.
F.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah untuk meningkatkan
ventilasi pasien dan mengobati penyakit yang melatar belakangi beserta
manisfestasi dari gagal jantungnya.
Penatalaksanaan medis secara umum :
1. Pada pasien dengan penyakit asal COPD : pemberian O2 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri pulmonal serts tahanan vaskuler pulmonal.
2. Higienis bronchial: diberikan obat golongan bronkodilator.
3. Jika terdapat gejala gagal jantung : perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.
4. Bedrest,diet rendah sodium,pemberian diuretik.
5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung,selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.
Selain hal tersebut di atas, dianjurkan pula perawatan yang dilakukan di rumah (home care) karena penatalaksanaan dari penyakit ini berhubungan dengan pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkan, dan biasanya dalam jangan waktu yang lama. Pasien dengan COPD dianjurkan untuk menghindari allergen yang dapat mengiritasi jalan napas.
Penatalaksanaan medis secara umum :
1. Pada pasien dengan penyakit asal COPD : pemberian O2 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri pulmonal serts tahanan vaskuler pulmonal.
2. Higienis bronchial: diberikan obat golongan bronkodilator.
3. Jika terdapat gejala gagal jantung : perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.
4. Bedrest,diet rendah sodium,pemberian diuretik.
5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung,selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.
Selain hal tersebut di atas, dianjurkan pula perawatan yang dilakukan di rumah (home care) karena penatalaksanaan dari penyakit ini berhubungan dengan pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkan, dan biasanya dalam jangan waktu yang lama. Pasien dengan COPD dianjurkan untuk menghindari allergen yang dapat mengiritasi jalan napas.
G. KOMPLIKASI
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratory.
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratory.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali terlihat.
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali terlihat.
H.
PENYIMPANGAN
KDM
BAB
II
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Anamnesa,meliputi:
1. Identitas pasien
Ø Kor pulmonal dapat terjadi pada
orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk orang dewasa, kasus yang paling sering
ditemukan adalah pada lansia karena sering didapati dengan kebiasaan merokok
dan terpapar polusi. Hal ini di dasarkan pada epidemiologi penyakit-penyakit
yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal merupakan dampak
dari beberepa penyakit yang menyerang paru-paru.
Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi saluran
napas atas seperti hipertrofi tonsil
dan adenoid.
Ø Jenis pekerjaan yang dapat menjadi
resiko terjadinya kor pulmonal adalah para pekerja yang sering terpapar polusi
udara dan kebiasaan merokok yang tinggi.
Ø Lingkungan tempat tinggal yang dapat
menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah lingkungan yang dekat daerah
perindustrian, dan kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan runmah yang
sehat. Contohnya ventilasi rumah yang kurang baik,hal ini akan semakin memicu
terjadinya penyakit-penyakit paru dan berakibat terjadinya kor pulmonal.
2. Riwayat Kesehatan
a)
Keluhan
utama
Pasien dengan kor pulmonal sering
mengeluh sesak,dan nyeri dada
b)
Riwayat
penyakit saat ini
Pada pasien kor pulmonal, biasanya
akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang
tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut.
Penyebab kelemahan fisik setelah
melakukan aktifitas ringan sampai berat.
v Seperti apa kelemahan melakukan
aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak nafas.
v Apakah kelemahan fisik bersifat
local atau keseluruhan system otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan
dalam melakukan pergerakan.
v Bagaimana nilai rentang kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
v Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas,
seberapa lamanya kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat
ataupun saat beraktifitas
c)
Riwayat
penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya
memilki riwayat penyakit seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien dengan
riwayat hipertensi pulmonal.
d).
Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana
cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
B. PEMERIKSAAN
FISIK
a.
B1
(BREATH)
ü Pola napas : irama tidak teratur
ü Jenis: Dispnoe
ü Suara napas: wheezing
ü Sesak napas (+)
b.
B2
(BLOOD)
Ø Irama jantung : ireguler s1/s2
tunggal (-)
Ø Nyeri dada (+)
Ø Bunyi jantung: murmur
Ø CRT : tidak terkaji
Ø Akral : dingin basah
c.
B3
(BRAIN)
v Penglihatan(mata)
o Pupil : tidak terkaji
o Selera/konjungtiva : tidak terkaji
v Gangguan pendengaran/telinga: tidak
terkaji
v Penciuman (hidung) : tidak terkaji
v Pusing
v Gangguan kesadaran
2.4
B4 (BLADDER)
Urin:
o Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg
BB/jam
o Warna : kuning pekat
o Bau : khas
Oliguria
2.5 B5 (BOWEL)
· Nafsu makan : menurun
· Mulut dan tenggorokan : tidak
terkaji
· Abdomen : asites
· Peristaltic : tidak terkaji
2.6.
B6 (BONE)
§ Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
§ Kekuatan otot : lemah
§ Turgor : jelek
§ Edema
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Gangguan pertukaran gas yang b.d. hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
- Ketidakefektifan pola napas b.d. sempitnya lapang respirasi dan penekanan toraks.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
- Intoleransi aktifitas yang b.d. kelemahan fisik dan keletihan.
- Perubahan pola eliminasi urin b.d. oliguria.
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
- Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
- Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk keperluan tubuh.
- Kriteria hasil :
- Klien tidak mengalami sesak napas.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda sianosis.
- Pao2 dan paco2 dalam batas normal
- Saturasi O2 dalam rentang normal
- Intervensi dan Rasional :
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau
frekuensi, kedalaman pernapasan.Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir,
tidak mampuan bicara/ berbincang.
|
Berguna
dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya proses
penyakit.
|
Tinggikan
kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk
bernapas. Dorong nafas perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan atau
toleransi individu.
|
Pengiriman
oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas.
|
Awasi
secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
|
Sianosis
mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar
bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan diagnosis sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
|
Dorong
mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
|
Kental,
tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada
jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
|
Auskultasi
bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi tambahan.
|
Bunyi
nafas mugkin redup karena aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi
mengindikasikan secret. Krekel basah menyebar menunjukkan cairan pada
intertisial/dekompensasi jantung.
|
Palpasi
fremitus.
|
Penurunan
getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
|
Awasi
tingkat kesadaran/ status mental. Selidiki adanya perubahan.
|
Gelisah
dan ansietas adalah manifestasi umum pada hypoxia, GDA memburuk disertai
bingung/ somnolen menunjukkan disfungsi sersbral yang berhubungan dengan
hipoksemia.
|
Evaluasi
tingkat toleransi aktifitas. Berikan lingkungan yang tenang dan kalem. Batasi
aktifitas pasien atau dorong untuk tidur/ istirahat dikursi selama fase akut.
Mungkinkan pasien melakukan aktifitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.
|
Selama
distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu
melakukan aktifitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat
diselingi aktifitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun,
program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
|
Awasi
tanda vital dan irama jantung
|
Tachycardia,
disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.
|
Kolaborasi
|
Paco2
biasanya meningkat (bronchitis, enfisema) dan pao2 secara umum menurun,
sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar.
Catatan: paco2 “normal” atau meningkat menandakan kegagalan pernapasan yang
akan datang selama asmatik.
|
b.
Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi
pasien.
|
Dapat
memperbaiki/mencegah memburuknya hypoxia. Catatan: emfisema kronis, mengatur
pernapasan pasien ditentukan oleh kadar CO2 dan mungkin dieluarkan dengan
peningkatan pao2 berlebihan.
|
|
Digunakan
untuk mengontrol ansietas/gelisah yang meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan,
eksaserbasi dispnea. Dipantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas.
|
d.
Bantu instubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik,dan pindahkan UPI
sesuai instruksi pasien.
|
Terjadinya/kegagalan
nafas yang akan datang memerlukan penyelamatan hidup.
|
2.
Ketidakefektifan pola napas b.d.
Hipoksia.
- Tujuan :
- o Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan normal
- Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
- Kriteria hasil :
- o Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif.
- o Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda lain distress pernapasan
- Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Berikan
posisi fowler atau semi fowler
|
Memaksimalkan
ekspansi paru, menurunkan kerja pernapasan, dan menurunkan resiko aspirasi
|
Ajarkan
teknik napas dalam dan atau pernapasan bibir atau pernapasan diafragmatik
abdomen bila diindikasikan
|
Membantu
meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan napas kecil, memberika pasien
beberapa kontrol terhadap pernapasan, membantu menurunkan ansietas.
|
Obserfasi
TTV (RR atau frekuensi permenit)
|
Mengetahui
keadekuatan frekuensi pernapasan dan keefektifan jalan napas
|
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan (energi lebih
banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih
cepat).
- Tujuan : Nafsu makan membaik.
- Kriteria hasil :
- Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi
- Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam batas normal.
- Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Beri
motivasi pada klien untuk mengubah kebiasaan makan.
|
Agar
pasien mau memenuhi diet yang disarankan untuk kebutuhan nutrisi dalam
metabolisme.
|
Sajikan
makanan untuk klien semenarik mungkin.
|
Mengurangi
anorexia pada pasien.
|
Pantau
nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit.
|
Untuk
mengetahui perkembangan asupan gizi klien melalui sampel darah.
|
Timbang
berat badan pasien pada interval yang tepat.
|
Untuk
mengetahui perkembangan klien dalam mempertahankan berat badan normal.
|
Diskusikan
dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk klien.
|
Untuk
bisa lebih tepat memberikan diet kepada pasien sesuai zat gizi dan kalori
yang dibutuhkan.
|
Pertahankan
kebersihan mulut yang baik.
|
Menambah
nafsu makan dan membersihkan kuman-kuman yang ada dalam mulut, sehingga
makanan yang klien makan akan terasa lebih nikmat.
|
4.
Intoleransi
aktivitas berhubungan ketidak seimbangan antara suplai dan dengan oksigen
- Tujuan : keseimbanagn antara suplai dan demand oksigen.
- Kriteria hasil : mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di tunjukkan dengan daya tahan, menunjukkan penghematan energi.
- Intervensi dan Rasional :
Tindakan/
Intervensi
|
Rasional
|
Beri
bantuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari
|
Ajarkan
klien bagaimana meningkatkan rasa control dan mandiri dengan kondisi yang ada
|
Ajarkan
klien bagaimana menghadapi aktifitas menghindari kelelahan dan berikan
periode istirahat tanpa gangguan di antara aktifitaa
|
Istirahat
memungkinkan tubuh memperbaiki energy yang digunakan selama aktifitas
|
Kolaborasi
dengan ahli gizi mengenai menu makanan pasien
|
Dengan
ahli gizi,perawat dapat menentukan jenis-jenis makanan yang harus dikonsumsi
untuk memaksimalkan pembentukan energy dalam tubuh pasien.
|
5.
Perubahan
pola eliminasi urin b.d. Penurunan curah jantung.
- Tujuan : mengembalikan pola eliminasi urin normal.
- Kriteria hasil : klien menunjukkan pola pengeluaran urin yang normal, klien menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang eliminasi urin.
- Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Pantau
pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
|
Pengeluaran
urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi
terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan
selama tirah baring.
|
Pantau/hitung
keseimbangan intake dan output selama 24 jam
|
Terapi
diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan
(hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
|
Pertahakan
duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
|
Posisi
tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan dieresis.
|
Pantau
TD dan CVP (bila ada)
|
Hipertensi
dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan
terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
|
Kaji
bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
|
Kongesti
visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
|
Konsul
dengan ahli diet.
|
Perlu
memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori
dalam pembatasan natrium.
|
E.
EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi keperawatan, maka hal yang perlu di evaluasi dari tindakan yang telah kita lakukan yaitu :
1. Bersihan jalan nafas efektif .
2. Pertukaran gas yang Adekuat.
3. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan dapat terpenuhi.
Setelah dilakukan implementasi keperawatan, maka hal yang perlu di evaluasi dari tindakan yang telah kita lakukan yaitu :
1. Bersihan jalan nafas efektif .
2. Pertukaran gas yang Adekuat.
3. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,
Arif . 2012. Buku ajar keperawatan klien dengan gangguan system pernapasan.
Jakarta: salemba medika
Boughman,
Diane C & Hackley, Joann C.2000.Buku Saku Keperawatan Medical
Bedah.Jakarta:EGC
No comments:
Post a Comment