KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puji
syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia – Nya, kami
dapat menyelesaikan Makalah ini yang membahas tentang Asuhan Keperawatan
(ASKEP) pada penyakit CEDERA KEPALA. Maksud penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas
dari Ns.ABU
Dalam
menyelesaikan tugas ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan pemikiran atau dalam bentuk apapun.
Kami sadar
bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak agar kami bisa meningkatkan dalam
membuat makalah selanjutnya. Semoga apa yang ada didalamnya bermanfaat bagi
semua. Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Makassar, 2 JANUARI 2017
ZULFI PRINT
BAB I
KONSEP
DASAR UMUM
A. DEFENISI
Trauma kepala
adalah suatu trauma yang mengenai kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang
terjadi akibat injuri baik secara langsung maupun tidak langsungpada kepala.
Suatu gangguan
traumatic dari fungsi otak yang ditandai / tanpa disertai perdarahan
interstitial dalam substansi otak, tanpa diikuti terputusnyakontinuitas
jaringan otak.
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow
( SKG ) :
a.
Minor ( SKG 13-15 )
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau
amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada
fraktur cerebral, hematoma.
b.
Sedang ( SKG 9-12 )
Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih
dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.
Dapat mengalami fraktur tengkorak
c.
Berat ( SKG 3-8 )
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi
amnesia lebih dari 24 jam
Juga meliputi kontusio serebral,
laserasi, atau hematoma intrakranial.
B. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari cedera kepala
karena :
v
Kecelakaan lalu lintas
v
Kecelakaan olah raga
v
Penganiayaan
v
Tertembak
v
Jatuh
v
Cedera akibat kekerasan
C. PATOFISIOLOGI
Cedera memang peranan yang sangat besar dalam menentukan
berat ringannya konsekuensi dari patofisiologis dari suatu trauma kepala.
Cedera percepatan ( aselerasi ) terjadi jika benda yang sedang bergerak
membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau
karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan ( deselerasi ) adalah
jika kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan
mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila
terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung. Seperti yang terjadi
bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi
dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan
robekan pada substansi alba dan batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu
benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba,
cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat,
cedera
sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi
atau tak ada pada area cedera.
Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume
darah) pada area
peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua
menimbulkan
peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial
(TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi
hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
Genneralli dan kawan-kawan
memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan “menyebar” sebagai kategori cedera
kepala berat pada upaya untuk menggambarkan
hasil
yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi kontusio
serebral dan hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan
oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar
dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam empat
bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak
menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak.
D.
TANDA
DAN GEJALAH
v Hilangnya
kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
v Kebungungan
v Iritabel
v Pucat
v Mual
dan muntah
v Pusing
kepala
v Terdapat
hematoma
v Kecemasan
v Sukar
untuk dibangunkan
v Bila
fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea)
dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
E.
KOMPLIKASI
v Hemorrhagie
v Infeksi
v Edema
v Herniasi
F.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
v Laboratorium:
darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)
v Foto
rontgen kepala /lateral kanan dan kiri untuk mengetahui adanya fraktur
tulang
tengkorak.
v Foto
rontgen cervikal untuk mengeatahui adanya fraktur pada tulang leher.
v CT
scan otak untuk mengetahui adanya perdarahan pada otak.
v EEG
untuk merekam aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh.
G.
PENATALAKSANAAN
Secara
umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai
berikut:
v Observasi
24 jam
v Jika
pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
v Berikan
terapi intravena bila ada indikasi.
v Anak
diistirahatkan atau tirah baring.
v Profilaksis
diberikan bila ada indikasi.
v Pemberian
obat-obat untuk vaskulasisasi.
v Pemberian
obat-obat analgetik.
v Pembedahan
bila ada indikasi
Penatalaksanaan
pada pasien cidera kepala juga dapat dalakukan dengan cara:
a) Pada
semua pasien dengan cedera kepala / leher, lakukan foto tulang belakang
servikal kolar servikal baru dilepas
setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1 – C7 normal.
b) Pada
semua pasien dengan cedera kepala sedang berat, lakukan prosedur berikut :
Pasang
infuse dengan larutan normal salin (Nacl 0,9 %) / Larutan Ringer RL dan
larutan
ini tidak menambah edema cerebri.
c) Lakukan C1 Scan, pasien dengan cedera kepala
ringan, sedang dan berat harus di
evaluasi adanya :
v Hematoma
epidural
v Darah
dalam subaraknoid dan infra ventrikel
v Kontusio
dan perdarahan jaringan otak
v Edema
cerebri
v Obliteri
sisterna perimesensefalik
d)
Pada pasien yang koma
v Elevasi
kepala 30 o
v Hiperventilasi
: Intubasi dan berikan ventilasi mandotorik intermitten dengan kecepatan 16 – 20 kali/menit dengan volume
tidal 10 – 12 ml/kg
v Berikan
manitol 20 % 19/kg intravena dalam 20-30 menit.
v Pasang
kateter foley
v konsul
bedah syaraf bila terdapat indikasi operasi.
BAB II
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. Identtitas pasien
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Diagnosa
medik :
Tanggal
masuk :
Tanggal
pengkajian :
2. Riwayat
Kesehatan
Riwayat
kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status
kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
3. Data
Fisik
a. Aktifitas atau istirahat
Adanya kelemahan
/kelelahan, kaku, hilang keseimbangan.
Kesadaran menurun, kelemahan
otot /spasma.
b. Peredaran Darah /Sirkulasi
Tekanan darah normal
/berubah (Hypertensi), denyut nadi : ( Bradikardi, tachukardi, dystitmia).
c. Eliminasi
Verbal tidak dapat
menahan BAK dan BAB
Blader dan bowel
Incontinentia.
d. Makanan
atau cairan
Mual atau muntah.
Muntah yang memancar
/proyektil, masalah kesukaran menelan.
e. Persyarafan
/Neurosensori
Pusing, kehilangan
kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian.
Perubahan pada
penglihatan.
Gangguan pengecapan dan
juga penciuman.
Kesadaran menurun bisa
sampai coma, perubahan status mental.
f. Kenyamanan
/Nyeri
Nyeri kepala yang
bervariasi tekanan dan lokasi nyerinya, agak lama.
Wajah mengerut, respon
menarik diri pada rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah.
g. Pernapasan
Perubahan pola nafas,
stridor, ronchi.
h. Pengkajian
Keamanan
Ada riwayat kecelakaan.
Terdapat trauma
/fraktur /distorsi, perubahan penglihatan, kulit.
Ketidaktahuan tentang
keadaannya, kelemahan otot-otot, paradise, demam.
i.
Konsep diri
Adanya perubahan
tingkah laku (tenang /dramatis).
Kecemasan, berdebar,
bingung, dellirium.
j.
Interaksi sosial
Afasia motorik
/sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri
b/d trauma kepala.
Ø Tujuan
: klien akan merasa nyaman Dg k/h klien tidak mengeluh nyeri, & tanda vital
dalam batas normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji
keluhan nyeri menggunakan
skala nyeri.
2. Mengatur posisi sesuai kebutuhan anak
3. untuk mengurangi nyeri.
4. Kurangi rangsangan.
5. Pemberian obat
analgetik sesuai dengan program.
6. Ciptakan lingkungan yang nyaman
termasuk tempat tidur.
7. Berikan sentuhan
terapeutik, lakukan
distraksi dan
relaksasi.
|
1. Mengkaji skala nyeri u/ mengeahui seberapa
nyeri yg di alami klien
2. Posisiyg sesuai
akan mengurangi nyeri pd klien.
3. Rangsangan akan
dpt membuat nyeri lebih terasa
4. Obat anelgetik digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri
5.Lingkungan yg nyamana kan membuat
6. klien terasa lebih
nyaman.
7. Sentuhan terapeutik dapat mengurangi rasa
nyeri.
|
2. Resiko
tidak efektifnya jalan nafas & tidak efektifnya pola nafas b/d gagal nafas,
adanya sekresi, gangguan fungsi pergerakan,
dan meningkatnya tekanan intrakranial.
Ø Tujuan
: Pola nafas dan bersihan jalan nafas efektif Dg k/h tidak ada sesak atau
kesukaran bernafas, jalan nafas bersih, dan
pernafasan dalam batas normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji Airway, Breathing, Circulasi.
2. Kaji
klien, apkah ada fraktur servikal & vertebra. Bila ada hindari
memposisikan kepala ekstensi & hati2 dalam mengatur posisi bila ada
cedera vertebra.
3. Pastikan
jalan nafas tetap terbuka & kaji adanya sekret. Bila ada sekret segera lakukan
pengisapan lendir.
4. Kaji
status pernafasan kedalamannya, usaha dlm bernafas.
5. Bila tidak ada fraktur servikal berikan posisi
kepala sedikit ekstensi dan tinggikan 15 – 30 derajat.
6. Pemberian oksigen sesuai program.
|
1. Untuk
mengetahui pernafasan klien
2. Posisi yg salah pd
klien fraktur akan
membuat klien tidak nyaman dan sedikit kesulitan
dlm bernapas.
3. Pengisapan lendir dilakukan untuk
mempermudah jalan napas.
4. Status
pernapasan dikaji untuk
mengetahui pola napas klien.
5. Posisi
dg kepala sedikit ekstensi akan membuat klien bernapas dg baik.
6. Pemberian oksigen u/ memenuhi
kebutuhan oksigen klien.
|
3. Resiko
kurangnnya volume cairan b/d mual dan muntah.
Ø Tujuan
:Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan volume cairan atau dehidrasi yang dg
k/h membran mukosa lembab, integritas kulit baik, dan nilai elektrolit dalam
batas normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji intake dan out put.
2. Kaji tanda2 dehidrasi: turgor kulit,
membran mukosa, dan
ubun-ubun atau
mata cekung dan out
put urine.
3. Berikan klien banyak minum.
4. Berikan cairan intra vena sesuai
Program.
|
1. Untuk
mengetahui intake & output cairan klien.
2. Mengetahui tanda2 jika klien mengalami
dehidrasi.
3.
Banyak minum u/ mengganti cairan yg hilang.
4.
Untuk memenuhi cairan klien.
|
4. Perubahan
perfusi jaringan serebral b/d edema serebral & peningkatan tekanan
intrakranial.
Ø Tujuan
: Perfusi jaringan serebral adekuat dg k/h tidak ada pusing hebat, kesadaran tidak
menurun, & tidak terdapat tanda2 peningkatan tekanan intrakranial.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Tinggikan posisi kepala 15 – 30 derajat dengan
posisi “midline.
2. Hindari
hal2 yg dapat menyebabkan
Terjadinya peningkatan tekanan intrakranial.
3. Pembalikan
posisi dari samping ke
samping
4. Bila
akan memiringkan klien, harus
menghindari adanya tekukan pada
anggota badan, fleksi.
5. Berikan pelembek
tinja.
6. Ciptakan lingkungan yang tenang.
7. Pemberian obat2an sesuai program.
8.
Lakukan pemasangan NGT bila indikasi untuk mencegah aspirasi dan
pemenuhan nutrisi.
|
1. Untuk
menurunkan tekanan vena
jugularis.
2.
Peningkatan tekanan intrakranial dpt merubah perfusi jaringan
serebral.
3.
Perubahan posisi akan memberi rasa klien lebih nyaman.
4. Tekukan dihindari agar tidak terjadi rasa
nyeri pd klien.
5.
Pelembek tinja untuk mencegah adanya valsava maneuver.
6. Lingkungan
yg nyaman akan member rasa lebih nyaman pd klien.
7. Obat2an u/ mengurangi edema/ tekanan intrakranial
sesuai program.
8. Pemasangan NGT u/ mencegah terjadinya aspirasi
dan memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
|
5. Kurangnya
perawatan diri b/d tirah baring dan menurunnya kesadaran.
Ø Tujuan
: Kebutuhan sehari2 klien terpenuhi dg k/h BB stabil, tempat tidur bersih,
tubuh klien bersih, tidak ada iritasi pada kulit, BAB/BAK dpt dibantu.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Bantu
klien dalam memenuhi kebutuhan sehari2
2. Berikan
makanan via parenteral bila ada indikasi.
3.
Perawatan kateter bila terpasang.
4. Kaji
adanya konstipasi, bila perlu
pemakaian pelembek tinja untuk memudahkan BAB.
5.L ibatkan keluarga dalam perawatan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
|
1. Untuk
memnuhi kebutuhan sehari2 klien.
2. Makanan
via parenteral u/ memenuhi nutrisi klien.
3. Kateter yg bersih akan membuat klien lebih
nyaman.
4. Konstipasi akan membuat klien merasa tidak
nyaman.
5. Agar
kebutuhan sehari2 klien terpenuhi.
|
C.
IMPLEMENTASI
Implementasi
dilakukan berdasarkan pengkajian diagnosa keperawatan dan
intervensi.
D.
EVALUASI
Evaluasi
dilakukan berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi dan
implementasi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer ,
zusanne C. 2001 buku ajar keperawatan medical bedah. EGC, Jakarta.
http://zulfiprint19.blogspot.com/
Arif, mansjoer,
dkk, 2000.kapita selekta kedokteran. Media aesculpius, Jakarta.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA !!! SEMOGA KARYA SAYA WAKTU STUDY S1 KEPERAWATAN INI BERMANFAAT BAGI ADE2.... SUKSES SELALU :) SALAM KENAL :)
JANGAN LUPA INVITE BBM KAMI YAH :)
No comments:
Post a Comment