DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
BAB I : KONSEP DASAR UMUM…………………………………………..
a. Definisi
b. Etiologi
c. Manifestasi
klinik
d. Patofisiologi
e. Pemeriksaan
Diagnostik
f. Patofladiogram
perubahan terhadap KDM
BAB II :
KONSEP DASAR KEPERAWATAN……………………………..
a. Pengkajian
b. Diagnose
keperawatan
c. Intervensi
d. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Illahi Robbi, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan pihak lain. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih pada
semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan bantuan kepada penulis
khususnya Dosen Pembimbing mata kuliah SISTEM NEUROBEHAVIOUR.
Kami
menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis menerima saran dan kritik dari para pembaca.
Akhirnya,
penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan
umumnya untuk para pembaca. Amiin.
Makassar, 2 JANUARI 2017
Penyusun
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A.
DEFENISI
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput
meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses
infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan
oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,
Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
B.
ETIOLOGI
Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita
Faktor maternal :
ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri
yang berhubungan dengan sistem persarafan.
C.
MANIFESTASI
KLINIS
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan
TIK :
3.
Iritasi meningen
mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ).
Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot
leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien
dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien
di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi
pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama
terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4.
Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada
cahaya.
5.
Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan
peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda
perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan
bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan
tingkat kesadaran.
6.
Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis
meningokokal.
7.
Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok
dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
D.
PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi
dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan
medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup
infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit
dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga
bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena
meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran
darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks,
yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula
spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang
terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak
(barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal
akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien
ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya
hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus.
E.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.
Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial :
tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein
meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan
bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan
protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan
prosedur khusus.
2.
Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3.
LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan
neutrofil ( infeksi bakteri )
5.
Elektrolit darah : abnormal .
6.
ESR/LED : meningkat pada meningitis
7.
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat
mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8.
MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi,
melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9.
Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber
infeksi intra kranial.
F.
PENYIMPANGAN
KDM
BAB
II
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas Klien
Mencakup data umum dan identitas penanggung
Mencakup data umum dan identitas penanggung
2.
Riwayat kesehatan yang lalu
·
Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
·
Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
·
Pernahkah operasi daerah kepala ?
3.
Riwayat kesehatan sekarang
·
Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak
(malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
·
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat
kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan
nadi berat, takikardi, disritmia.
·
Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau
retensi.
·
Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan,
sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa
kering.
·
Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap
semua kebutuhan perawatan diri.
·
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia,
terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi.
·
Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut
hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
·
Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau
paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
B.
DIAGNOSA
ü Resiko tinggi terhadap penyebaran
infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari pathogen.
ü Risiko tinggi terhadap perubahan
serebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
ü Risisko tinggi terhadap trauma
sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo.
ü Nyeri (akut) sehubungan dengan
proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
ü Kerusakan mobilitas fisik sehubungan
dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan.
ü Anxietas berhubungan dengan krisis
situasi, ancaman kematian.
C.
INTERVENSI
ü Resiko
tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari
patogen.
Mandiri
- Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
- Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
- Pantau suhu secara teratur
- Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus
- Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nfas dalam
- Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )
Kolaborasi
- Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
ü Resiko
tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema
serebral, hipovolemia.
Mandiri
- Tirah baring dengan posisi kepala datar.
- Pantau status neurologis.
- Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
- Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.
- Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
Kolaborasi
- Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
- Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
- Pantau BGA.
- Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen.
ü Resiko
tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum
vertigo.
Mandiri
- Pantau adanya kejang.
- Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan.
- Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
ü Nyeri
(akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
Mandiri
- Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
- Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi).
- Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
- Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.
Kolaborasi
- Berikan anal getik, asetaminofen, codein
ü Kerusakan
mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
- Kaji derajat imobilisasi pasien.
- Bantu latihan rentang gerak.
- Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
- Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udara atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fungsional.
- Berikan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi.
ü Perubahan
persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
- Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses pikir.
- Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
- Observasi respons perilaku.
- Hilangkan suara bising yang berlebihan.
- Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
- Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
- Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.
ü Ansietas
sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
- Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
- Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
- Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
- Libatkan keluarga/pasien dalam
perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.
D.
EVALUASI
Hasil yang
diharapkan
v Mencapai masa penyembuhan tepat
waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
v Mempertahankan tingkat kesadaran
biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
v Tidak mengalami kejang/penyerta atau
cedera lain.
v Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
v Mencapai kembali atau mempertahankan
posisi fungsional optimal dan kekuatan.
v Tampak rileks dan melaporkan
ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Harsono.(1996).Buku Ajar
Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Ø Smeltzer, Suzanne C &
Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia,
Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
https://zulfiprint19.blogspot.co.id/
Ø Tucker, Susan Martin et al. Patient
care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa
Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.
Ø Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology
: Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4.
Jakarta : EGC; 1994.
Ø Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
No comments:
Post a Comment