Visitor

Sunday, February 19, 2017

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS "SISTEM RESPIRASI" TUGAS KEPERAWATAN




LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

I. KONSEP DASAR MEDIS
A.    DEFENISI
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronkhitis dapat bersifat akutmaupun kronis. ( manurung,2008 )
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus.(Muttaqin,2008)
Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang terhirup. (Chang, 2010)

B.     ETIOLOGI
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkhitis, yaitu : rokok, infeksi dan polusi. Selain   itu terdapat pula hubungannya dengan faktor keturunan dan status sosial
a. Rokok
Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkotriksi akut
b. Infeksi
Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi palingbanyak adalah hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
c. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkhitis adalah zat-zat pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid,ozon.
d. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defesiensi alfa -1- antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
e. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk
( manurung, 2008 )

C.    PATOFISIOLOGI
 Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Adanya iritasi yang terus    menerus menyebabkan kelenjar-kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus. Alveoli yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan dan membentuk fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan klien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkhial lebih lanjut  dapat terjadi perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat terjadi perubahan paru yang irreversible. Hal tersebut kemungkinan mangakibatkan emfisema dan bronkiektatis. (manurung, 2008) 

D.    MANIFESTASI KLINIK
Bronchitis akut
a.       Batuk sering kering, pendek, tidak produktif
b.      Dalam beberapa hari, batuk menjadi produktif dan sputum berubah menjadi jernih ke porulen, biasanya dari 5-10 hari
c.       Nyeri terbakar dada depan sering ada & dpt diperjelek o/ batuk
d.      Pada dahak yang mukoid (kental) susah ditemukan mungkin dahak berwarna kuning kental
e.       Pada beberapa hari I tidak terdapat kelainan pd px dada, kmd dapat timbul ronki basah kasar & suara nafas kasar
f.       nyeri dada, nafas pendek
g.      Rasa mencekik pada saat sekresi kadang disertai muntah
h.      Malaise
Bronchitis kronis
·         Gejala utamanya adalah batuk dengan/ tanpa riak.
·         Keluhan nyeri dada dan secara khas dan gejala menjelek pada malam hari.
·         Dapat juga menonjol, tanda-tanda fisik Bronchitis akut.

E.     TES DIAGNOSTIK
Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkhitis kronik adalah meliputi rontgen thoraks, analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar gas darah arteri. (manurung, 2008 )

·         Pemeriksaan fungsi paru
Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas. 

·         Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi O2 lebih dari 90%.

·         Pemeriksaan radiologis
 Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.

·         Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru.
 Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian :
ü  Lapisan teratas agak keruh
ü   Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
ü  Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak (celluler debris). (mutaqin, 2008)

F.     PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan umum pada bronkhitis kronik bertujuan untuk memperbaiki kondisi tubuh penderita, mencegah perburuan penyakit, menghindari faktor resiko dan mengenali sifat penyakit secara lebih baik. Disamping itu tujuan utama pengobatan adalah untuk menjaga agar bronkiolus terbuka dan berfungsi, sehingga memudahkan pembuangan sekresi bronkhial, mencegah infeksi dan kecacatan. Perubahan pola sputum ( sifat, warna, jumlah dan ketebalan ) dan pola bentuk merupakan hal yang perlu diperhatikan.infeksi bakteri tambuh diobati dengan terapi antibiotika berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitifitas.
2.      Terapi bronkodilator berguna untuk menghilangkan bronkospasmo dan mengurangi obstruksi jalan nafas sehingga oksigen lebih banyak didistribusikan keseluruh bagian paru dan fentilasi alveolar diperbaiki.dreinasepostular dan perkusi dada setelah pengobatan biasanya sangat membantu terutama jika terdapat bronkiektasis.
3.      Pemberian cairan peroral maupun parenteral jika terjadi bronkospasme berat merupakan tindakan sangat penting. pemberian terapi cairan sangat menbantu dalam mengencerkan sekresi sehingga mudah dikeluarkan dengan membatukkan. pemberian kortikos teroit diberikan jika tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keberhasilan terhadap pengobatan konserfatif. klien harus berhenti merokok, karena rokok dapat menyebabkan bronkokontriksi, melumpuhkan silia yang berperan dalam membuang partikel yang mengiritasi serta menginaktifkan surfaktan yang berfungsi untuk mengembangkan paru. perokok juga lebih rentang terhadap infeksi bronchial.
( manurung, 2008 )

G.    KOMPLIKASI
Komplikasi bronchitis dapat berupa terjadinya korpulmonale, gagal jantung kanan dan gagal pernapasan. (manurung, 2008 )
Beberapa komplikasi yang ditemukan pada bronkhitis adalah:
1.      Emfisema
Emfisema adalah akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus alveoli yang disertai dengan kerusakan dari sel pernapasan.

2.      Kor pulmonale
Kor pulmonale didefinisikan sebagai suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang dihubungkan dengan kelainan fungsi paru atau struktur paru atau keduannya.
3.      Polisitemia
Adanya batuk,sputum,dan tanda-tanda hipoksemia pada blublotter.eksaserbasi akut disebabkan oleh infeksi.pada auskultasi terdapat ronki basah,baik pada ekspirasi maupun inspirasi.sesak nafas dan weizing atau mengi merupakan tanda utama dari bronkhitis. bila sudah terdapat komplikasi kor pulmonale,maka proknosis dari penyakit ini sudah buruk. (Rab, 1996) 

H.    PROGNOSIS
·         Bronchitis akut : baik
·         Bronchitis kronis :sering kambuh

H. PENYIMPANGAN KDM BRONKHITIS



II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Keluhan utama pada klien dengan bronchitis meliputi batuk kering dan produktif dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh da[at mencapai >40 oC, dan sesak napas.
2. Riwayat kesehatan
·         Keluhan utama:
Batuk persisten,produksi sputum seperti warna kopi,disnea dalam beberapa keadaan,weizing pada saat ekspirasi,sering mengalami infeksi pada system respirasi.
·         Riwayat kesehatan dahulu:
Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 th.dan paling sedikitdalam 2 th berturut-turut.adanya riwayat merokok.
·         Riwayat kesehatan keluarga:
Penelitian terahir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit pernafasan lebih sering dan lebih berat serta prefalensi  terhadap gangguan pernapasan lebih tinggi.selain itu,klien yang tidak merokok tetepi tinggal dengan perokok(perokok pasif) mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah.dari keterangan tersebut untuk penyakit familial dalam hal ini bronchitis mungkin berkaitan dengan polusi udara rumah,dan bukan penyakit yang diturunkan. (mutaqin,2008
3. Pemeriksaan fisik
·         Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien dengan bronchitis biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40 drajat celcius, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, serta biasanya tidak ada masalah dengan tekanan darah.
·         B1 (breathing)
Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronchitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/ tong. Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
Palapasi
Taktil fremitus biasanya normal.
Perkusi
Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka suara napas melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar abses, maka akan terdengar suara napas bronchial dan ronkhi basah.
·         B2 (blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
·         B3 (brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang serius.
·         B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan, oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda awal dari syok.
·         B5 (bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan penurun berat badan.
·         B6 (bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. (Muttaqin, Arif.2008)
4.Terapi medis
Pengobatan yang utama ditujukan untuk mencegah dan mengkontrol infeksi serta meningkatkan dreinase bronchial.pengobatan yang diberikan berupa:
ü  Antimicrobial;
ü    Bronkodilator;
ü   Aerosolizet nebulizer; dan
ü   intervensi bedah. (Irman, 2009)
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksisputum dan bronkospasme
2.      Gangguan pertukaran gas dengan perubahan suplai oksigen
3.      Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dananoreksia
4.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit bronchitis dan perawatannyaberhubungan dengan kurangnya informasi
5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen.
C.    INTERVENSI
No DX
Tujuan/kriteria hasil
Intervensi
1 &2
Pasien bisa menunjukanjalan nafas yang efektif dengan criteria:- Bunyi napas bersih- Tidak ada dipsnea- Bunyi napas dan frekuensi napas normal
  1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, dan geakan dada
  2. Auskultasi area paru, catat adanya perubahan aliran udara dan adanya bunyi napas ronkhi, mengi,dan kreker
  3. Lakukan suction sesuai indikasi
  4. Atur posisi tidur yang nyaman semi fowler/fowler
  5. Anjurkan  minum dengan air hangat
  6. Kolaborasi dengan Dokter untuk pengobatan dan pemberian nebulizer, fisioterapi dada.
  7. Berikan oksigen sesuai indikasi
3.
Pasien dapat menunjukan intake nutrisi yang adekuat, dengan criteria:- Porsi makan habis- BB naik 0.5 kg dalam satu minggu- Tidak ada mual dan muntah
  1. Identifikasi factor yang menimbulkan tidak nafsu makan
  2. Timbang BB secara rutin
  3. Pasang NGT sesuai indikasi
  4. Berikan makan selagi hangat
  5. Sajilkan makanan dengan porsi yang menarik
4.
Pasien sedikitnya mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, dengan criteria:- Pasien dapat menjawab pertanyaan tentang bronkitis saat dilakukan penkes.
  1. Berikan pendidikan kesehatan/penyuluhan tentang penyakit bronkitis
  2. Berikan pertanyaan pada pasien dalam sesi Tanya jawab










DAFTAR PUSTAKA

Chang, Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Cotran,robbins.2008.dasar patologis penyakit.jakarta:Egc.
Rab, Tabran. 1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
 Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Tambayong,Jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC
Price,Sylvia Anderson.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA, SEMOGA BERMANFAAT BAGI STUDY ANDA, JIKA ADA REFERENSI YG ANDA BUTUHKAN, SEGERA HUBUNGI KAMI DI FB OR BBM, INSYA ALLAH AKAN SEGERA KAMI UPLOADKAN










No comments:

Post a Comment