DAFTAR
ISI
1.
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………………………………!
2.
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………………..!!
3.
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………..!!!
4.
BAB
1 :KONSEP DASAR UMUM
A .DEFENISI
B. ETIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIK
D.PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F.PENATALAKSANA.
G. PATOFLADIOGRAM PERUBAHAN TERHADAP
KDM
5 . BAB
2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A..PENGKAJIAAN
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
D.EVALUASI
6 DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah…..
Tiada
kata yang paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah swt,yang
mana dengan limpahan rahmat dan karunia Nya lah sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah Muhammad saw
beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela mempetaruhkan harta,jiwa
dan raganya untuk membawa umat manusia dari dunia kegelapan menuju dunia yang
terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.
Kami
sadari peyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka berpegang
dari itu semua kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang
konstruktif dari para pembaca pada umumnya dan dosen bidang studi pada
khususnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua….
“ tak ada gading yang tak retak,tak ada manusia yang
sempurna ˝
Billahifii
sabililhaq fastabiqulkhairat
BAB
1
KONSEP
DASAR UMUM
thrombositopenia Trombositopenia
adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan
bagian dari pembekuan darah. ITP adalah jenis trombositopenia berat yang dapat
mengancam kehidupan dengan jumlah trombosit < 10.000 mm3 yang ditandai
dengan mudahnya timbul memar serta perdarahan subkutaneus yang multiple.
Biasanya penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarnan ungu. Karena
jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan bekuan tidak memadai dan
konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat.
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa
petekie/ekimosis di kulit maupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan
penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Purpura
Trombositopenia Idiopatika adalah suatu kelainan yang didapat, yang ditandai
oleh trombositopenia, purpura, dan etiologi yang tidak jelas. ITP adalah singkatan
dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak
diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup
memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki lukamemar
yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune
Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006).
ITP adalah syndrome yang di
dalamnya terdapat ppenurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan
sum-sum normal. ITP adalah
suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir
dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun), lebih
sering terjadi pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2). ITP adalah salah satu gangguan
perdarahan didapat yang paling umum terjadi.(Perawatan Pediatri Edisi 3). ITP adalah
syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi
dalam keadaan sum-sum normal.
Idiopatik
trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan
autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran
trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel akibat adanya autoantibody
terhadap trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin G. Adanya
trombositopenia pada ITP ini akan megakibatkan gangguan pada sistem hemostasis
karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat
secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti,
mekanisme yang terjadi melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel
trombosit, sehingga sel trombosit mati.(Imran, 2008). Penyakit ini diduga
melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang
trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh yang
sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk
penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya
sendiri. (Family Doctor, 2006). Meskipun pembentukan trombosit sumsum
tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan
oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi
untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun
melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet
dalam tubuh masih belum diketahui. (ana information center,2008). ITP
kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi
makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan
factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi
intravascular diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP
dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan
penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan
(umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya
terjadi pada orang dewasa). (ana information center, 2008) Selain itu,
ITP juga terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan seperti heparin,
minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan Rombositopenia.
Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit
ini adalah seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah
yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan
rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar
atau lebam.
ü ITP penyebab
pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi kemungkinan akibat dari: Hipersplenisme,
ü Infeksi virus,
ü Intoksikasi makanan/obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil
butazon, diamokkina, sedormid).
ü Bahan kimia,
ü Pengaruh fisi (radiasi, panas),
ü Kekurangan factor pematangan (malnutrisi),
ü Koagulasi intra vascular diseminata CKID,
ü Autoimnue.
C. MANIFESTASI KLINIK
1. ITP akut :
v Hanya 16%
yang betul-betul idiopatik.
v Perdarahan
dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat-obatan atau menarche.
v Pada
permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi trombositopenia rusaknya
megakariosit, juga terjadi perubahan pembuluh darah.
v Sering
terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum.
v Kelenjar
lymphe, lien dan hepar jarang membesar
2. ITP menahun
:
v Biasanya
pada dewasa, terjadi beberapabulan sampai beberapa tahun, kadang menetap.
v Permulaan
tidak dapat ditentukan, ada riwayat perdarahan menahun, menstruasi yang lama.
v Perdarahan
relatif lebih ringan.
v Jumlah
trombosit 30.000-80.000/mm3.
v Biasanya tanpa
anemi, lekopeni dan splenomegali.
v Penghancuran
trombosit lebih dari normal.
v Sering
terjadi relaps dan remisi yang berulang-ulang
3. ITP
recurrent
v Diantaranya
episode perdarahan, trombosit normal dan tak ada purpura/petechiae dan masa
hidup trombosit norma.
v Hasil
pengobatan dengn kortikosteroid baik.
v Kadang tanpa
pengobatan, dapat sembuh sendiri.
v Remisi
berkisar bebrapa minggu sam pai 6 bulan
4. ITP siklik
Menstruasi hebat pada wanita. Secara umum, gambaran
klinis ITP adalah :
v Adanya
petechiae, echymose atau perdarahan .
v Trombositopenia.
v Megakariosit
dalam sumsum tulang normal / bertambah dengan morfologi abnormal.
v Splenomegali
atau tidak
D. PATAFISIOLOGI
trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi
yang diakibatkan oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa
emas) atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringnnya
sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga lama
hidup trombosit diperpendek. Seperti kita ketahui bahwa gangguan –gangguan
autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering menyerang
unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait
dengan penyakit ITP, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi
dengan trombosit hospes.
Meskipun
terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan lokalisasi
protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi bebas. Namun, trombosit
yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan
oleh makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi
utama dari ITP dengan trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya
petechiae. Petechiae ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan
pada membran trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan
meningkatkan pembuangan serta penghancuran trombosit oleh sistem makrofag.
Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan
kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler dirusak
sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.
Bukti yang
mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan berdasarkan pemeriksaan
pada penderita ITP dan orang-orang percobaan yang menunjukkan kekurangan
trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum ITP. Trombositopenia
sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan ITP, juga
sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena masuknya antibodi
melalui plasenta. ITP dapat juga timbul setelah infeksi, khususnya pada masa
kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa pendahuluan dan biasanya
mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.
E. PEMERIKSAAN PENUNJAN
Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan adalah :
1.
Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa:
Ø Hb sedikit
berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter.
Ø Lekosit
meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.
Ø Pada fase
perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal.
Ø Lymphositosis
dan eosinofilia terutama pada anak
2. Pemeriksaan darah tepi.
Ø Hematokrit
normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang
Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang
mudah sekali morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti
nonboluted, sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa granula).
Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan
darah tepi merupakan pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. Karena
dengan cara ini dapat ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan
kadang-kadang dapat ditentukan penyebabnya.
F. PENATALAKSANAAN
a.
ITP Akut
Ø Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
Ø Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka
berikan kortikosteroid.
Ø Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin
per
Ø Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Menahun
Ø Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap
kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
Ø Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
o Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari
per oral.
Ø Splenektomi.
o Indikasi:
Ø Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3
bulan.
Ø Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid
saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
Ø Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis
tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
o Kontra indikasi:
Ø Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat
diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus)
BAB
2
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
a)
Petekie terjadi spontan.
b)
Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
c)
Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran
pernafasan.
d)
Menoragie.
e)
Hematuria.
f)
Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas /
istirahat.
a)
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Toleransi terhadap latihan
rendah.
b) Tanda : Takikardia / takipnea, dispnea
pada beraktivitas / istirahat. Kelemahan
otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
a) Gejala : Riwayat
kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
b)
Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan
diastolic stabil.
f.
Integritas ego.
a) Gejala : Keyakinan agama / budaya
mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse darah.
b) Tanda :
Depresi.
g. Eliminasi.
a) Gejala :
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
b) Tanda : Distensi abdomen
h. .
Makanan / cairan.
a) Gejala : Penurunan masukan diet. Mual dan muntah.
b) Tanda : Turgor kulit
buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
a) Gejala : Sakit kepala, pusing. Kelemahan, penurunan
penglihatan.
b) Tanda : Epistaksis.
c) Mental: Tak mampu
berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
a) Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.
b) Tanda : Takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
a) Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
b) Tanda : Takipnea, dispnea.
l. Keamanan
a) Gejala : Penyembuhan luka buruk sering
infeksi, transfuse darah sebelumnya.
b) Tanda : Petekie, ekimosis.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Kekurangan volume cairan elektrolit
b.d perdarahan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kosentrasi Hb dan darah;suplai oksigen berkurang.
3.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan.
C.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
Rasional : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan kalori.
3. Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.
Rasional : anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan
malnutrisi yang serius.
4. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.
5. Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
D.
EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi
proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai,
melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Penilaian sesuai dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan
perencanaan.
Meskipun tahap
evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan , tetapi evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan. Diagnosa juga perlu
dievaluasi untuk menentukan apakah realistik dapat dicapai dan efektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta
——–. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.
Dorland,
W.A Newma. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC.
Guyton. 2003. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. EGC: Jakarta
Behrman. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta
https://zulfiprint19.blogspot.co.id/
terimakasih atas bahannya. tapi sayang gak bisa di copas
ReplyDelete