Daftar Isi
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………….
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………….
BAB
I : Konsep Dasar Umum
a. Definisi……………………………………………………………………………….
b. Etiologi
………………………………………………………………………………
c. Manifestasi
Klinik……………………………………………………………………
d. Patofisiologi………………………………………………………………………….
e. Pemeriksaan
Penunjang………………………………………………………………
f. Penatalaksanaan
……………………………………………………………………..
g. Patoflatdiogram
Perubahan Terhadap KDM…………………………………………
BAB
II : Knsep Dasar Keperawatan
a. Pengkajian……………………………………………………………………………
Diagnose Keperawatan……………………………………………………………………….
BAB I
KONSEP DASAR UMUM
A.DEFENISI
Polisitemia
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat
pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.Polisitemia
adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak
memproduksi sel darah merah. Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera
dan polisitemia sekunder. Penyebab, gejala, dan perawatan dari dua kondisi yang
berbeda-beda. Polisitemia Vera lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi
kritis lebih dari polisitemia sekunder. Sel darah tubuh diproduksi di sumsum
tulang ditemukan di beberapa tulang,Seperti tulang paha.
Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga
jumlah sel darah baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena
mereka mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai
penyebab dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-kadang
sel-sel darah lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.
B.
ETIOLOGI
Policitemia terjadi karena sebagian populasi eritrosit
berasal dari satu klon induk darah yang abnormal. Berbeda dengan keadaan
normalnya, sel induk darah yang abnormal ini tidak membutuhkan eritropoetin
untuk proses pematangannya (eritropoetin serum , 4 mU/mL). Hal ini jelas membedakannya
dari eritrositosis atau polisitemia sekunder dimana eritropoetin tersebut
meningkat secara fisiologis (wajar sebagai kompensasi atas kebutuhan oksigen
yang menigkat), biasanya pada keadaan dengan saturasi oksigen arteiral rendah,
atau eritropoetin tersebut meningkta secara non fisiologis (tidak wajar) pada
sindrom paraneoplastik manifestasi neoplasma lain yang mensekresi eritropoetin.
C.MANIFESTASI
KLINIK
Permasalahan yang ditimbulkan berkaitan dengan massa eritrosit, basofil,
dan trombosit yang bertambah, serta perjalanan alamiah penyakit menuju ke arah
fibrosis sumsum tulang. Fibrosis sumsum tulang yang ditimbulkan bersifat
poliklonal dan bukan neoplastik jaringan ikat.
Permasalahan
yang ditimbulkan berkaitan dengan massa eritrosit, basofil, dan trombosit yang
bertambah, serta perjalanan alamiah penyakit menuju ke arah fibrosis sumsum
tulang. Fibrosis sumsum tulang yang ditimbulkan bersifat poliklonal dan bukan
neoplastik jaringan ikat
Tanda dan gejala yang predominan pada polisitemia vera adalah sebagai akibat dari :
Tanda dan gejala yang predominan pada polisitemia vera adalah sebagai akibat dari :
1.Hiperviskositas
Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebihjauh lagi akan menimbulkan eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit dan penurunan laju transpor oksigen.
Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ sasaran (iskemia/infark) seperti di otak, mata, telinga, jantung, paru, dan ekstremitas.
2. Penurunan shear rate
Penurunan shear rate akan menimbulkan gangguan fungsi hemostasis primer yaitu agregasi trombosit pada endotel. Hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya perdarahan, walaupun jumlah trombosit >450 ribu/mL. Perdarahan terjadi pada 10-30% kasus PV, manifestasinya dapat berupa epistaksis, ekimosis, dan perdarahan gastrointerstinal.
3. Trombositosis (hitung trombosit >400.000/mL).
Trombositosis dapat menimbulkan trombosis. Pada PV tidak ada korelasi trombositosis dengan trombosis. Trombosis vena atau tromboflebitis dengan emboli terjadi pada 30-50% kasus PV.
4. Basofilia (hitung basofil >65/mL)
Lima puluh persen kasus PV datang dengan gatal (pruritus) di seluruh tubuh terutama setelah mandi air panas, dan 10% kasus polisitemia vera datang dengan urtikaria suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar histamin dalam darah sebagai akibat adanya basofilia. Terjadinya gastritis dan perdarahan lambung terjadi karena peningktana kadar histamin.
5. Splenomegali
Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien polisitemia vera. Splenomegali ini terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
6. Hepatomegali
Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% polisitemia vera. Sebagaimana halnya splenomegali, hepatomegali juga merupakan akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
D.PATOFISIOLOGI
Terdapat
3 jenis polisitemia yaitu relatif (apparent), primer, dan sekunder.
1.
Polisitemia
relatif berhubungan dengan hipertensi, obesitas, dan stress. Dikatakan relatif
karena terjadi penurunan volume plasma namun massa sel darah merah tidak
mengalami perubahan.
2.
Polisitemia
primer disebabkan oleh proliferasi berlebihan pada sel benih hematopoietik
tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin
rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena rangsangan
eritropoietin yang kuat.
3
Polisitemia sekunder, dimana proliferasi eritrosit disertai peningkatan
kadar eritropoietin. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan
mencapai keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali normal.
E.PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Pemeriksaan
Fisik, yaitu ada tidaknya pembesaran limpa dan penampilan kulit (eritema).
2.
Pemeriksaan
Darah
Jumlah sel darah ditentukan oleh complete blood cell count
(CBC), sebuah tes standar untuk mengukur konsentrasi eritrosit, leukosit dan
trombosit dalam darah. PV ditandai dengan adanya peningkatan hematokrit, jumlah
sel darah putih (terutama neutrofil), dan jumlah platelet.
Pemeriksaan darah lainnya, yaitu adanya peningkatan kadar
serum B12, peningkatan kadar asam urat dalam serum, saturasi oksigen pada
arteri, dan pengukuran kadar eritropoietin (EPO) dalam darah.
3.
Pemeriksaan
Sumsum tulang
Meliputi pemeriksaan histopatologi dan nalisis kromosom
sel-sel sumsum tulang (untuk mengetahui kelainan sifat sel tunas (stem cells)
pada sumsum tulang akibat mutasi dari gen Janus kinase-2/JAK2).
F.PENATALAKSANAAN
.Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat
menyembuhkan pasien. Yang dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan
memperpanjang harapan hidup pasien.
Tujuan terapi yaitu:
1.
Menurunkan
jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah merah (eritrosit).
2.
Mencegah
kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena, serebrovaskular, trombosis
vena dalam, infark miokard, oklusi arteri perifer, dan infark pulmonal.
3.
Mengurangi
rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal.
Prinsip terapi
1. Menurunkan viskositas darah sampai
ke tingkat normal kasus (individual) dan mengendalikan eritropoesis dengan
flebotomi.
2. Menghindari pembedahan elektif pada
fase eritrositik/ polisitemia yang belum terkendali.
3. Menghindari pengobatan berlebihan
(over treatment)
4. Menghindari obat yang mutagenik,
teragenik dan berefek sterilisasi pada pasien usia muda.
5. Mengontrol panmielosis dengan fosfor
radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi sitostatik pada pasien di atas 40
tahun bila didapatkan:
§ Trombositosis persisten di atas
800.00/mL, terutama jika disertai gejala trombosis
§ Leukositosis progresif
§ Splenomegali yang simtomatik atau
menimbulkan sitopenia problematik
§ Gejala sistemis yang tidak
terkendali seperti pruritus yang sukar dikendalikan, penurunan berat badan atau
hiperurikosuria yang sulit diatasi.
1. Terapi PV
·
Flebotomi
Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin
satu-satunya bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien,
kadang-kadang selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan.
Indikasi flebotomi terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit,dan pada
pasien yang masih dalam usia subur.Pada flebotomi, sejumlah kecil darah diambil
setiap hari sampai nilai hematokrit mulai menuru. Jika nilai hematokrit sudah
mencapai normal, maka darah diambil setiap beberapa bulan, sesuai dengan
kebutuhan. Target hematokrit yang ingin dicapai adalah <45% pada pria kulit
putih dan <42% pada pria kulit hitam dan perempuan.
·
Kemoterapi
Sitostatika/ Terapi mielosupresif (agen yang dapat mengurangi sel darah merah
atau konsentrasi platelet). Tujuan pengobatan kemoterapi sitostatik adalah
sitoreduksi. Lebih baik menghindari kemoterapi jika memungkinkan,
terutama pada pasien uisa muda. Terapi mielosupresif dapat dikombinasikan
dengan flebotomi atau diberikan sebagai pengganti flebotomi. Kemoterapi yang
dianjurkan adalah Hidroksiurea (dikenal juga sebagai hidroksikarbamid) yang
merupakan salah satu sitostatik golongan obat antimetabolik karena dianggap
lebih aman. Pasien dengan pengobatan cara ini harus diperiksa lebih sering
(sekitar 2 sampai 3 minggu sekali). Kebanyakan klinisi menghentikan pemberian
obat jika hematokrit: pada pria < 45% dan memberikannya lagi jika > 52%,
pada wanita < 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.
·
Fosfor
Radiokatif (P32)
Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai
salah satu cara untuk menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan
dosis sekitar 2-3mCi/m2 secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis
dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32
Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu.
Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang
dibutuhkan.Tidak mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari
dosis pertama, dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
·
Kemoterapi
Biologi (Sitokin)
Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia
vera terutama untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3).
Produk biologi yang digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan
terutama pada keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan. Kebanyakan
klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid (Cytoxan).
2. Pengobatan pendukung
1.
Hiperurisemia
diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral pada pasien dengan penyakit
yang aktif dengan memperhatikan fungsi ginjal.
2.
Pruritus
dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan dapat diberikan
Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A (PUVA).
3.
Gastritis/ulkus
peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2.
4.
Antiagregasi
trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin.
5.
Anagrelid
digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika hidroksiurea tidak memberikan
toleransi yang baik atau dalam kasus trombositosis sekunder (jumlah platelet
tinggi). Anagrelid mengurangi tingkat pembentukan trombosit di sumsum. Pasien
yang lebih tua dan pasien dengan penyakit jantung umumnya tidak diobati dengan
anagrelid.
G.PATOGFLADIOGRAM PERUBAHAN TERHADAP
KDM
BAB
II
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Lakukan
pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
2.Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita penyakit polisitemia
vera menampakkan gejala mencakup pusing, sakit kepala, kemerahan pada wajah,
kesulitan bernafas, kelelahan, gatal. Pada polisitemia sekunder
menampakkan gejala kelesuan, hipertensi,sesak napas, batuk kronis, gangguan
tidur (apnea tidur), pusing.
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
(RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh
pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit
sebelumnya seperti : kelesuan, sakit kepala, hipertensi,dan riwayat merokok.
. 4.
Riwayat
Kesehatan Keluarga(RKK)
·
Adanya
riwayat penyakit polisitemia dalam keluarga yang berhubungan dengan
status penyakit yang diderita klien
saat ini
·
Adanya
anggota keluarga yang menderita sama dengan klien
·
Adanya
kecendrungan keluarga untuk terjadi polisitemia
5.
Riwayat
Kesehatan Lingkungan
·
Lingkungan
Kebersihannya cukup terjaga.
Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan menunjukan gejala – gejala
sebagai berikut
1.
Peningkatan warna kulit ( sering kemerah-merahan ) disebabkan
oleh peningkatan kadar
hemoglobin
2.
Gejala kelebihan beban sirkulasi ( dispnea,batuk
kronis,peningkatan tekana darah,takikardi,sakit kepala,dan pusing) disebabkan
oleh peningkatan folume darah.
3.
Gejala-gejala trombisis ( angina,klaudikasi intermiten,tromboplebitis)
disebabkan oleh peningkatan viskositas darah.
Splenomegali dan hepatomegali
4.
Gatal. Hususnya setelah mandi air hangat yang diakibat kan
oleh hemolisis sel darah merah yanmg tidak matang
5.
Riwayat pendaraha hidung, ekimosis/pendarahan saluran
pencernaan dari disfungsi trombosit.
Pemeriksaan
diagnostic
1.
Pada pemeriksaan darah lengkap menunjukan peningkatan sel
darah merah, hemoglobin,hematokrit,sel darah putuh,dan trombosit. Pada
polisetemia sekunder sel darah putih dan trombosit tetap normal
2.
Alkalin fosfat leukosit meningkat.
3.
Kadar B12 serum meningkat
4.
Kadar asam urat serum meningkat
Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana tindakan
Kaji perasaan klien, mengalami kondisi kronis
B. Diagnosa Keperawatan
1.
kelebihan
volume cairan yang berhubungan dengan sel darah merah
2. resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer yang
berhubungan dengan pembentukan trombus sekunder
3. resiko tinggi perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di
rumah yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana
tindakan,kesulitan penyesuaian terhadap kondisi krois.
C. Intervrensi dan Implementasi Keperawatan
a.
Interverensi
1. Batasi masukan cairan bila gejala
kelebihan cairan terjadi seperti rales, hipertensi, nadi kuat, dan peningkatan
frekuensi pernafasan
2. Atur terhadap flebotomi sesuai
ketentuan, konsultasikan ke dokter bila tanda-tanda vital, HB, hematokrit dan
natrium serum tetap tinggi setelah jumlah darah yang di tentukan telah di
keluarkan
3. Sebelum dan sesudah flebotomi,
pantau adanya tanda-tanda berikut ini.
Ø
TD,Nadi, dan pernapasan.
Ø
Hasil pemeriksaan elektrolit serum
Ø
Hasil pemeriksaan darah lengkap
Ø
BB
4. berikan obat-obatan yang di berikan
untuk mengontrol poliferasi dari sel-sel
darah dan evaluasi ke efektifannya
5. Hipervolemia peningkatan volume
cairan pada intraseluler dan /atau extraseluler dan pencegahan komplikasi pada
seorang pasien yang cairanya berlebihan
b.
Implementasi
1. Membatasi masukan cairan bila gejala kelebihan cairan
terjadi seperti rales, hipertensi, nadi kuat, dan peningkatan frekuensi
pernafasan
2. Mengatur terhadap flebotomi sesuai
ketentuan, konsultasikan ke dokter bila tanda-tanda vital, HB, hematokrit dan
natrium serum tetap tinggi setelah jumlah darah yang di tentukan telah di
keluarkan
3. Sebelum dan sesudah flebotomi,
memantau adanya tanda-tanda berikut ini.
Ø TD,Nadi, dan pernapasan.
Ø Hasil pemeriksaan elektrolit serum
Ø Hasil pemeriksaan darah lengkap
Ø BB
4. Memberikan obat-obatan yang di
berikan untuk mengontrol poliferasi dari sel-sel darah dan evaluasi ke
efektifannya
D.
EVALUASI
S : Klien masih mengatakan napas pendek
pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
O : TD
: 140/95 mmHg, N : 110x/menit, P: 18x/menit, S: Normal. Lab: Hb: 16gr/dl,
Hematokrit 63%, leukositosis,
trombositosis.
A : Ketidakefektifan
pola napas
P : rencana tindakan keperawatan 1,2,3 sampai 10 dilanjutkan
intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Mosby
Elsevier. 2008. Nursing Outcomes Clasification (NOC). USA.
Mosby
Elsevier. 2008. Nursing Interventions Clasification (NIC). USA.
NANDA
– I. 2011. Diagnosis keperawatan. EGC. Jakarta.
https://zulfiprint19.blogspot.co.id/
Handayani,wiwik.Andi
Sulistyo W.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan PadaKlien dengan Gangguan
Sistem Hematologi.Salemba Medika:Jakarta
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA :) SEMOGA BERMANFAAT :) JANGAN LUPA INVITE FB > BBM > INSTAGRAM KAMI YAH SAY :)
No comments:
Post a Comment