Visitor

Sunday, February 5, 2017

MAKALAH DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DHF ) KEPERAWATAN




DAFTAR ISI


Halaman Judul…………………………………………………………………..                             

Daftar isi…………………………………………………………………………

BAB I : Konsep Dasar Umum…………………………………………………..
A.    Defenisi………………………………………………………….
B.     Etiologi…………………………………………………………..
C.     Manifestasi klinik……………………………………………….
D.    Patofisiologi……………………………………………………..
E.     Pemeriksaan penunjang…………………………………………
F.      Penatalaksanaan………………………………………………...
G.    Patofladiogram perubahan terhadap KDM……………………..

BAB II : Konsep Dasar Keperawatan…………………………………………..
Pengkajian……………………………………………………………….
Diagnose keperawatan………………………………………….............
Intervensi & Implementasi keperawatan……………………………….
Evaluasi…………………………………………………………………

Daftar Pustaka…………………………………………………………………..










BAB I
KONSEP DASAR UMUM


A.                DEFENISI

1.    DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Cristantie, 1995)
2.    Dengue Haemorhagik Fever (DHF) atau demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dengan gejala utama demam dan manifestasi perdarahan pada kulit atau pun bagian tubuh lainnya yang bertendensi menimbulkan renjatan dan dapat berlanjut dengan kematian.


B.                 ETIOLOGI

Virus dengue (arbovirus) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang menggigit manusia pada siang hari, hidup di air jernih, bersih dan berbentuk batang, stabil pada suhu 70o C.


C.                 MANIFESTASI KLINIK

1.      Demam tinggi yang timbul secara mendadak tanpa sebab yang jelas disertai dengan keluhan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala menyerupai influenza biasa. Ini berlangsung selama 2-7 hari
2.     Hari ke 2 dan 3, timbul demam. Uji tourniquet positip karena terjadi perdarahan di bawah kulit (peteki, ekimosis) dan di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis akibat perdarahan dalam lambung, melena dan juga hematuria massif 
3.       Antara hari ke 3 dan ke 7 syok terjadi saat demam menurun. Terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari tangan dan kaki, nadi cepat dan lemah sampai tak teraba, tekanan nadi menyempit ( < 20 mm Hg ) atau hipotensi ( < 80  mmHg ) sampai tak terukur, anak sangat gelisah
4.      Hepatomegali pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari yang hanya sekdar diraba sampai 2-4 cm dibawah lengkung iga sebelah kanan. Nyeri tekan pada hepar tampak jelas pada anak besar, ini menandakan telah terjadi perdarahan.
5.      Pada penderita yang mengalami renjatan akan mengalami sianosis perifer, kulit teraba lembut dan dingin, hipotensi, nadi cepat dan lemah.


D.                PATOFISIOLOGI

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali mungkin memberi gejala demam. Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, karena viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati, dan limfa. Ruam pada DBD disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.
Setelah terjadi virus-antibodi dalam system sirkulasi, akan mengakibatkan aktifnya system komplemen (suatu system dalam sirkulasi darah terdiri dari 11 komponen protein dan beredar dalam bentuk yang tidak aktif serta labil terhadap suhu panas). Bila system komplemen aktif maka tubuh akan melepaskan histamin yang merupakan mediator kuat yang menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat.
Tingginya permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma yang berlangsung selama perjalanan penyakit sejak permulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai 30 % atau lebih. Jika keadaan tersebut tidak teratasi, akan menyebabkana anoksia jaringan, asidosis metabolic dan berakhir dengan kematian.


Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard yang pada autopoi ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakolgis yang bekerja singkat. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.
Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya mega karoisit muda dalam sum-sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial.


E.                 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

1.      Laboratorium
1)      Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3, penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan waktu perdarahan memanjang.
2)      Hemokonsentrasi : Hematokrit saat MRS>20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
3)      Hb meningkat > 20 %  
4)      Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia, pada hari ke-2 dan ke-3 terjadi leucopenia
5)      SGOT dan SGPT mungkin meningkat : ureum, pH darah bisa meningkat


2.      Pemeriksaan penunjang
1)      Foto toraks lateral dekubitus kanan
Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler
2)      Darah rutin
Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit plasma biru 6-30%)
3)      Waktu perdarahan
Menggunakan cara LVY (N=1-7 menit)


F.                  PENATALAKSANAAN

Setiap pasien tersangka DF atau DHF sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien lain, seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk. Penatalaksanaannya adalah:
a.       Tirah baring
b.      Makanan lunak
c.       Bila belaum ada nafsu makan dianjurkan minum banyak 1,5-2 liter /24 jam (susu,air gula, sirop)
d.      Medikamentosa yang bersifat simtomatis
e.       Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
Ada tiga fase penatalaksaan penderita DHF secara umum yaitu ;
a.         Fase demam
1)        Pengobatan simtomatik dan supportif
Ø  Antipiretik diberikan untuk menurunkan demam, kompres hangat dapat diberikan apabila pasien masih tetap panas
Ø Pengobatan supportif dapat diberikan untuk merehidrasi cairan yang hilang yaitu dengan pemberian ; larutan oralit, jus buah-buahan dan lain-lain
2)        Apabila pasien memperlihatkan tanda dehidrsi dan muntah hebat segera koreksi dengan memberiakan cairan parenteral
3)        Semua tersangka demam berdarah harus diawasi ketat setiap hari sejak sakit hari ke-3

b.         Fase Kritis
1)      Rawat dibangsal khusus sehingga mudah untuk diawasi
2)      Observasi tanda vital, asupan dan keluaran cairan dalam lembar khusus
3)      Berikan oksigen pada penderita dengan syok
4)      Hentikan perdarahan dengan tindakan tepat
5)      Pemberian cairan intra vena

c.         Fase Penyembuhan
Cairan intra vena dihentikan. Bila ditemukan gejala napsu makan tidak meningkat atau perut terlihat kembung  maka dapat diberikan buah-buahan atau oralit untuk menanggulangi gangguan elektrolit.






BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A.                PENGKAJIAN

1.      Aktivitas/istirahat
·         Malaise
2.      Sirkulasi
·         Tekanan darah di bawah normal, denyut perifer melemah, takikardi, susah teraba
·         Kulit hangat, kering, pucat, kemerahan/ bintik merah, perdarahan bawah kulit
3.      Eliminasi
·         Diare atau konstipasi
4.      Makanan/ cairan
·         Anoreksia, mual, muntah
·         Penurunan berat badan, punurunan haluaran urine, oligouria, anuria.
5.      Neurosensori
·         Sakit kepala, pusing, pingsan
·         Ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium.
6.      Nyeri/ Ketidaknyamanan
·         Kejang abdominal, lokalisasi area sakit
7.      Pernapasan
·         Takipneu dengan penurunan kedalaman pernapasan, suhu meningkat, menggigil
8.      Penyuluhan/ pembelajaran
·         Masalah kesehatan, penggunaan obat-obatan atau tindakan



B.                 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses penyakit/ viremia
NO
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1
Kaji timbulnya demam
Mengkaji timbulnya demam
Demam timbul pada hari ke-2
2
Observasi TTV klien tiap 4 jam atau lebih sering
Mengobservasi TTV klien tiap 4 jam atau lebih sering
Terjadi takikardi & hipertemi
3
Jelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan
Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan
Klien mengerti akan pentingnya tirah baring dan dapat melakukannya
4
Anjurkan pasien untuk banyak minum ±2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaat bagi pasien
Menganjurkan pasien untuk banyak minum ±2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaat bagi pasien
Klien hanya mampu minum 1-2 ltr/hari
5
Berikan kompres hangat
Memberikan kompres hangat
Suhu tubh menurun
6
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
Melakukan kolaborasi dalam pemberian antipiretik
Pemberian obat sesuai instruksi dokter

2.      Defisit volume cairan tubuh sehubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma, evaforasi, intake tidak adekuat
NO
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1
Kaji keadaan umum klien dan TTV
Mengkaji keadaan umum klien dan TTV
KU : lemah
2
Anjurkan klien untuk banyak minum 1500-2000 ml (sesuai toleransi)
Menganjurkan klien untuk banyak minum 1500-2000 ml (sesuai toleransi)
Klien mampu minum 2 ltr/hari
3
Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek)
Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek)
Pasien nampak muntah, bibirpecah-pecah
4
Kaji intake dan output
Mengkaji intake dan output
Intake & output tidak seimbang
5
Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuai indikasi
Melakukan kolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuai indikasi
Pemberian obat sesuai instruksi dokter

3.      Risiko tinggi terjadinya perdarahan sehubungan dengan trombositopenia
NO
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1
Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.
Memonitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis
Terjadi perdarahan (petekie)
2
Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien
Memberi penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien
Klien mampu memahami pengaruh trombositopenia
3
Anjurkan klien untuk banyak istirahat
Menganjurkan klien untuk banyak istirahat
Klien tidak dapat beristirahat dengan tenaang akibat demam
4
Beri penjelasan pada klien/keluarga untuk segera melaporkan tanda-tanda perdarahan (hematemesis,melena, epistaksis)
Memberi penjelasan pada klien/keluarga untuk segera melaporkan tanda-tanda perdarahan (hematemesis,melena, epistaksis)
Keluarga/klien mampu mengerti dengan penjelasan yag diberikan
5
Antisipasi terjadinya perdarahan ( sikat gigi lunak, tindakan incvasif dengan hati-hati)
Mengantisipasi terjadinya perdarahan ( sikat gigi lunak, tindakan incvasif dengan hati-hati)





4.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh  sehubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
NO
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1
Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien
Mengkaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien
Klien nampak muntah
2
Kaji cara/pola menghidangkan makanan klien
Mengkaji cara/pola menghidangkan makanan klie
Klien menyukai alat hidangan makanan warna pink
3
Berikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan dihidangkan saat masih hangat.
Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan dihidangkan saat masih hangat
Klien tidak menyukai bubur
4
Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
Makanan tidak dihabiskan walaupun dalam porsi kecil
5
Jelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit
Menjelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit
Klien dapat mengerti manfaat dari nutrisi
6
Ukur BB klien tiap hari
Mengukur BB klien tiap hari
BB klien menurun


5.      Intoleransi aktifitas sehubungan dengan kelemahan
NO
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1
Kaji keluhan klien
Mengkaji keluhan klien
Klien hanya ingin tidur
2
Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh klien sehubungan degan kelemahan fisiknya.
Mengkaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh klien sehubungan degan kelemahan fisiknya
Klien mampu makan sendiri
3
Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, eliminasi.
Membantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, eliminasi.
Klien butuh bantuan saat mandi
4
Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya
Membantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya
Klien mampu makan sendiri
5
Letakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau oleh klien
Meletakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau oleh klien
Klien dapat menjangkau barang-barangnya









DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, LJ. 1998. Diagnosa Keperawatan; aplikasi praktik klinik. EGC: Jakarta.
Cecily, L Beth, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric, Edisi 3., Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
https://zulfiprint19.blogspot.co.id/
Effendy, Christantie. 1995. Perawatan pasien DHF, EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif, et al.  1999.  Kapita Selekta Kedokteran.  Media Aesculapius:FKUI Jakarta
Maryllin E Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC :  Jakarta.
Nelson . 2000. Ilmu Kesehatan Anak,volome I , Edisi 15. EGC : Jakarta 
Suryadi, Rita Yuliani. 2006.  Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi Kedua.  Sagung Seto : Jakarta
Wong, Donna. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta



 TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA, JANGAN LEWATKAN ARTIKEL LAINNYA YAH SAY :) SYUKRAN :) jangan lupa invite bbm > ig > & FB kami yah say :)








No comments:

Post a Comment