DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………..
Daftar
isi…………………………………………………………………………
BAB
I : Konsep Dasar Umum…………………………………………………..
A. Defenisi………………………………………………………….
B. Etiologi…………………………………………………………..
C. Manifestasi klinik……………………………………………….
D. Patofisiologi……………………………………………………..
E. Pemeriksaan penunjang…………………………………………
F. Penatalaksanaan………………………………………………...
G.
Patofladiogram perubahan
terhadap KDM……………………..
BAB
II : Konsep Dasar Keperawatan…………………………………………..
Pengkajian……………………………………………………………….
Diagnose keperawatan………………………………………….............
Intervensi & Implementasi keperawatan……………………………….
Evaluasi…………………………………………………………………
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………..
BAB I
KONSEP DASAR UMUM
A.
DEFENISI
1.
DHF adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti (Cristantie,
1995)
2.
Dengue Haemorhagik Fever (DHF) atau demam
berdarah adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue
yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dengan
gejala utama demam dan manifestasi perdarahan pada kulit atau pun bagian tubuh
lainnya yang bertendensi menimbulkan renjatan dan dapat berlanjut dengan kematian.
B.
ETIOLOGI
Virus dengue (arbovirus) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti yang menggigit manusia pada siang hari, hidup di air jernih, bersih
dan berbentuk batang, stabil pada suhu 70o C.
C.
MANIFESTASI KLINIK
1.
Demam tinggi yang timbul secara
mendadak tanpa sebab yang jelas disertai dengan keluhan lemah, lesu, nafsu
makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan
perut. Gejala menyerupai influenza biasa. Ini berlangsung selama 2-7 hari
2. Hari ke 2 dan 3, timbul demam. Uji tourniquet
positip karena terjadi perdarahan di bawah kulit (peteki, ekimosis) dan di
tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis akibat perdarahan
dalam lambung, melena dan juga hematuria massif
3. Antara hari ke 3 dan ke 7 syok terjadi saat
demam menurun. Terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung jari tangan dan kaki, nadi cepat dan lemah sampai
tak teraba, tekanan nadi menyempit ( < 20 mm Hg ) atau hipotensi ( < 80 mmHg ) sampai tak terukur, anak sangat
gelisah
4. Hepatomegali pada umumnya dapat ditemukan
pada permulaan penyakit, bervariasi dari yang hanya sekdar diraba sampai 2-4 cm
dibawah lengkung iga sebelah kanan. Nyeri tekan pada hepar tampak jelas pada anak besar, ini menandakan telah
terjadi perdarahan.
5. Pada penderita yang mengalami renjatan
akan mengalami sianosis perifer, kulit teraba lembut dan dingin, hipotensi,
nadi cepat dan lemah.
D.
PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk
ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali mungkin
memberi gejala demam. Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, karena viremia
seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia
di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati, dan
limfa. Ruam pada DBD disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.
Setelah terjadi
virus-antibodi dalam system sirkulasi, akan mengakibatkan aktifnya system
komplemen (suatu system dalam sirkulasi darah terdiri dari 11 komponen protein
dan beredar dalam bentuk yang tidak aktif serta labil terhadap suhu panas).
Bila system komplemen aktif maka tubuh akan melepaskan histamin yang merupakan
mediator kuat yang menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat.
Tingginya
permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma yang
berlangsung selama perjalanan penyakit sejak permulaan masa demam dan mencapai
puncaknya pada masa renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma
dapat menurun sampai 30 % atau lebih. Jika keadaan tersebut tidak teratasi,
akan menyebabkana anoksia jaringan, asidosis metabolic dan berakhir dengan
kematian.
Adanya kebocoran
plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam
rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard yang pada autopoi
ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus.
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian
plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan
kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang,
menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin
disebabkan mediator farmakolgis yang bekerja singkat. Sebab lain kematian pada
DHF adalah perdarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung
lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.
Trombositopenia
yang dihubungkan dengan meningkatnya mega karoisit muda dalam sum-sum tulang
dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi
trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran
trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial.
E.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Laboratorium
1) Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3,
penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan waktu perdarahan memanjang.
2) Hemokonsentrasi : Hematokrit saat MRS>20% atau
meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
3) Hb meningkat > 20 %
4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia, pada hari ke-2 dan ke-3 terjadi
leucopenia
5) SGOT dan SGPT mungkin meningkat : ureum,
pH darah bisa meningkat
2. Pemeriksaan penunjang
1) Foto toraks lateral dekubitus kanan
Terdapat efusi pleura dan bendungan
vaskuler
2) Darah rutin
Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit
plasma biru 6-30%)
3) Waktu perdarahan
Menggunakan cara LVY (N=1-7 menit)
F.
PENATALAKSANAAN
Setiap pasien
tersangka DF atau DHF sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien lain,
seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk. Penatalaksanaannya adalah:
a. Tirah baring
b. Makanan lunak
c. Bila belaum ada nafsu makan dianjurkan minum banyak 1,5-2 liter
/24 jam (susu,air gula, sirop)
d. Medikamentosa yang bersifat simtomatis
e. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran
infeksi sekunder
Ada tiga fase penatalaksaan
penderita DHF secara umum yaitu ;
a.
Fase demam
1)
Pengobatan simtomatik dan
supportif
Ø Antipiretik diberikan untuk menurunkan demam, kompres hangat dapat
diberikan apabila pasien masih tetap panas
Ø Pengobatan supportif dapat diberikan untuk merehidrasi cairan yang
hilang yaitu dengan pemberian ; larutan oralit, jus buah-buahan dan lain-lain
2)
Apabila pasien memperlihatkan
tanda dehidrsi dan muntah hebat segera koreksi dengan memberiakan cairan
parenteral
3)
Semua tersangka demam berdarah
harus diawasi ketat setiap hari sejak sakit hari ke-3
b.
Fase Kritis
1)
Rawat dibangsal khusus sehingga
mudah untuk diawasi
2)
Observasi tanda vital, asupan
dan keluaran cairan dalam lembar khusus
3) Berikan oksigen pada penderita dengan syok
4)
Hentikan perdarahan dengan
tindakan tepat
5)
Pemberian cairan intra vena
c.
Fase Penyembuhan
Cairan intra vena dihentikan. Bila ditemukan gejala
napsu makan tidak meningkat atau perut terlihat kembung maka dapat diberikan buah-buahan atau oralit
untuk menanggulangi gangguan elektrolit.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
·
Malaise
2. Sirkulasi
·
Tekanan darah
di bawah normal, denyut perifer melemah, takikardi, susah teraba
·
Kulit hangat,
kering, pucat, kemerahan/ bintik merah, perdarahan bawah kulit
3. Eliminasi
·
Diare atau
konstipasi
4. Makanan/ cairan
·
Anoreksia,
mual, muntah
·
Penurunan
berat badan, punurunan haluaran urine, oligouria, anuria.
5. Neurosensori
·
Sakit kepala,
pusing, pingsan
·
Ketakutan,
kacau mental, disorientasi, delirium.
6. Nyeri/ Ketidaknyamanan
·
Kejang
abdominal, lokalisasi area sakit
7. Pernapasan
·
Takipneu
dengan penurunan kedalaman pernapasan, suhu meningkat, menggigil
8. Penyuluhan/ pembelajaran
·
Masalah
kesehatan, penggunaan obat-obatan atau tindakan
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Peningkatan
suhu tubuh sehubungan dengan proses penyakit/ viremia
NO
|
INTERVENSI
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
Kaji timbulnya demam
|
Mengkaji
timbulnya demam
|
Demam timbul
pada hari ke-2
|
2
|
Observasi TTV
klien tiap 4 jam atau lebih sering
|
Mengobservasi
TTV klien tiap 4 jam atau lebih sering
|
Terjadi
takikardi & hipertemi
|
3
|
Jelaskan
pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak
dilakukan
|
Menjelaskan
pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak
dilakukan
|
Klien mengerti
akan pentingnya tirah baring dan dapat melakukannya
|
4
|
Anjurkan pasien
untuk banyak minum ±2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaat bagi pasien
|
Menganjurkan
pasien untuk banyak minum ±2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaat bagi pasien
|
Klien hanya
mampu minum 1-2 ltr/hari
|
5
|
Berikan kompres
hangat
|
Memberikan kompres
hangat
|
Suhu tubh
menurun
|
6
|
Kolaborasi dalam
pemberian antipiretik
|
Melakukan
kolaborasi dalam pemberian antipiretik
|
Pemberian obat
sesuai instruksi dokter
|
2. Defisit volume cairan tubuh sehubungan dengan
peningkatan permeabilitas dinding plasma, evaforasi, intake tidak adekuat
NO
|
INTERVENSI
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
Kaji keadaan
umum klien dan TTV
|
Mengkaji keadaan
umum klien dan TTV
|
KU : lemah
|
2
|
Anjurkan klien
untuk banyak minum 1500-2000 ml (sesuai toleransi)
|
Menganjurkan
klien untuk banyak minum 1500-2000 ml (sesuai toleransi)
|
Klien mampu
minum 2 ltr/hari
|
3
|
Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik
(riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek)
|
Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik
(riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek)
|
Pasien nampak
muntah, bibirpecah-pecah
|
4
|
Kaji intake dan
output
|
Mengkaji intake
dan output
|
Intake &
output tidak seimbang
|
5
|
Kolaborasi dalam
pemberian cairan intravena sesuai indikasi
|
Melakukan
kolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuai indikasi
|
Pemberian obat
sesuai instruksi dokter
|
3.
Risiko tinggi
terjadinya perdarahan sehubungan dengan trombositopenia
NO
|
INTERVENSI
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang
disertai dengan tanda-tanda klinis.
|
Memonitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda
klinis
|
Terjadi perdarahan (petekie)
|
2
|
Beri penjelasan
tentang pengaruh trombositopenia pada klien
|
Memberi penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien
|
Klien mampu memahami pengaruh trombositopenia
|
3
|
Anjurkan klien untuk banyak istirahat
|
Menganjurkan klien untuk banyak istirahat
|
Klien tidak dapat beristirahat dengan
tenaang akibat demam
|
4
|
Beri penjelasan pada klien/keluarga untuk segera
melaporkan tanda-tanda perdarahan
(hematemesis,melena, epistaksis)
|
Memberi penjelasan pada klien/keluarga untuk segera melaporkan tanda-tanda
perdarahan (hematemesis,melena,
epistaksis)
|
Keluarga/klien mampu mengerti dengan
penjelasan yag diberikan
|
5
|
Antisipasi terjadinya perdarahan ( sikat gigi
lunak, tindakan incvasif dengan hati-hati)
|
Mengantisipasi terjadinya perdarahan ( sikat gigi lunak, tindakan incvasif
dengan hati-hati)
|
|
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari
kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
NO
|
INTERVENSI
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan
yang dialami klien
|
Mengkaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien
|
Klien nampak muntah
|
2
|
Kaji cara/pola menghidangkan makanan klien
|
Mengkaji cara/pola menghidangkan makanan klie
|
Klien menyukai alat hidangan makanan warna
pink
|
3
|
Berikan makanan yang mudah ditelan seperti:
bubur dan dihidangkan saat masih hangat.
|
Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan dihidangkan saat
masih hangat
|
Klien tidak menyukai bubur
|
4
|
Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi
sering
|
Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
|
Makanan tidak dihabiskan walaupun dalam
porsi kecil
|
5
|
Jelaskan manfaat
nutrisi bgi klien terutama saat sakit
|
Menjelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit
|
Klien dapat mengerti manfaat dari nutrisi
|
6
|
Ukur BB klien tiap hari
|
Mengukur BB klien tiap hari
|
BB klien menurun
|
5. Intoleransi aktifitas sehubungan dengan kelemahan
NO
|
INTERVENSI
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
Kaji keluhan klien
|
Mengkaji keluhan klien
|
Klien hanya ingin tidur
|
2
|
Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan
oleh klien sehubungan degan kelemahan fisiknya.
|
Mengkaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh klien sehubungan degan
kelemahan fisiknya
|
Klien mampu makan sendiri
|
3
|
Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya
sesuai dengan tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, eliminasi.
|
Membantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat
keterbatasan klien seperti mandi, makan, eliminasi.
|
Klien butuh bantuan saat mandi
|
4
|
Bantu klien untuk
mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya
|
Membantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya
|
Klien mampu makan sendiri
|
5
|
Letakkan
barang-barang di tempat yang mudah dijangkau oleh klien
|
Meletakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau oleh klien
|
Klien dapat menjangkau barang-barangnya
|
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, LJ.
1998. Diagnosa Keperawatan; aplikasi praktik klinik. EGC: Jakarta.
Cecily, L Beth,
Linda A Sowden. 2002. Buku Saku
Keperawatan Pediatric, Edisi 3.,
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
https://zulfiprint19.blogspot.co.id/
Effendy, Christantie. 1995. Perawatan pasien DHF, EGC: Jakarta
Mansjoer,
Arif, et al. 1999. Kapita
Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius:FKUI Jakarta
Maryllin E
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.
Nelson .
2000. Ilmu Kesehatan Anak,volome I , Edisi 15. EGC : Jakarta
Suryadi,
Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi Kedua. Sagung Seto : Jakarta
Wong, Donna.
2004. Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik. EGC : Jakarta
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA, JANGAN LEWATKAN ARTIKEL LAINNYA YAH SAY :) SYUKRAN :) jangan lupa invite bbm > ig > & FB kami yah say :)
No comments:
Post a Comment