BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Penyakit kardiovaskular merupakan problem kesehatan
yang penting di dunia. Setiap tahun di Inggris dilaporkan sebanyak 138.000
orang meninggal karena penyakit ini, sedangkan di Amerika Serikat sekitar
600.000 orang.
Di Indonesia kecendrungan peningkatan penyakit
kardiovaskular seperti di negara maju juga mulai terjadi. Data dari Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986
menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular di
Indonesia dibandingkan dengan tahun 1980, yaitu dari urutan kesembilan menjadi
peringkat keenam.
Sedangkan Survei tahun 1994 menunjukkan penyakit ini
merupakan penyebab kematian pertama untuk usia di atas 40 tahun, sedangkan
survei tahun 1995 melaporkan penyakit ini merupakan penyebab kematian pertama
untuk usia di atas 35 tahun.
Salah satu penyakit kardiovaskular adalah angina
pektoris, yaitu suatu penyakit dengan gejala klinik sakit dada yang khas,
seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri.
Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas dan segera
menghilang bila pasien beristirahat. Sakit dada pada angina pectoris merupakan
salah satu manifestasi iskemia miokard yang disebabkan karena timbulnya
ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan penyediaan oksigen otot jantung yang
disebabkan oleh aliran darah koroner yang berkurang. Aliran pembuluh darah
koroner yang berkurang ini disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner
yang terjadi akibat proses aterosklerosis arteri koronaria epikardial.
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai
peran dalam melakukan asuhan
keperawatan Pada Klien
Dengan penyakit cardiovaskuler seperti
Unstable Angina Pectoris yang
meliputi peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam upaya
promotif perawat berperan dengan memberikan pendidikan kesehatan meliputi
pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari penyakit sehingga dapat mencegah
bertambahnya jumlah penderita. Dalam upaya preventif, perawat memberi
pendidikan kesehatan mengenai cara-cara pencegahan agar klien tidak terkena
penyakit dengan membiasakan pola hidup sehat. Peran perawat dalam upaya kuratif
yaitu memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan respon klien
terhadap penyakit yang diderita, seperti: memberikan klien istirahat fisik dan
psikologis, mengelola pemberian terapi Oksigen. Sedangkan peran perawat dalam
upaya rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien yang
sudah terkena penyakit agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.
B.
TUJUAN
PENULISAN
1.
Tujuan
umum
Mahasiswa
mampu memahami konsep teori dari unstable angia pectoris secara umum terutama
dalam konsep keperawatan.
2.
Tujuan
khusus
a. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dalam mengumpulkan
data klien secara komprehensif.
b. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dalam menganalisis
data yang diperoleh kemudian merumuskan masalah keperawatan yang muncul.
c. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dalam menyusun
perencanaan atau intervensi keperawatan berdasarkan diagnose yang ada.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan dan
juga mengevaluasi kembali.
C.
MANFAAT
1.
Melalui penulisan
makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
keperawatan pada pasien Untable Angina Pectoris sehingga kedepannya dapat melaksanakan
asuhan keperawatan secara optimal dan kompeten.
2.
Kegiatan praktek
mahasiswa keperawatan dalam menjalani program profesi diharapkan mampu mengaplikasikan
teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya, serta dapat melihat kesenjangan
yang ada antara teori dengan kenyataan di lapangan.
3.
Pelaksanaan seminar
kasus dapat menjadi masukan, bahan informasi serta koreksi terhadap mahasiswa
dan institusi pendidikan untuk meningkatkan skill dan ilmu. Sehingga mahasiswa
keperawatan mampu mengaktualisasikan ilmu dan keterampilan secara efisien dalam
kehidupan masyarakat.
D.
METODE
PENULISAN
1.
Metode kepustakaan
Metode penulisan
dengan menggunakan beberapa literatur sebagai sumber dan catatan Medical Record
(MR) pasien.
2.
Metode wawancara
Data diperoleh
melalui wawancara langsung dengan klien dan keluarga.
3.
Metode observasi
Dengan mengobservasi
langsung keadaan klien.
E.
SISTEMATIKA
PENULISAN
1.
Bab I merupakan
pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, Manfaat,
metode penulisan dan sistematika penulisan
2.
Bab II berisi
landasan teori Angina Pectoris
3.
Bab III berisi
tentang tinjauan kasus klien dengan unstable angina pectoris
4.
Bab IV membahas
kesinambunagan antara teori dan kasus
5.
Bab V berupa penutup
yang memuat kesimpulan dan saran
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
I.
KONSEP DASAR MEDIS
A.
PENGERTIAN
Angina (angina pektoris) merupakan nyeri dada sementara
atau suatu perasaan tertekan, yang terjadi jika otot jantung mengalami
kekurangan oksigen. kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh beratnya
kerja jantung
(kecepatan dan kekuatan denyut jantung). Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena
itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri
menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi
kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia dan
menyebabkan nyeri.
Angina Pectoris adalah
suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada yang
khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat didada yang seringkali menjalar
ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen. Sakit dada
tersebut biasanya timbul pada waktu klien melakukan suatu aktivitas dan segera
hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya.
Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari
sindroma iskemik miokard akut yang berada di antara angina pektoris stabil dan
anfark miokard akut. Terminologi ATS harus tercakup dalam kriteria penampilan
klinis sebagai berikut :
a. Angina
pertama kali
Angina
timbul pada saat aktifitas fisik. Baru pertama kali dialami oleh penderita
dalam priode 1 bulan terakhir.
b. Angina progresif
Angina
timbul saat aktifitas fisik yang berubah polanya dalam 1 bulan terakhir, yaitu
menjadi lebih sering, lebih berat, lebih lama, timbul dengan pencetus yang
lebih ringan dari biasanya dan tidak hilang dengan cara yang biasa dilakukan.
Penderita sebelumnya menderita angina pektoris stabil.
c. Angina waktu istirahat
Angina
timbul tanpa didahului aktifitas fisik ataupun hal-hal yang dapat menimbulkan
peningkatan kebutuhan O2 miokard.
Lama angina sedikitnya 15 menit.
d. Angina sesudah IMA
Angina
yang timbul dalam periode dini (1 bulan) setelah IMA.
Kriteria penampilan klinis tersebut dapat terjadi
sendiri-sendiri atau bersama-bersama tanpa adanya gejala IMA. Nekrosis miokard
yang terjadi pada IMA harus disingkirkan misalnya dengan pemeriksaan enzim
serial dan pencatatan EKG.
Gradasi beratnya nyeri dada telah dibuat oleh ” Canadian
Cardiovaskular Society” sebagai berikut :
§
Klas I aktivitas sehari-hari seperti pejalan kaki,
berkebun, naik tangga 1-2 lantai dan lain-lain tak menimbulkan nyeri dada,
nyeri dada baru timbul pada latihan yang berat, berjalan cepat serta
terburu-buru waktu kerja atau bepergian.
§
Klas
II. Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misal AP timbul bila melakukan
aktivitas lebih berat dari biasanya, seperti jalan kaki 2 blok, naik
tangga lebih dari satu lantai atau
terbnuru-buru, berjalan menjak atau melawan ngina dan lain-lain.
§
Klas
III. Aktivitas sehari-hari nyata terbatas. AP timbul bila berjalan 1-2 bolk,
naik tangga 1 lantai dengan kecepatan yang biasa.
§
Klas
IV. AP bisa timbul waktu istirahat sekalipun. Hampir semua aktivitas dapat
menimulkan angina, termasuk mandi, menyapu dan lain-lain.
Nyeri dada ada yang mempunyai ciri-ciri iskemik
miokardium yang lengkap, sehingga tak meragukan lagi untuk diagnosis, disebut
sebagai nyeri dada (angina) tipikal. Sedangkan nyeri yang meragukan tidak
mempunyai ciri-ciri yang lengkap dan perlu dilakukan pendekatan yang hati-hati,
disebut angina atipik. Nyeri dada lainnya yang sudah jelas berasal dari luar
jantung disebut nyeri non kardiak.
B.
ETIOLOGI
Beberapa keadaan yang dapat merupakan penyebab baik
tersendiri ataupun bersama-sama yaitu :
a. Faktor
di luar jantung
Pada penderita stenosis arteri
koroner berat dengan cadangan aliran koroner yang terbatas maka hipertensi
sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian obat-obatan simpatomimetik
dapat meningkatkan kebutuhan O2 miokard sehingga mengganggu
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru menahun
dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan takhikardi dan menurunnya
suplai O2 ke miokard.
b. Sklerotik
arteri koroner
Sebagian besar penderita ATS
mempunyai gangguan cadangan aliran koroner yang menetap yang disebabkan oleh
plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa disertai trombosis baru yang dapat
memperberat penyempitan pembuluh darah koroner. Sedangkan sebagian lagi
disertai dengan gangguan cadangan aliran darah koroner ringan atau normal yang
disebabkan oleh gangguan aliran koroner sementara akibat sumbatan maupun spasme
pembuluh darah.
c. Agregasi
trombosit
Stenosis arteri koroner akan
menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan
agregasi trombosit yang akhirnya membentuk trombus dan keadaan ini akan
mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.
d. Trombosis
arteri koroner
Trombus akan mudah terbentuk pada
pembuluh darah yang sklerotik sehingga penyempitan bertambah dan kadang-kadang
terlepas menjadi mikroemboli dan menyumbat pembuluh darah yang lebih distal.
Trombosis akut ini diduga berperan dalam terjadinya ATS.
e. Pendarahan
plak ateroma
Robeknya plak ateroma ke dalam
lumen pembuluh darah kemungkinan mendahului dan menyebabkan terbentuknya
trombus yang menyebabkan penyempitan arteri koroner.
f. Spasme
arteri koroner
Peningkatan kebutuhan O2 miokard
dan berkurangnya aliran koroner karena spasme pembuluh darah disebutkan sebagai
penyeban ATS. Spame dapat terjadi
pada arteri koroner normal atupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Spasme
yang berulang dapat menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma,
agregasi trombosit dan trombus pembuluh darah.
Beberapa faktor risiko yang ada hubungannya dengan proses
aterosklerosis antara lain adalah :
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
Umur,
jenis kelamin dan riwayat penyakit dalam keluarga.
b. Faktor risiko yang dapat diubah :
Merokok,
hiperlipidemi, hipertensi, obesitas dan DM.
C.
PATOFISIOLOGI
Telah
diketahui sel endotel pembuluh darah mampu melepaskan endothelial derived
relaxing factor (EDRF) yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah, dan
endothelial derived derived constricting factor (EDCF) yang menyebabkan
kontraksi pembuluh darah.
Pada
keadaan normal, pelepasan (EDRF) terutama diatur oleh asetilkoin melalui
perangsangan muskarinik yang mungkin terletak di sel endotel, berbagai substansi
lain seperti trombin, adenosine diposfat (ADP), adrenalin, serotonin,
vasopressin, histamine dan Non adrenalin juga mampu merangsang pelepasan EDRF,
selain memiliki efek tersendiri terhadap pembuluh darah.
Pada
keadaan patologis seperti adanya aterosklerotik maka serotonin, ADP dan
asetilkolin justru merangsang pelepasan EDCF. Hipoksia akibat aterosklerotik
pembuluh darah juga pelepasan EDCF.
Berhubung
karena sebagian besar penderita AP juga menderita ateosklerotik di pembuluh
darah koroner, maka produksi EDRF menjadi berkurang dan sebaiknya produksi EDCF
bertambah sehingga terjadi peningkatan tonus A.coronaria.
Walaupun
demikian, jantung memiliki coronary reserve yang besar, maka pada keadaan
biasa, penderita mengalami arterosklerotik pembuluh darah koroner mungkin tidak
ada gejala. Namun apabila beban jantung meningkat akibat aktivitas fisik, atau
oleh suatu sebab terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis, maka aliran
darah koroner ke miokard berkurang sehingga terjadi hipoksia miokard. Telah dibuktikan
bahwa hipoksia merangsang pelepasan berbagai substansi vasoaktif seperti
katekolamin dari ujung-ujung saraf simpatis jantung; ditambah dengan
meningkatnya produksi EDCF, maka terjadilah vasokontriksi a.coronaria lebih
lanjut dan jantung menjadi lebih iskemik.
Keadaan
hipoksia dan iskemik ini akan merubah proses glikolisis dari aerobic menjadi
anaerobic, dengan demikian terjadi penurunan sintesis ATP dan penimbunan asam
laktat. Selain itu penurunan oksidasi metabolic mengakibatkan
terlepasnya banyak adenine nukleotida, sehingga produk hasil degradasi adenin
nukleotida yaitu adenosin juga meningkat.
Adenosine
sebenarnya memiliki efek kardio protektif
karena substansi ini menghambat pelepasan enzim proteolitik, menghambat
interaksi endotel dan neotrofil, menghambat agredasi platelet dan menghambat
pelepasan tromboksan akan tetapi, Crea, DKK
(1990) telah membuktikan bahwa nyeri dada angina adalah disebabkan oleh
adenosine.
Nyeri
pada AP terutama disalurkan oleh aferen simpatis jantung.saraf ini bergabung dengan
saraf somatic cervico-thoracalis pada jalur asending didalam medulla spinalis
sehingga keluhan AP yang khas adalah nyeri dada bagian kiri atau substernal
yang menjalar ke bahu kiri terus ke kelingking tangan kiri.
Pada
tahun 1974, stern dan Tziponi pertama kali melaporkan tentang silent miokardial
eschemia, karena dengan pemantauan Holter dapat terlihat adanya episode-episode
eschemia yang tanpa disertai keluhan. Pada tahun 1986 Peter cohn memperkenalkan
defenisi total ischemic burden. yaitu jumlah dan lamanya episode
iskemia yang dialami selama 24 jam disertai atau tidak disertai gejala.
Berhubungan karna serangan-serangan ischemia pada
waktu istirahat ternyata terjadi denyut Jantung yang lebih rendah dibanding
pada waktu uji latih beban (exercise tes), maka dapat disimpulkan bahwa
patofisiologi AP melibatkan mekanisme-mekanisme selain endotel yaitu :
perubahan fungsi pembuluh darah koroner, perubahan fungsi mikrosirkulasi,
keadaan kolateral dan pengaruh variasi sirkardian.
D.
TANDA
DAN GEJALA
Nyeri
dengan derajat bervariasi, mulai dengan rasa tertekan pada dada atas sampai
nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat
terasa pada dada di daerah belakang sternum atas atau sternum ketiga tengah
(retrosternal). meskipun rasa nyeri tersebut dapat
menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas. Pasien biasanya
memperlihatkan rasa sesak, tercekik dengan kualitas yang terus
menerus, rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan dan tangan akan
menyertai rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin merasa akan segera
meninggal. Karakteristik utama nyeri angina adalah nyeri tersebut
akan berkurang apabila faktor predipitasinya dihilangkan.
E.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Beberarapa
pemeriksaan lab diperlukan disini : Hb, Ht, Trombosit dan pemeriksaan terhadap
faktor resiko koroner seperti gula darah, profil lipid, penanda inflamasi akut
bila nyeri dada cukup berat dan lama, seperti enzim CK/CKMB, CRP/hs CRP, Troponin.
Bila nyeri dada tidak mirip suatu UAP maka tidak semuanya
pemeriksaan-pemeriksaan ini diperlukan. Pemeriksaam troponin T dan I dan
peneriksaan CK-MB merupakan petanda penting dalam diagnosis SA. Bila troponin
meningkat dalam dalam 24 jam maka dapat dianggap terdapat mionekrosis. Resiko
kematian bertambah seiring dengan peningkatan troponin. Sedangkan CK-MB kurang
spesifik karena juga ditemukan pada otot skeletal yang mati/ruptur.
b. Diagnostik
Pedoman
yang di susun oleh AHA telah cukup lengkap untuk melakukan pemeriksaan dan
penatalaksanaan yang efektif dan efisien PJK, sehingga ia dipakai sebagai dasar
penyusunan pedoman-pedoman yang diusulkan berikut ini. Untuk menghasilkan bahwa
memang ada iskemia miokardium sebab nyeri dada maka diperlukan beberapa
pemeriksaan :
1) EKG Waktu Istirahat
Dikerjakan
bila belum dapat dipastikan bahwa nyeri dada adalah non kardiak. Bila angina
tidak tipikal, maka EKG 12 leads yang
khas adalah perubahan ST-T yang sesuai iskemia miokardium. Akan tetapi
perubahan-perubahan lain kearah faktor resiko seperti LVH dan adanya Q abnormal
amat berarti untuk diagostik. Gambaran EKG lainnya tidak khas seperti aritmia,
BBB, bi trifasikular bolk dan sebagainya. EKG istirahat waktu sedang nyeri dada
dapat menambah kemungkinan di temukannya kelainan yang sesuai dengan iskemia
sampai 50 % lagi, walaupun EKG istrahat masih normal pada waktu nyeri hilang
sesuai pula untuk iskemia. Meskipun begitu pemeriksaan EKG pada angina pektoris
yang dipastikan tak stabil tidak terlalu dibutuhkan.
2) Foto Toraks
Pemeriksaan
ini dapat melihat misal adanya klasifikasi koroner ataupun katup jantung, tanda-tanda
lain, misal pasien menderita juga gagal jantung katup, perikarditis, dan
anurisma dissekan, serta pasien-pasien yang cenderung nyeri dada karena
kelainan paru-paru.
3) EKG Waktu Aktivitas/Latihan
Penting
sekali dilakukan pada pasien-pasien yang amat dicurigai, termasuk kelainan EKG
seperti BBB dan ST depresi ingan. begitu pada angina vasoplastik. Treadmill
exercice test memiliki sensitivitas dan spesitias yang ternyata lebih rendah
dari tes lainnya.
4) Elektrocardiografi
Pemeriksaan
ECG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi resiko pasien
angina pektoris tak stabil. Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan
kemungkinan adanya iskemia akut. Gelombang T negatif juga salah satu tanda
iskemik atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan T yang non spesifik seperti
depresi segmen ST kurang dari 0,5 mm dan gelombang T negatif kurang dari 2 mm, tidak spesifik untuk iskemi
dan dapat disebabkan oleh hal lain. Pada angina tak stabil 4% mempunyai ECG
normal, dan pada NSTEMI 1-6% ECG juga normal.
F.
PENATALAKSANAAN
Tujuan
pelaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan
untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui
terapi farmakologi dan control terhadap factor risiko. Secara bedah tujuan ini
dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas
arteri koroner atau angioplasty koroner transluminal perkutan. Biasanya
kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
Terapi
Farmakologis
· Nitrogliserin
à
untuk menurunkan komsumsi jantung yang akan menurunkan iskemik dan akan
mengurangi angina.
· Penyekat
beta adregenik à
menghambat impuls simpatik ke jantung.
· Antagonis
ion kalsium / penyekat kanal. Meningkatkan suplai O2 ke jantung /
melebarkan dinding otot polos arteriol koroner.
· Kontrol
terhadap factor resiko
Berhenti merokok, orang obesitas
dianjurkan menurunkan BB, untuk mengurangi kerja jantung, kolesterol darah, TD,
DM, nesistro fisik.
· secara
bedah melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri
koroner / angloplasti koroner transluminet perkutan (PTCA)
G.
KOMPLIKASI
·
Infark
miokard
·
Gagal
jantung
·
Kelainan
katup
·
VSD
· Multi organ Failure
II.
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala
: Pola hidup monoton, kelemahan, kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan,
nyeri dada bila
bekerja, menjadi terbangun bila nyeri dada.
Tanda
: Dispnea saat bekerja
SIRKULASI
Gejala
: Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan.
Tanda
: Takikardia, disritmia,
tekanan darah normal, meningkat atau
menurun, Bunyi jantung ; mungkin normal
; S4 lambat atau mur-mur sistolik transient lambat
(disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat nyeri.
Kulit/membran mukosa lembab, dingin, pucat pada adanya
vasokontriksi.
MAKANAN / CAIRAN
Gejala
: Mual, nyeri ulu hati/epigastrium saat makan.
Diet tinggi kolesterol/lemak, garam, kafein, minuman
keras.
Tanda
: Ikat pinggang sesak, distress gaster
INTEGRITAS EGO
Gejala
: Stessor kerja, kerluarga, dll.
Tanda
: Ketakutan, mudah marah
NYERI / KETIDAKNYAMANAN
Gejala
: Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar kerahang,
leher
dan bahu, dan ekstremitas atas
(lebih pada kiri daripada kanan).
Kualitas
: macam : ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar.
Durasi
: Biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3
menit).
Faktor
pencetus : nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi besar, seperti marah
atau hasrat seksual; olahraga pada suhu ekstrim; atau mungkin tak dapat
diperkirakan dan / atau terjadi selama istirahat.
Faktor
penghilang : nyeri mungkin responsif terhadap mekanisme penghilang tertentu
(contoh : istirahat, obat antiangina).
Nyeri
dada atau terus menerus yang telah berubah frekwensi, durasinya, karakter atau
dapat diperkirakan (contoh : tidak stabil, bervariasi, prinzmetal)
Tanda
: Wajah berkerut meletakkan pergelangan tangan pada
midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot, gelisah.
Respon
otomatis, contoh : takikardi, perubahan tekanan darah.
PERNAPASAN
Gejala
: Dispnea saat kerja ; Riwayat merokok
Tanda
: Meningkat pada frekwensi / irama dan gangguan kedalaman
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala
: Riwayat keluarga sakit jantung, hypertensi, stroke,
diabetes.
Penggunaan / kesalahan penggunaan obat jantung,
hypertensi atau obat yang dijual bebas. Penggunaan alkohol teratur, obat narkotik; contoh kokain,
amfetamin
B.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan / kriteria
|
Rencana keperawatan
|
1.
2.
3
|
Nyeri (dada) berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen miokard ditandai
dengan
DS :
-
Klien mengeluh nyeri dari daerah dada menjalar sampai kelengan kiri
DO :
-
Nampak gelisah
-
Merintih
Penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan inotropik (iskemia miokard transien / memanjang) ditandai dengan
DS :
-
Klien mengeluh lemah
DO :
-
Menurunnya nadi perifer.
-
Kulit dingin / pucat.
-
Penurunan toleransi aktifitas
Ansietas berhubungan dengan
ancaman terhadap konsep diri ditandai dengan
DO :
-
Mengungkapkan masalah berkenaan dengan peningkatan ketegangan /
ketidakberdayaan
DS :
-
Ketakutan
-
Gelisah
|
Menyatakan / menunjukkan
nyeri berkurang /hilang dengan kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan pengurangan nyeri
- Nampak relaks dan menunjukkan rasa tenang
Mengungkapkan penurunan
episode dispnoe, angina dan disritmia dengan kriteria
hasil
:
- Menunjukkan peningkatan toleransi aktifitas.
- Berpartisipasi pada kegiatan aktifitas yang menurunkan
kerja jantung
Mengungkapakan ansietas
menurun sampai tingkat yang dapat diatasi dengan kriteria
hasil
:
- Mengungkapkan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat yang
sesuai.
- Menunjukkan strategi koping efektif / keterampilan pemecahan masalah
|
1.
Pertahankan istirahat selam episode episose nyeri
2.
Kaji ; lokasi, durasi, penyebaran dan awitan gejala baru
3.
Berikan oksigen sesuai indikasi
4.
Kaji dan catat gambaran nyeri
5.
Dapatkan EKG 12 lead selama episode nyeri
6.
Berikan obat sesuai indikasi
1.
Pantau tanda vital ; frekuensi jantung, TD
2.
Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung, disorientasi
3.
Catat warna kulit dan kualitas nadi
4.
Auskultasi bunyi nafas dan jantung, dengarkan murmur
5.
Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam melakukan aktifitas
perawatan diri sesuai indikasi
6.
Tekankan pentingnya menghindari regangan / angkat berat khususnya selam
defekasi
7.
Observasi adanya tanda dan gejala GJK
1.
Jelaskan tujuan tes dan contoh tes stres
2.
Dorong keluarga dan teman untuk menganggap klien seperti sebelumnya
3.
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh menolak , depresi dan
marah
4.
Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan / membatasi serangan akan datang dan
meningkatkan stabilits jantung
|
C.
PATHWAY
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
PENGKAJIAN
No. RM : 549326
Tanggal Masuk : 14 maret 2016
Tanggal Pengambilan
Data : 16 maret 2016
Diagnosa Medis Masuk : CHF NYHA III
A.
Identitas
Nama : Tn H
Umur : 61 tahun
Pendidikan : sarjana
Pekerjaan : pensiunan PNS
Suku : makassar
Agama : Islam
Status
Mental : Baik
Alamat : Maros
Sumber
Informasi : Medical record,
klien dan keluarga
B.
Riwayat Kesehatan
Keluhan
Utama : Nyeri dada
Riwayat
Keluhan : klien mengatakan nyeri pada dada seperti
tertusuk-tusuk dengan skala 3 (ringan), sifat keluhan hilang timbul dan
berlangsung 5 menit dan semakin berat saat klien bergerak. Keluhan ini klien
rasakan 6 jam sebelum masuk RS.
Keluhan
Saat di Kaji : selain nyeri dada, klien juga merasa sesak
napas terutama saat beraktifitas sehingga klien tidak bisa melakukan aktifitas
secara mandiri dan harus dibantu keluarga.
Terapi
yg Pernah dijalani: sebelumnya klien
pernah melakukan pemeriksaan cateterisasi jantung.
C.
Riwayat Keperawatan
Riwayat
Penyakit Sebelumnya : pada tahun 2011
lalu klien pernah terkena serangan jantung dan sempat dirawat.
Riwayat
Kesehatan Keluarga :
:
Generasi I :
Kedua kakek dan nenek klien dari bapak dan ibu klien telah meninggal karena
factor usia.
Generasi II : Ayah dan ibu klien
telah meninggal, ibu klien meninggal di mekkah dicurigai karena serangan
jantung.
Generasi III : Saudara-saudara klien tidak ada yang
menderita penyakit, namun klien menderita penyakit CHF.
D.
Aspek Psikososial
1.
Persepsi Klien
a.
Hal yang dipikirkan saat ini : penyakitnya
b.
Harapan setelah menjalani perawatan : bisa segera pulih kembali.
2.
Sosial/interaksi
a.
Hubungan klien dengan keluarga : baik
b.
Hubungan klien dengan tetangga : baik
c.
Dukungan keluarga : baik
d.
Reaksi saat interaksi : baik
3.
Spiritual/kepercayaan
a.
Kegiatan ibadah yang dilakukan selama
sakit : berzikir, berdo’a
b.
Tanggapan mengenai kondisi saat ini
terkait dengan kepercayaan klien : merupakan takdir yang harus diterima, dan
harus sabar dalam menghadapinya.
E.
Aktivitas Sehari-hari
1.
Nutrisi
Sebelum Sakit
|
Saat
Sakit
|
a.
Selera : baik
b.
Menu : nasi, sayur, ikan, telur
c.
Frekuensi : 3-4 x sehari
d.
Pembatasan Makanan : tidak ada
e.
Penggunaan Alat Bantu : tidak ada
|
a.
Selera : baik
b.
Menu : nasi/bubur, sayur, ikan,
tahu
c.
Frekuensi : 3 x sehari
d.
Pembatasan Makanan : tidak ada.
e.
Penggunaan Alat Bantu : tidak ada
|
2.
Cairan
Sebelum Sakit
|
Saat
Sakit
|
a.
Jenis Minuman : air mineral, teh,
susu
b.
Frekuensi : on demand
c.
Terapi Cairan : tidak ada
d.
Jumlah : -
|
a.
Jenis Minuman : air mineral
b.
Frekuensi : on demand
c.
Terapi Cairan : NaCL 0,9 %
d.
Jumlah : 500 ml perhari
e.
CRT : <3 detik
f.
Turgor : elastic
g.
Mukosa : lembab.
|
3.
Eliminasi (BAB dan BAK)
Sebelum Sakit
|
Saat
Sakit
|
BAB
a.
Frekuensi : 1 x per 3 hari
b.
Kesulitan : tidak ada
c.
Konsistensi : lunak
|
BAB
a.
Frekuensi : 1 x per 3 hari
b.
Kesulitan : tidak ada
c.
Konsistensi : lunak
d.
Penggunaan Alat Bantu : tidak
|
Sebelum
Sakit
|
Saat
Sakit
|
BAK
a.
Frekuensi : 5 x per hari
b.
Kesulitan : tidak ada
c.
Warna : amoniak
|
BAK
a.
Frekuensi : 5 x per hari
b.
Kesulitan : tidak ada
c.
Warna : amoniak
d.
Penggunaan Alat Bantu : tidak
|
4.
Istirahat /Tidur
Sebelum Sakit
|
Saat
Sakit
|
a.
Jumlah jam tidur (siang dan
malam) : 9 jam
b.
Pola tidur : baik
|
a.
Jumlah jam tidur (siang dan
malam) : 8 jam
b.
Pola tidur : baik
c.
Keluhan selama tidur : tidak ada
|
5.
Personal Hygiene
Sebelum Sakit
|
Saat
Sakit
|
a.
Frekuensi mandi : 2 x perhari
b.
Cuci rambut : 2 x perhari
c.
Gunting kuku : 1 x seminggu
d.
Sikat gigi : 3 x perhari
|
a.
Frekuensi mandi : tidak pernah,
hanya menggunakan waslap.
b.
Cuci rambut : tidak pernah
c.
Gunting kuku : tidak pernah
d.
Sikat gigi : tidak pernah
|
6.
Aktivitas/ Mobilitas Fisik
Sebelum Sakit
|
Saat
Sakit
|
Kegiatan
Sehari-hari : berkumpul dengan keluarga, dan kadang jalan-jalan sekitar
rumah.
|
a.
Kegiatan Sehari-hari : tidak ada
b.
Kondisi yang membatasi : nyeri
dada & sesak.
c.
Keterbatasan pergerakan : ada,
karena nyeri.
d.
ROM : aktif
|
F.
Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan umum (GCS) : 15 (composmentis)
2.
Vital sign
a.
BP :
120/70 mmHg
b.
HR :
82 x/i
c.
R :
24 x/i
d.
T :
36,70C
3.
Antropometri
a.
BB :
56 kg
b.
TB / LLA :
165 cm
c.
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 20,6
4.
Sistem pernapasan
a.
Hidung : normal, tidak terdapat sinus ataupun
kelainan lainnya
b.
Leher : Pembesaran kelenjar (tidak ada)
c.
Dada
1)
Bentuk dada : normochest
2)
Pergerakan dada : simetris kiri dan kanan
3)
Fremitus :
normal
4)
Bunyi napas : vesikuler, nada rendah dan bersifat halus, inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi.
5)
Bunyi napas tambahan : tidak ada
Ronchi
: tidak ada
Wheezing
: tidak ada.
d.
Saturasi oksigen : 99 %
e.
Clubbing finger : tidak ada
5.
Sastem kardiovaskular
a.
Conjungtiva : tidak anemis
b.
Ictus cordis : normal, tidak tampak berupa
tonjolan dan juga tidak bergeser pada ICS 5.
c.
BJ I dan II : normal, BJ I terdengar
ketika katub mitral & trikuspidalis menutup. BJ II terdengar ketika katub
aorta dan pulmonalis menutup.
d.
BJ tambahan : tidak ada suara bising
jantung.
e.
CRT :
<3 detik
f.
Peningkatan tekanan vena jugularis : tidak ada, normalnya 8 cmH2O
g. Pulsasi
nadi perifer :
normal, 82 x/i
h. Batas-batas
jantung:
· Katup
mitral terletak pada garis sternal kanan ICS 5
· Katup
trikuspid terletak pada sternal kiri ICS 4
· Katup
semilunaris (aorta dan pulmonaris) terletak pada sternal kiri pada ICS 2
6.
Sistem pencernaan
a.
Bibir / mukosa : lembab
b.
Keadaan mulut : bersih
c.
Inspeksi abdomen : warna merata
d.
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan, dan juga tidak terdapat distensi abdomen.
e.
Perkusi :
Pekak sebelah kanan atas, yang lainnya timpani
f.
Auskultasi : peristaltic 9 x permenit
7.
Sistem indera
a.
Mata
1)
Kelopak mata : baik
2)
Bulu mata / alis : rata/normal
3)
Visus :
3/6
b.
Hidung
1)
Fungsi penciuman : baik
2)
Jalan napas : bebas
c.
Telinga
1)
Keadaan daun telinga : baik
2)
Fungsi pendengaran : baik
8.
Sistem saraf
a.
Fungsi cerebral
1)
Status mental : normal
2)
Tingkat kesadaran : GCS 15
b.
Fungsi cranial
1)
N I :
normal
2)
N II :
tidak normal (penurunan fungsi)
3)
N III :
normal
4)
N IV :
normal
5)
N V :
normal
6)
N VI :
normal
7)
N VII :
normal
8)
N VIII :
normal
9)
N IX :
normal
10)
N X :
normal
11)
N XI :
normal
12)
N XII :
normal
c.
Fungsi motorik
1)
Massa otot : normal
2)
Kekuatan otot : 5
d.
Fungsi sensorik
1)
Suhu :
36,70C
2)
Nyeri :
ada
e.
Fungsi cerebellum
Koordinasi
dan keseimbangan : normal
f.
Refleks
1)
Jelaskan refkleks fisiologis dan
patologis yang ada
Refleks
patologis; kerning sign; (-), Laseq sign (-), Brusinsky (-), Babinsky (-)
Reflex fisiologis; Bisep (+), trisep
(+), patella (+)
2)
Iritasi meningen : tidak
9.
Sistem musculoskeletal
a.
Kepala dan leher : baik
b.
Vertebra :
baik
c.
ROM dan fungsi gerak : ROM aktif, fungsi gerak
baik
d.
Lutut :
baik
e.
Kekuatan ekstremitas atas dan bawah : ekstremitas atas 5, ekstremitas
bawah 5
f.
Keterbatasan pergerakan dan diakibatkan
oleh : ada keterbatasan, untuk mencegah
nyeri dada semakin berat dan juga karena sesak.
10.
Sistem integument
a.
Rambut :
hitam
b.
Kulit :
bersih
c.
Kuku :
bersih
11.
Sistem endokrin
a.
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak
b.
Polidipsia : tidak
c.
Poliuria :
tidak
d.
Poliphagia : tidak
12.
Sistem perkemihan
a.
Edema palpebra : tidak
b.
Moon face : tidak
c.
Edema anasarka : tidak
d.
Distensi kandung kemih : tidak
13.
Sistem reproduksi
a.
Keadaan genitalia : baik
b.
Kelainan seksual : tidak ada
14.
Sistem imun
a.
Riwayat alergi : tidak ada
b.
Penyakit yg berhubungan dengan cuaca :
tidak ada
Lain-lain : ekspresi wajah datar.
G.
Pemeriksaan Penunjang
1.
EKG : Terlampir
2.
Angiografi Coroner
Hasil
Angiografy Coroner 23 februari 2015 didapatkan :
Left main : stenosis 70-80 %
Left
anterior desending : proksimal total oklusi setelah septal branch
distal terisi dari RCA.
Left
Circumflex : proksimal stenosis
90 % panjang
Right
coronary artery : proksimal total oklusi, mid- distal terisi dari
kolateral ipsilateral.
Kesimpulan :
Coronary Artery Disease 3 Vessel Disease + Left Main Disease
HASIL EKG tanggal 18 maret 2016
H. Terapi
yang di Berikan (Saat di Kaji)
No
|
Nama
Obat
|
Dosis
|
Mekanisme
kerja
|
Fungsi
|
Efek
samping
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Infus
Natrium
Clorida
Aspilet
Clopidogrel
Lasix
Arixtra
Nitrocaf
Simvastatin
|
500
cc/24 jam/IV
80
mg/24 jam/oral
75
mg/24 jam/oral
20
mg/12 jam/IV
2,5
mg/24 jam/SC
2,5
mg/12 jam/oral
40
mg/24 jam/oral
|
Mengurangi agregasi
trombosit, adhesi platelet dan pembentukan trombus melalui penekanan sintesis
tromboksan A2 dalam trombosit. Mengurangi risiko infark miokard pada
stenocardia yang tidak stabil.
Mengurangi agregasi
platelet dan trombosis arteri yang menyebabkan penyempitan ateromatosa arteri
koroner. Penyempitan ini menyebabkan permintaan/kebutuhan oksigen jantung
lebih besar atau melampaui kemampuan suplai oksigen sehingga jantung
kekurangan oksigen dan menimbulkan rasa nyeri di dada.
Lasix / Furosemid
bekerja di ginjal dengan menghambat penyerapan garam dan elektrolit sehingga
air terikat dengan garam tersebut dan tidak bisa diserap oleh ginjal.
Akibatnya air akan dibuang melalui mekanisme buang air kecil.
senyawa
ini tidak merangsang aktivitas enzimatik antrombin terhadap factor IIa
(trombin) atau terikat ke protein plasma lainnya. Sehingga dapat mencegah
terjadinya tromboemboli vena (VTE).
Simvastatin adalah
senyawa antilipermic derivat asam mevinat yang mempunyai mekanisme kerja
menghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang
mempunyai fungsi sebagai katalis dalam pembentukan kolesterol. HMG-CoA
reduktase bertanggung jawab terhadap perubahan HMG-CoA menjadi asam
mevalonat. Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan
sintesa kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor Low Density Lipoprotein
(LDL) yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik,
sehingga menyebabkan banyak LDL yang hilang dalam plasma. Simvastatin
cenderung mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan High Density
Lipoprotein (HDL) kolesterol.
|
Mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.
Untuk mengatasi
thrombosis atau antitrombotik.
Untuk mengurangi
kekentalan darah dan membantu mencegah terjadinya pembekuan darah di arteri
atau mengurangi terjadinya aterosklerosis.
Berfungsi sebagai
dierutik yaitu untuk mengurangi cairan di dalam tubuh dan membuangnya melalui
melalui saluran kemih.
Untuk mencegah
kejadian tromboemboli vena (VTE) dan juga untuk terapi angina tak stabil atau
miokard infark.
Pencegahan dan terapi
jangka panjang angina pectoris.
Untuk menurunkan
kadar kolesterol dalam darah dan mengurangi resiko serangan jantung.
|
Mual, muntah,
anoreksia, nyeri epigastrium, pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan
reversible, tinnitus, meningitis aseptic, dan juga dapat terjadi perpanjangan
waktu perdarahan.
Efek sampingnya yaitu
diare, sakit perut, gangguan pencernaan, lepuh darah atau perdarahan dibawah
kulit, mimisan dan memar.
Karena mekanisme yang
menghambat penyerapan garam dan elektrolit yang kemudian dikeluarkan melalui
buang air kecil ini dapat menyebabkan hipokalemia (kadar kalium yang rendah
di darah), dan peningkatan kadar asam urat. Selain itu juga dapat menurunkan
tekanan darah sehingga dapat menyebabkan hipotensi.
Anemia, perdarahan,
purpura.
Sakit
kepala, kemerahan pada wajah dan leher, pusing, berdebar, hipotensi
ortostatik, takhikardi, vertigo, kekacauan/kebingungan, lemah.
Sakit kepala, konstipasi, nausea, flatulen, diare,
dispepsia, sakit perut, fatigue, nyeri dada dan angina. Astenia, miopathy,
ruam kulit, rhabdomyolisis, hepatitis, angioneurotik edema terisolasi.
|
ANALISA
DATA
No.
|
Data Penunjang
|
Masalah
|
1.
2.
3.
|
DS
:
Klien
mengatakan nyeri
- saat
beraktifitas
- nyeri
seperti tertusuk-tusuk
- dada
sebelah kiri
- berlangsung
5 menit
DO :
- skala
nyeri 3
- Ekspresi
wajah datar
- Vital
sign
BP: 120/70 mmHg
HR: 82 x/i
R: 24 x/i
T:
36,70C
- Kesimpulan
dari hasil catheterisasi yaitu Coronary Artery Disease 3 Vessel Disease +
Left Main Disease
- Hasil
EKG menunjukkan adanya anterolateral miokard iskemik, VES uniform
DS :
Klien mengatakan sesak terutama saat
beraktifitas.
DO :
-
Vital sign
BP: 120/70 mmHg
HR: 82 x/i
R: 24 x/i
T:
36,70C
- Terpasang
O2 nasal kanul 5 liter permenit.
- Kesimpulan
dari hasil catheterisasi yaitu Coronary Artery Disease 3 Vessel Disease +
Left Main Disease
DS :
Klien mengatakan tidak banyak
melakukan pergerakan karena ada nyeri dada.
DO :
- Tampak
keterbatasan pergerakan, untuk mencegah nyeri dada semakin berat dan juga
karena sesak.
- Hasil
EKG menunjukkan adanya anterolateral miokard iskemik, VES uniform.
|
Nyeri (dada)
Resiko penurunan curah jantung
Intoleransi aktifitas
|
PATOFLODIAGRAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.
|
Diagnose keperawatan prioritas
|
Tgl ditemukan
|
Tgl teratasi
|
1.
2.
3.
|
Nyeri (dada) berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen miokard.
Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
inotropik (iskemia miokard transien /
memanjang)
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dan disneu akibat turunnya curah jantung
|
16 maret 2016
|
Belum teratasi
|
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
No.
|
Diagnose keperawatan dan
data penunjang
|
Tujuan /
criteria hasil
|
Intervensi keperawatan
|
1.
2.
3.
|
Nyeri (dada) berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen miokard.
Yang ditandai dengan :
DS
:
Klien
mengatakan nyeri
- saat
beraktifitas
- nyeri
seperti tertusuk-tusuk
- dada
sebelah kiri
- berlangsung
5 menit
DO :
- Ekspresi
wajah datar
- skala
nyeri 3
- Vital
sign
BP: 120/70 mmHg
HR: 82 x/i
R: 24 x/i
T:
36,70C
- Kesimpulan
dari hasil catheterisasi yaitu Coronary Artery Disease 3 Vessel Disease +
Left Main Disease
- Hasil
EKG menunjukkan adanya lateral iskemik miokard, VES uniform
Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
inotropik (iskemia miokard transien /
memanjang). Yang ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan sesak terutama saat
beraktifitas.
DO :
-
Vital sign
BP: 120/70 mmHg
HR: 82 x/i
R: 24 x/i
T:
36,70C
- Terpasang
O2 nasal kanul 5 liter permenit.
- Kesimpulan
dari hasil catheterisasi yaitu Coronary Artery Disease 3 Vessel Disease + Left
Main Disease
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dan disneu akibat turunnya curah jantung.
Yang ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan tidak banyak
melakukan pergerakan karena ada nyeri dada.
DO :
- Tampak
keterbatasan pergerakan, untuk mencegah nyeri dada semakin berat dan juga
karena sesak.
- Hasil
EKG menunjukkan adanya lateral iskemik miokard, VES uniform
|
Menyatakan / menunjukkan
nyeri berkurang /hilang dengan kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan pengurangan nyeri
- Nampak relaks dan menunjukkan rasa tenang
Mengungkapkan penurunan
episode dispnoe, angina dan disritmia dengan kriteria
hasil:
- Menunjukkan peningkatan toleransi aktifitas.
- Berpartisipasi pada kegiatan aktifitas yang menurunkan
kerja jantung
- Energy
conservation
- Activity
tolerance
Criteria
hasil
:
- Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan TTV
- Mampu
melakukan ADL secara
mandiri
- TTV
dalam batas
normal.
|
-
Pertahankan istirahat selam episode nyeri
-
Kaji ; lokasi, durasi, penyebaran dan awitan gejala baru
-
Berikan oksigen sesuai indikasi
-
Kaji dan catat gambaran nyeri
-
Dapatkan EKG 12 lead selama episode nyeri
- Berikan obat sesuai indikasi
-
Pantau tanda vital ; frekuensi jantung, TD
-
Catat warna kulit dan kualitas nadi
-
Auskultasi bunyi nafas dan jantung, dengarkan murmur
-
Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam melakukan aktifitas
perawatan diri sesuai indikasi.
-
Kaji tingkat kemampuan klien.
-
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
-
Bantu klien untuk melatih ROM
-
Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan di waktu luang.
|
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Dx
|
Hari / tanggal
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
I
I & II
I & III
I & II
I & II
I, II, & III
I
III
|
Kamis, 17 maret 2016
|
22.00
05.00
05.05
05.30
06.30
06.45
06.47
07.00
|
- Penatalaksanaan pemberian obat : nitrocaf.
Hasil : nyeri dada klien berkurang.
- Mengukur
tanda-tanda vital klien.
Hasil : TD : 120/70 mmHg, HR : 82x/I, R :
24x/I, T : 36,70C
- Mengkaji
tingkat nyeri klien.
Hasil :
P : saat beraktifitas
Q : nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : dada sebelah kiri
S : skala 3
T : berlangsung 3 menit
- Penatalaksanaan
pemberian obat : lasix, aspilet, simvastatin.
Hasil : nyeri & sesak klien
berkurang.
- Melakukan
pemeriksaan EKG.
Hasil : lateral iskemik miokard, VES
uniform.
- Mengatur
posisi klien.
Hasil : posisi klien relaks.
- Menganjurkan
teknik relaksasi napas dalam terutama saat nyeri kembali kambuh.
Hasil : klien melakukan relaksasi napas
dalam.
- Membantu
klien untuk melatih ROM.
Hasil : klien melakukan ROM aktif seperti
yang dicontohkan.
|
Dx
1 jam 07.30
S
: klien mengatakan masih
selalu
merasa
nyeri
O
: Vital sign
BP: 120/70 mmHg
HR: 84 x/i
R: 20 x/i
T:
36,70C
A
: masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
-
Pertahankan istirahat selam episode episose nyeri
-
Kaji karakteristik
nyeri
-
Ajarkan teknik relaksasi
-
Dapatkan EKG 12 lead selama episode nyeri
- Berikan obat sesuai indikasi
Dx 2 jam 07.40
S
: klien mengatakan masih
sesak.
O
: R : 20 x/I
A
: masalah
penurunan curah jantung belum teratasi.
P
: lanjutkan intervensi.
-
Pantau tanda vital ; frekuensi jantung, TD
-
Catat warna kulit dan kualitas nadi
-
Auskultasi bunyi nafas dan jantung, dengarkan murmur
- Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam
melakukan aktifitas perawatan diri sesuai indikasi.
Dx 3 jam 07.50
S
: klien mengatakan masih
merasa
nyeri dada dan sesak
O
: masih
tampak keterbatasan
pergerakan pada klien.
A
: masalah
intoleransi
aktifitas
belum teratasi.
P
: lanjutkan intervensi.
-
Kaji tingkat kemampuan klien.
-
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
-
Bantu klien untuk melatih ROM
|
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Dx
|
Hari / tanggal
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
I
I
I, II, & III
I
III
I & II
I & II
I & II
|
Jum’at,
18 maret 2016
|
15.00
17.00
17.05
17.06
17.10
18.00
19.00
19.00
|
- Penatalaksanaan pemberian obat
: lasix, nitrocaf.
Hasil : nyeri klien berkurang.
-
Mengkaji tingkat nyeri klien.
Hasil :
P : saat beraktifitas
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : dada sebelah kiri
S : skala 3
T : berlangsung 3 menit
- Mengatur
posisi klien.
Hasil : posisi klien relaks.
- Menganjurkan
teknik relaksasi napas dalam terutama saat nyeri kembali kambuh.
Hasil : klien melakukan relaksasi napas
dalam.
- Membantu
klien untuk melatih ROM.
Hasil : klien melakukan ROM aktif seperti
yang dicontohkan.
- Mengukur
tanda-tanda vital klien.
Hasil : TD : 120/70 mmHg, HR : 84x/I,
R : 20x/I, T : 370C
- Penatalaksanaan
pemberian obat : clopidogrel.
Hasil : nyeri dan sesak klien
berkurang.
- Anjurkan
klien untuk beristirahat / tidak melakukan aktifitas apapun selama episode
nyeri.
Hasil : klien mengerti apa yang
dianjurkan
|
Dx
1 jam 19.15
S
: klien mengatakan masih
selalu
merasa
nyeri
O
: Vital sign
BP: 120/70 mmHg
HR: 84 x/i
R: 20 x/i
T:
370C
A
: masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
-
Pertahankan istirahat selama episode nyeri
-
Kaji karakteristik
nyeri
-
Ajarkan teknik relaksasi
-
Dapatkan EKG 12 lead selama episode nyeri
- Berikan obat sesuai indikasi
Dx 2 jam 19.25
S
: klien mengatakan masih
sesak.
O
: R : 20 x/I
A
: masalah
penurunan curah jantung belum teratasi.
P
: lanjutkan intervensi.
-
Pantau tanda vital ; frekuensi jantung, TD
-
Catat warna kulit dan kualitas nadi
-
Auskultasi bunyi nafas dan jantung, dengarkan murmur
- Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam
melakukan aktifitas perawatan diri sesuai indikasi.
Dx 3 jam 19.35
S
: klien mengatakan masih
merasa
nyeri dada dan sesak
O
: masih
tampak keterbatasan
pergerakan pada klien.
A
: masalah
intoleransi
aktifitas
belum teratasi.
P
: lanjutkan intervensi.
-
Kaji tingkat kemampuan klien.
-
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
-
Bantu klien untuk melatih ROM
|
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Dx
|
Hari / tanggal
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
I
I & II
I & II
I
I, II, & III
I
III
I & II
|
Sabtu,
19 maret 2016
|
15.00
17.30
19.00
19.30
19.35
19.37
19.50
|
- Penatalaksanaan pemberian obat
: lasix, nitrocaf.
Hasil : nyeri klien berkurang.
- Mengukur
tanda-tanda vital klien.
Hasil : TD : 130/70 mmHg, HR : 76x/I,
R : 20x/I, T : 36,90C
- Penatalaksanaan
pemberian obat : clopidogrel.
Hasil : nyeri dan sesak klien
berkurang.
-
Mengkaji tingkat nyeri klien.
Hasil :
P : saat beraktifitas
Q : nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : dada sebelah kiri
S : skala 2
T : berlangsung 3 menit
- Mengatur
posisi klien.
Hasil : posisi klien relaks.
- Menganjurkan
teknik relaksasi napas dalam terutama saat nyeri kembali kambuh.
Hasil : klien melakukan relaksasi napas
dalam.
- Membantu
klien untuk melatih ROM.
Hasil : klien melakukan ROM aktif seperti
yang dicontohkan.
- Anjurkan
klien untuk beristirahat / tidak melakukan aktifitas apapun selama episode
nyeri.
Hasil : klien mengerti apa yang
dianjurkan
|
Dx
1 jam 20.00
S
: klien mengatakan masih
selalu
merasa
nyeri
O
: Vital sign
BP: 130/70 mmHg
HR: 76 x/i
R: 20 x/i
T:
36,90C
A
: masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
-
Pertahankan istirahat selama episode nyeri
-
Kaji karakteristik
nyeri
-
Ajarkan teknik relaksasi
-
Dapatkan EKG 12 lead selama episode nyeri
-
Berikan obat sesuai indikasi
Dx 2 jam 20.10
S
: klien mengatakan masih
sesak.
O
: R : 20 x/I
A
: masalah
penurunan curah jantung belum teratasi.
P
: lanjutkan intervensi.
-
Pantau tanda vital ; frekuensi jantung, TD
-
Catat warna kulit dan kualitas nadi
-
Auskultasi bunyi nafas dan jantung, dengarkan murmur
- Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam
melakukan aktifitas perawatan diri sesuai indikasi.
Dx 3 jam 20.20
S
: klien mengatakan masih
merasa
nyeri dada dan sesak
O
: masih
tampak keterbatasan
pergerakan pada klien.
A
: masalah
intoleransi
aktifitas
belum teratasi.
P
: lanjutkan intervensi.
-
Kaji tingkat kemampuan klien.
-
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
-
Bantu klien untuk melatih ROM
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan
dipaparkan pembahasan mengenai
perbandingan antara konsep secara teori dengan kasus Tn H dengan diagnose medis
Unstable angina pectoris. Sehingga dapat dilihat adanya kesinambungan diantara
keduanya.
A.
Diagnose Keperawatan
Berdasarkan konsep secara teori, diagnose keperawatan
yang lazim muncul pada kasus unstable angina pectoris yaitu :
1.
Nyeri
(dada) berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen miokard
2.
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik (iskemia miokard transien / memanjang)
3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dan dispneu akibat turunnya curah jantung
4.
Ansietas
berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri.
Sedangkan
pada kasus Tn H berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengkajian dan dilakukan analisis
maka diagnose keperawatan yang dirumuskan
meliputi :
1.
Nyeri
(dada) berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen miokard
2.
Resiko
penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan inotropik (iskemia miokard transien / memanjang)
3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dan dispneu akibat turunnya curah jantung.
B.
Intervensi
Keperawatan
Intervensi
keperawatan disusun untuk mengatasi masalah yang didapatkan dari hasil pengkajian yang tentunya tetap
berpedoman pada teori yang ada. Dan dari intervensi yang telah disusun
itu dilakukan modifikasi
kembali sesuai dengan kondisi dan ketersediaan instrument keperawatan yang ada diruangan.
C.
Implementasi Keperawatan
Implementasi
atau tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien Tn H dengan diagnose medis unstable angina pectoris ini dilakukan berdasarkan intervensi yang telah disusun
sebelumnya. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini dilakukan
secara terarah tanpa mendahulukan
diagnose keperawatan satu
dengan yang lain, tetapi lebih mengoptimalkan tindakan pada apa yang menjadi
keluhan klien pada saat
itu. Disamping
itu dalam pelaksanaan
juga yang harus
diperhatikan adalah respon
klien, sehingga
kenyamanan klien tetap terjaga.
D.
Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi keperawatan, langkah terakhir yang
dapat diambil yaitu mengevalusi
kembali keadaan klien dan menentukan apakah masalah keperawatan yang ada telah teratasi atau belum. Jika belum maka perawat
harus menyusun perencanaan tindakan selanjutnya. Pada kasus
Tn H, dilakukan implementasi
selama 3 hari berturut-turut secara berkesinambungan tetapi dari ketiga diagnose
yang diangkat belum ada yang teratasi
dalam 3 hari.
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan
bahwa terdapat sedikit
kesenjangan antara
teori dan kasus. Dimana tidak semua perencanaan keperawatan yang ada
diteori dapat diimplementasikan
kepada klien, karena harus
disesuaikan dengan kondisi yang ada di rumah sakit. Sehingga dibutuhkan kreatifitas dari perawat sendiri agar masalah keperawatan klien dapat diatasi sesuai dengan target pelaksanaan.
B.
SARAN
1.
Diharapkan kedepannya
perawat bisa
lebih mengoptimalkan tindakan keperawatan yang diberikan sehingga target yang diharapkan dapat
tercapai.
2.
Perlu adanya perhatian lebih dari tenaga
perawat sendiri
dalam menangani klien dengan kasus-kasus
jantung baik berupa dukungan moril maupun asuhan keperawatan lainnya
3.
Diperlukan kerja sama yang baik antara perawat dengan
tenaga kesehatan
lain maupun semua
yang terkait sehingga
angka kematian akibat penyakit jantung dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner &
Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Vol. 2. Jakarta : EGC
Ganiswarna, SG.
dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi Ed. 4.
Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI.
Ismudiati, L. dkk.
2004. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta :
Penerbit FK-UI
Mansjoer, A. dkk. 2000.
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga Jilid satu.
Rachman, M. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FK-UI.
Suyono, S. dkk.
2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Ed. 3 Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Tim Pokja, 2003. Standart Asuhan Keperawatan
Kardiovaskuler. Pusat Jantung
nasional. Harapan Kita, Jakarta.
ALHAMDULILLAH .. POSTINGAN LP AKHIR NERS BLOG KAMI BERTAMBAH JUGA, SETELAH MELEWATI PROSES YG AGAK LAMA PADA SAAT MEMPOSTING.. SEMOGA BERMANFAAT !!!!
No comments:
Post a Comment