BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmasi fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmufisika dan
mengaplikasikannya ke bidang farmasi.Banyak yang dapatdipelajari di farmasi
fisika misalnya rheologi, kelarutan, mikromeritik danlain-lain.Selain itu,
farmasi fisika juga mempelajari tentang stabilitassuatu obat.
Bobot jenis
adalah rasio bobot zat baku yang volumenya sama pada suhuyang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis menggambarkanhubungan
antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku. Dalam farmasi,Bobot jenis
adalah faktor yang memungkinkan pengubahan jumlah zat dalamformula farmasetik
dari bobot menjadi volume dan sebaliknya. Bobot jenis jugadigunakan untuk
mengubah pernyataan kekuatan dalam konsentrasi persen.
Massa jenis merupakan
perbandingan antara massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume dan
massa dari suatu senyawa, makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya,
makin kecil volume dan massa suatu senyawa,kerapatannya makin besar. Kerapatan
dan bobot jenis dari tiap senyawa berbeda-beda.Berdasarkan pada teori ini maka
dilakukanlah percobaan penentuan bobot jenis suatu larutan.
Piknometer adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
massa jenis atau densitas fluida. Fluida adalah suatu zat yang bisa
mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara continue/terus-menerus bila
terkena tekanan/gaya geser walaupun relatif kecil atatu bisa juga
dikatakan suatu zat yang mengalir, kata fluida mencakup zat cair, gas,
air, dan udara karena zat-zat ini dapat mengalir.Sebaliknya batu dan benda2
keras (seluruh zat-zat padat tidak dapat dikategorikan sebagai fluida karena
zat-zat tersebut tidak bisa mengalir secara continue).
Hidrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengukur massa jenis suatu zat cair. Nilai massa jenis suatu zat cai dapat
diketahui dengan membaca skala pada hidrometer yang ditempatkan mengapung pada
zat cair. Hidrometer terbuat dari tabung kaca.Agar tabung kaca terapung tegak
di dalam zat cair, bagian bawah tabung dibebani dengan butiran timbale.Diameter
bagian bawah tabung kaca dibuat lebih besar supaya volume zat cair yang
dipindahkan hydrometer lebih besar. Dengan demikian, dihasilkan gaya ke atas
yang lebih besar dan hidrometer dapat mengapung di dalam zat cair.
B. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan
bobot jenis dan massa jenis suatu zat cair dengan metode tertentu.Terdiri dari bahan
1.Aseton
2.Aquadest
3.Alkohol
4.Kloroform/gliserin
5.Minyak kelapa.
C. Tujuan Percobaan
Menetapkan bobot jenis dan massa jenis dengan menggunakan alat piknometer dan hidrometer. Terdiri dari bahan
1.Aseton
2.Aquadest 3.Alkohol
4.Kloroform/gliserin 5.Minyak kelapa.
D. Perinsip Percobaan
1) Menetapkan bobot
jenis dan massa jenis dengan menggunakan alat piknometer yaitu bobot piknometer
berisi cairan dikurang bobot piknometer kosong dibagi volume piknometer.
2) Menetapkan bobot jenis dan massa jenis
dengan menggunakan alat hidrometer yaitu dengan
mencatat angka yang tertanda tepat dipermukaan cairan yang menunjukkan MJ
cairan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
A.1 Farmasi Fisika
Farmasi fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu fisika dan
mengaplikasikannya ke bidang farmasi.Banyak yang dapatdipelajari di farmasi
fisika misalnya rheologi, kelarutan, mikromeritik danlain-lain.Selain itu,
farmasi fisika juga mempelajari tentang stabilitassuatu obat. (Anonim, 2013)
A.2 Massa Jenis
Massa jenis merupakan
perbandingan antara massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume dan
massa dari suatu senyawa, makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya,
makin kecil volume dan massa suatu senyawa,kerapatannya makin besar. Kerapatan
dan bobot jenis dari tiap senyawa berbeda-beda.Berdasarkan pada teori ini maka
dilakukanlah percobaan penentuan bobot jenis suatu larutan. demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Massa jenis
berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus,kerapatan menurun
dengan kenaikan temperatur, karena hamper semua substansimengembang ketika
dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat dengan nilai
kerapatannya.Sebagai tambahan, tekanan gas harus spesifik. (Martin, 1993).
Adapun rumus dari massa jenis yaitu:
p = m / v
Keterangan:
p =
Massa jenis (kg/m3)
m
= Massa (kg atau gram)
v = Volume (m3 atau cm3)
A.3 Bobot Jenis
Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yan bergantung pada suhu
untuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai hubungan
dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu
karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan
kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat
bersifat seperti malam. (Ansel, 2006)
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan
antara bobot zat disbanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o
C). Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu
zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o /25o, 25o/4o, 4o,4o).
Untuk bidang farmasi biasanya 25o/25o. (Ansel, 2006)
Rumus bobot jenis, yaitu:
BJ = berat /
volume
Keterangan :
BJ = Berat jenis
b =
Berat (N)
v = Gravitasi (m3)
A.4 Piknometer
Piknometer adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
massa jenis atau densitas fluida. Fluida adalah suatu zat yang bisa
mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara continue/terus-menerus bila
terkena tekanan/gaya geser walaupun relatif kecil atatu bisa juga
dikatakan suatu zat yang mengalir, kata fluida mencakup zat cair, gas,
air, dan udara karena zat-zat ini dapat mengalir.Sebaliknya batu dan benda2
keras (seluruh zat-zat padat tidak dapat dikategorikan sebagai fluida karena
zat-zat tersebut tidak bisa mengalir secara continue). (Gibson2004)
Ada beberapa macam ukuran piknometer , tetapi yang sering digunakan adalah adalah piknometer yang berukuran 10 ml dan 25 ml.Prinsip kerja dari piknometer dengan cara membandingkan massa zat dengan volume zat. Untuk mendapatkan hasil yang valid perlu diperhatikan temperatur yang tertera pada piknometer tsb. ( Gibson 2004 )
Ada beberapa macam ukuran piknometer , tetapi yang sering digunakan adalah adalah piknometer yang berukuran 10 ml dan 25 ml.Prinsip kerja dari piknometer dengan cara membandingkan massa zat dengan volume zat. Untuk mendapatkan hasil yang valid perlu diperhatikan temperatur yang tertera pada piknometer tsb. ( Gibson 2004 )
A.5 Hidrometer
Hidrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur massa
jenis suatu zat cair. Nilai massa jenis suatu zat cai dapat diketahui dengan
membaca skala pada hidrometer yang ditempatkan mengapung pada zat cair.
Hidrometer terbuat dari tabung kaca.Agar tabung kaca terapung tegak di dalam
zat cair, bagian bawah tabung dibebani dengan butiran timbale.Diameter bagian
bawah tabung kaca dibuat lebih besar supaya volume zat cair yang dipindahkan
hydrometer lebih besar. Dengan demikian, dihasilkan gaya ke atas yang lebih
besar dan hidrometer dapat mengapung di dalam zat cair. (Petrucci,
1999).
A. 6 Aplikasi Farmasi
A.6.1 Bobot Jenis
Dengan
mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi
obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah
suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.Dengan mengetahui
banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan. (Anonim, 2013)
A.6.2 Massa Jenis
Aplikasi
Massa jenis dalam dunia farmasi yaitu digunakan dalam kemurnian zat aktif, zat
bantu dan sediaan farmasi. (Anonim, 2013)
A.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi massa
jenis dan bobot jenis
A.7.1
Massa jenis (Anonim,
2013)
a)
Volume
zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula
dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya
serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
b)
Massa
zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.
c)
Kekentalan/viskositas
sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.
A.7.2
Bobot jenis (Anonim,
2013)
a)
Temperatur, dimana pada
suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga
dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat
rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot
jenisnya.
b)
Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka
kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.
c)
Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya
akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran
partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat
mempengaruhi bobot jenisnya.
d) Kekentalan/viskositas sutau
zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.
A.8 BJ nilai rujukan normal (Petrucci, 1999).
No
|
Sampel
|
BJ Nilai rujukan normal
|
1
|
Aquadest
|
0.998 gr/ml
|
2
|
Aseton
|
0.790 gr/ml - 0.792 gr/ml
|
3
|
Alkohol
|
0.8119 gr/ml - 0.8139 gr/ml
|
4
|
Kloroform
|
1,474 gr/ml - 1.479 gr/ml
|
5
|
Minyak kelapa
|
0.845 gr/ml – 0.905 gr/ml
|
BAB III
METODE KERJA
A.1. Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu:
1. Beker gelas
2. Gelas ukur 500 ml
3. Hidrometer
4. Piknometer
5. Termometer
6. Timbangan analitik
7. Tissu
B.2. Bahan yang digunakan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu:
1. Air es
2. Alkohol
3. Aquadest
4. Aseton
5. Kloroform
6. Minyak kelapa
C.3. Cara Kerja
C.3.1 Mengukur massa jenis menggunakan piknometer
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Bersihkan piknometer hingga
tidak meninggalkan bekas tetesan kecil dengan cara setelah dibersihkan dengan
aquadest bilas dengan pelarut aseton atau alkhol pekat
3.
Piknometer dipanaskan pada suhu
100o C selama 1 jam, kemudian masukkan kedalam eksikator sampai dingin.
4.
Timbang dalam neraca analiti
(bobot a gram).
5.
Isikan air suling yang akan
diukur kedalam piknometer hingga penuh.
6.
Seluruh piknometer dan isinya
didinginkan dalam es hingga suhu air dalampiknometer mencapai 25o C
menggunakan thermometer.
7.
Setelah suhu mencapai tepat 25o C segera
piknometer ditutupdan laporan dengan kain bersih. Biarkan pada suhu kamar dan timbang
secara teliti dengan menggunakan neraca analitik (bobot b gram).
8.
Hitung MJ (b-a) gram/volume
cairan= (….g/ml)
C.3.2
Mengukur massa jenis dengan
hidrometer
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Ambil gelas ukur dengan volume 500 ml,
selanjutnya masukkan cairan yang akan diukur
3. Hidrometer dibersihkan dahulu
4. Masukkan kedalam gelas ukur yang telah
berisi cairan yang akan diperiksa.
5.
Catat
angka yang tertanda tepat dipermukaan cairan yang menunjukkan massa jenis
cairan itu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pemgamatan
No.
|
Nama sampel
|
Volume (ml)
|
Piknometer kosong
|
Piknometer berisi cairan
|
Bobot Jenis
|
Rujukan normal bobot jenis
|
Suhu
|
Keterangan
|
|
A
|
B
|
C
|
D
|
|
G
|
H
|
I
|
1
|
Aquadest
|
50 ml
|
36.5 gr
|
80.3 gr
|
0.876 gr/ml
|
0.998 gr/ml
|
24o
|
Ayu Monika
|
2
|
Aseton
|
50 ml
|
36.5 gr
|
75.9 gr
|
0.808 gr/ml
|
0,792 gr/ml
|
10o
|
Sriwahyuni
|
3
|
Alkohol
|
50 ml
|
36.5 gr
|
101.0 gr
|
1.29 gr/ml
|
0.8119-0.8139 gr/ml
|
13o
|
Regina Regita Marampa
|
4
|
Kloroform
|
50 ml
|
36.5 gr
|
76.2 gr
|
0.794 gr/ml
|
1,479 gr/ml
|
15o
|
Ade Nurfadillah
|
5
|
Minyak kelapa
|
50 ml
|
36.5 gr
|
70.8 gr
|
0.686 gr/ml
|
0.905 gr/ml
|
8o
|
Annisa Mustakim
|
A.1 Tabel pengukuran bobot
jenis menggunakan alat ukur Piknometer
A.2 Tabel pengukuran
massa jenis menggunakan alat ukur Hidrometer
No.
|
Sampel
|
Volume (ml)
|
BJ (g/ml)
|
Rujukan normal bobot jenis
|
Suhu (oT)
|
Konsentrasi
|
Keterangan
|
1
|
Alkohol 70%
|
250 ml
|
24 volume
|
0,8119–0,8139 g/mL
|
25oC
|
65 %
|
Kelompok 1
|
2
|
Alkohol 96%
|
250 ml
|
42 volume
|
0,8119–0,8139 g/mL
|
8oC
|
95 %
|
Kelompok 2
|
3
|
Aseton
|
250 ml
|
44 volume
|
0.790-0.792 gr/mL
|
11oC
|
100 %
|
Kelompok 3
|
4
|
Aquadest
|
250 ml
|
0 volume
|
0,998 g/mL
|
13oC
|
0 %
|
Kelompok 4
|
5
|
Minyak Kelapa
|
250 ml
|
20 volume
|
0,845-0.905 g/mL
|
16oC
|
< 0
|
Kelompok 5
|
B. Pembahasan
B.1. Piknometer
B.1.1 Aquadest
Pada data hasil pengamatan menggunakan
piknometer data yang di peroleh untuk bahan Aquadest yaitu piknometer kosong
dengan volume 50 ml di timbang menggunakan neraca analitik beratnya 36.5 g,
setelah diisi dengan Aquadest dan didinginkan berat piknometer adalah 80.3 g
pada suhu 24oC, jadi BJ dari aquadest bobot
piknometer berisi aquadest dikurang dengan bobot piknometer kosong dibagi voume
piknometer dalah 0.876 gr/ml.
Hasil praktikum dibandingkan dengan bobot jenis nilai rujukan normal
yaitu lebih kecil. Hasil praktikum bobot jenis aquadest adalah 0.876 gr/mL dibandingkan
dengan bobot jenis nilai rujukan normal yaitu 0.998 gr/mL. ini disebabkan
oleh faktor Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi
lebih besar.
B.1.2 Aseton
Pada data hasil pengamatan menggunakan piknometer data yang di peroleh
untuk bahan Aseton yaitu; piknometer kosong dengan volume 50 ml di timbang
menggunakan neraca analitik beratnya 36.5 g, setelah diisi dengan aseton dan
didinginkan berat piknometer adalah 75.9 g pada suhu 10oC, jadi BJ
dari Aseton bobot piknometer berisi aseton dikurang dengan bobot piknometer
kosong dibagi voume piknometer adalah 0.808 gr/ml.
Hasil praktikum dibandingkan dengan bobot jenis nilai rujukan normal
yaitu lebih kecil. Hasil praktikum bobot jenis aseton adalah 0.808 gr/mL dibandingkan
dengan bobot jenis nilai rujukan normal yaitu
0.790-0.792 gr/mL. ini disebabkan oleh factor temperatur
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur
berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya,
demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa
membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
B.1.3 Alkohol
Pada
data hasil pengamatan menggunakan piknometer data yang di peroleh untuk bahan
Alkohol yaitu; piknometer kosong dengan volume 50 ml di timbang menggunakan
neraca analitik beratnya 36.5 g, setelah diisi dengan Alkohol dan didinginkan
berat piknometer adalah 101.0 g pada suhu 13oC, jadi BJ
dari alkohol bobot piknometer berisi alkohol dikurang dengan bobot piknometer
kosong dibagi voume piknometer adalah 1.29 gr/ml.
Hasil praktikum
dibandingkan dengan bobot jenis nilai rujukan normal yaitu lebih kecil. Hasil
praktikum bobot jenis alkohol adalah 1.29 gr/mL dibandingkan dengan bobot jenis
nilai rujukan normal yaitu 0.8119-0.8139 gr/mL. ini disebabkan oleh faktor Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang
diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya,
demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa
membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya..
B.1.4 Kloroform
Pada data hasil pengamatan
menggunakan piknometer data yang di peroleh untuk bahan kloroform yaitu;
piknometer kosong dengan volume 50 ml di timbang menggunakan neraca analitik
beratnya 36.5 g, setelah diisi dengan kloroform dan didinginkan berat piknometer
adalah 76.2 g pada suhu 15oC, jadi BJ dari kloroform bobot
piknometer berisi kloroform dikurang dengan bobot piknometer kosong dibagi
voume piknometer adalah 0.794 gr/ml.
Hasil praktikum
dibandingkan dengan bobot jenis nilai rujukan normal yaitu lebih kecil. Hasil
praktikum bobot jenis kloroform adalah 0.794 gr/mL dibandingkan dengan bobot
jenis nilai rujukan normal yaitu 1,474
-1.479 gr/mL. ini disebabkan oleh faktor Dimana pada suhu
yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat
mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah
dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot
jenisnya.
B.1.5 Minyak kelapa
Pada data hasil pengamatan
menggunakan piknometer data yang di peroleh untuk bahan minyak kelapa yaitu;
piknometer kosong dengan volume 50 ml di timbang menggunakan neraca analitik
beratnya 36.5 g, setelah diisi dengan minyak kelapa dan didinginkan berat piknometer
adalah 70.8 g pada suhu 8oC, jadi BJ dari minyak kelapa bobot
piknometer berisi minyak kelapa dikurang dengan bobot piknometer kosong dibagi
voume piknometer adalah 0.686 gr/ml.
Hasil praktikum dibandingkan
dengan bobot jenis nilai rujukan normal yaitu lebih kecil. Hasil praktikum
bobot jenis minyak kelapa adalah 0.686 gr/mL dibandingkan dengan bobot jenis
nilai rujukan normal yaitu 0.845 –
0.905 gr/mL. ini disebabkan oleh factor kekentalan yaitu semakin kental suatu larutan maka semakin besar bobot jenisnya.
Berdasarkan pembahasan di atas bahan yang telah dihitung bobot jenisnya
dari yang tinggi ke rendah yaitu kloroform: 1.29 gr/mL, aquadest; 0.876 gr/mL, alkohol; 0.808
gr/mL, minyak kelapa; 0.794 gr/mL, dan aseton; 0.686 gr/mL.
B.2 Hidrometer
B.2.1 Alkohol 70%
Pada data
hasil pengamatan menggunakan hydrometer data yang diperoleh yaitu; Alkohol 70%
yang diisi pada gelas ukur 250 ml setelah diukur dengan hydrometer maka di
peroleh BJ 24 ml pada suhu 10oC dengan konsentrasi 65%.
B.2.2 Alkohol 90%
Pada data hasil pengamatan
menggunakan hydrometer data yang diperoleh yaitu; Alcohol 96% yang diisi pada
gelas ukur 250 ml setelah diukur dengan hydrometer maka di peroleh BJ 42 ml
pada suhu 10oC dengan konsentrasi 96%.
B.2.3 Aseton
Pada
data hasil pengamatan menggunakan hydrometer data yang diperoleh yaitu; Aseton
yang diisi pada gelas ukur 250 ml setelah diukur dengan hydrometer maka di
peroleh BJ 44 ml pada suhu 10oC dengan konsentrasi 100%.
B.2.4 Aquadest
Pada
data hasil pengamatan menggunakan hydrometer data yang diperoleh yaitu;
Aquadest yang diisi pada gelas ukur 250 ml setelah diukur dengan hydrometer
maka di peroleh BJ 0 ml pada suhu 10oC dengan konsentrasi 0%.
B.2.5 Minyak kelapa
Pada
data hasil pengamatan menggunakan hydrometer data yang diperoleh yaitu; Minyak
kelapa yang diisi pada gelas ukur 250 ml setelah diukur dengan hydrometer maka
di peroleh BJ 20 ml pada suhu 10oC dengan konsentrasi >0%.
A.) Berdasarkan bobot jenis menggunakan hidrometer
Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan urutan bahan yang memiliki berat jenis menggunakan hidrometer dari
tinggi ke rendah yaitu, aseton; 44 Volume, Alkohol 96%; 42 Volume, Alkohol 70%; 24 Volume, Minyak kelapa; 20
Volume dan Aquadest; 0 volume.
B) Berdasarkan konsentrasi menggunakan hidrometer
Berdasarkan
hasil pembahasan diatas urutan bahan yang memiliki konsentrasi dari tinggi ke
rendah yaitu aseton; 100%, alkohol 96%; 95%, alkohol 70%; 65%, minyak kelapa;
> 0%, dan aquadest; 0%.
BAB V
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini
adalah :
A.1 Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan bahan yang telah dihitung bobot jenisnya menggunakan piknometer dari
yang tinggi ke rendah yaitu, kloroform: 1,338 gr/mL, aquadest; 0.862 gr/mL. minyak kelapa; 0.828 gr/mL, alkohol; 0.816 gr/mL, dan
aseton; 0.014 gr/mL.
A.2 Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan menggunakan alat hydrometer, diperoleh bobot jenis dan konsentrasi
dari yang tertinggi ke yang terendah yaitu :
A. Bobot jenis
Aseton; 44 Volume, alkohol 96%; 42 Volume, alkohol 70%; 24
Volume, minyak kelapa; 20 Volume, dan aquadest; 0 Volume.
B. Konsentrasi
Aseton; 100%, alcohol 96%; 95%, alkohol 70%; 65%, minyak kelapa; >0, dan aquadest; 0%.
B. Saran
Alat dan bahan di perbanyak, agar dapat melakukan
praktek perorang. Lab lebih di tertibkan, praktek harus dilakukan dengan
semestinya, tidak ada prosedur yang terlewatkan sedikitpun.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Penuntun
Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim Indonesia
Ansel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta
Ditjen POM.1979.”Farmakope Indonesia Edisi III”.:Jakarta
Martin,Alfred.1990.Farmasi Fisika I.Penerbit universitas
Indonesia : Jakarta
Lachman,Leon.1994.’’Teori Dan Praktek Farmasi
Industri’’.Jakarta:Universitas Indonesia.
Gibson,
M., 2004, “Pharmaceutical Preformulation and formulation”. HIS Health Group, Tailor dan Prancis. Hal. 382
Petrucci R . H
,1999, Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern, Erlangga, Jaka rta.
LAMPIRAN
A. Perhitungan Bahan
A.1 Aquadest
BJ =
BJ =
BJ = 0.878 gr/ml
A.2 Alkohol
BJ =
BJ =
BJ = 0.772 gr/ml
A.3 Kloroform
BJ =
BJ =
BJ = 1.08 gr/ml
A.4 Minyak kelapa
BJ =
BJ =
BJ = 0.778 gr/ml
A.5 Aseton
BJ =
BJ =
BJ = 0.678 gr/ml
B.
Lampiran Gambar
B.1 Piknometer
1. Aquadest
Sebelum
|
Sesudah
|
1
2
|
1
2
3
|
Gambar 3
Piknomter
Kosong
|
Gambar
4
Piknometer berisi
Aquadest
|
Keterangan:
Keterangan:
1.
Pinometer kosong
1. Piknometer
2.
Timbangan analitik 2.
Aquadest
3. Timbangan Analitik
2. Aseton
Sebelum
|
Sesudah
|
1
2
|
1
2
3
|
Gambar 5
Piknomter Kosong
|
Gambar
6
Piknometer berisi Aseton
|
Keterangan:
Keterangan:
1.
Pinometer kosong 1. Piknometer
2.
Timbangan analitik 2.
Aseton
3. Timbangan Analitik
3. Alkohol
Sebelum
|
Sesudah
|
1
2
|
1
2
3
|
Gambar
7
Piknomter Kosong
|
Gambar
8
Piknometer berisi Alkohol
|
Keterangan:
Keterangan:
1.
Pinometer kosong 1.
Piknometer
2.
Timbangan analitik 2.
Alkohol
3. Timbangan Analitik
4. Kloroform
Sebelum
|
Sesudah
|
1
2
|
1
2
3
|
Gambar 9
Piknomter Kosong
|
Gambar
10
Piknometer berisi Kloroform
|
Keterangan:
Keterangan:
1.
Pinometer kosong 1. Piknometer
2.
Timbangan analitik 2.
Kloroform
3. Timbangan Analitik
5. Minyak Kelapa
Sebelum
|
Sesudah
|
1
2
|
1
2
3
|
Gambar 11
Piknomter Kosong
|
Gambar
12
Piknometer berisi Minyak kelapa
|
Keterangan:
Keterangan:
1.
Pinometer kosong 1. Piknometer
2.
Timbangan analitik 2.
Minyak Kelapa
3. Timbangan Analitik
B.2 Hidrometer
Gambar 13
Alkohol 70 %
|
Gambar 14
Alkohol 90 %
|
1
2
3
|
1
2
3
|
Keterangan:
Keterangan:
1.
Hidrometer
1. Hidrometer
2.
Alkohol 70 %
2. Alkohol 90 %
3.
Gelas ukur
3. Gelas ukur
Gambar 15
Aseton
|
Gambar 16
Aquadest
|
1
2
3
|
1
2
3
|
Keterangan:
Keterangan:
1.
Hidrometer 1. Hidrometer
2.
Aseton
2. Aquadest
3.
Gelas ukur
3. Gelas ukur
Gambar 17
Minyak Kelapa
|
1
2
3
|
Keterangan:
1. Hidrometer
2. Minyak kelapa
3. Gelas ukur
No comments:
Post a Comment