Garis-Garis Besar Program
Pembelajaran (GBRP)
Pertemuan
|
Kompetensi Dasar/Indikator
|
Subtansi Kajian
|
Metode/Model Pembelajaran
|
Penilaian
|
|
|
|
|
|
Kriteria
|
Bobot
|
I-II
|
3.3.1.1 Pengertian
istilah
3.3.1.2 Membuat simpulan beberapa pengertian
persalinan dan kelahiran
3.3.1.3
Mengedintifikasi sebab-sebab mulainya persalinan
3.3.1.4 Tahapan persalinan (kala I, II,
III, dan IV)
3.3.1.5 Tujuan
asuhan persalinan
3.3.1.6 Tanda-tanda
persalinan
|
3.3.1 Konsep dasar asuhan persalinan
|
Kontstruktivistik
-
Pembelajaran
kreatif dan produktif
-
Inkuiri
-
Problem
Solving
|
-
Kreativitas
SK
K CK KK
-
Unjuk
kerja
ST
T CT KT
-
Keaktifan
SA
KCA KA
-
Ketepatan
ST
T TC KT
|
6
|
III-IV
|
3.3.2 Menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi persalinaan
3.3.2.1
Passage (jalan lahir)
3.3.2.2
Power
3.3.2.3 Passanger
3.3.2.4 Psikologi
|
3.3.2 Fktor-faktor yang mempengaruhi persalinaan
|
Behavioristik
-
Pembelajaran
kreatif dan produktif
-
FGD
-
SCL
|
-
Kreativitas
SK
K CK KK
-
Unjuk
kerja
ST
T CT KT
-
Keaktifan
SA
KCA KA
-
Ketepatan
ST
T TC KT
|
5
|
V
|
3.3.3
Menjelaskan kebutuhan dasar ibu dalam proses persalinan
3.3.3.1
Kebutuhan ibu selama persalinan
3.3.3.2
Pemenuhan kebutuhan dasar ibu selama persalinan
|
3.3.3 Kebutuhan dasar ibu dalam
proses persalinan
|
Behavioristik
-
Team
teaching
-
STAD
|
-
Kreativitas
SK
K CK KK
-
Unjuk
kerja
ST
T CT KT
-
Keaktifan
SA
KCA KA
-
Ketepatan
ST
T TC KT
|
4
|
Pertemuan
|
Kompetensi Dasar/Indikator
|
Subtansi Kajian
|
Metode/Model Pembelajaran
|
Penilaian
|
|
|
|
|
|
Kriteria
|
Bobot
|
VI-VII
|
3.3.4 Menjelaskan melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin pada kala I
3.3.4.1 Mengetahui perubahan psikologis dan
psikologis kala I
3.3.4.2 Asuhan kala I
|
3.3.4 Asuhan kebidanan
pada
ibu bersalin pada
kala I
|
Konstruktivistik
-
Problem
Solving
-
Inkuiri
-
Demonstrasi
|
-
Kreativitas
SK
K CK KK
-
Unjuk
kerja
ST
T CT KT
-
Keaktifan
SA
KCA KA
-
Ketepatan
ST
T TC KT
|
4
|
VIII
|
3.3.5 Menjelaskan patograf
3.3.5.1 Pengertian partograf
3.3.5.2
Menjelaskan Tujuan utama penggunaan partograf
3.3.5.3 Menjelaskan Bagian-bagian partograf
3.3.5.4 Pengurangan rasa sakit saat persalinan
3.3.5.5 Persiapan persalinan
3.3.5.6 Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis
ibu dan keluarga
|
3.3.5 Partograf
|
Kontstruktivistik
-
Pembelajaran
kreatif dan produktif
-
Inkuiri
-
Problem
Solving
|
-
Kreativitas
SK
K CK KK
-
Unjuk
kerja
ST
T CT KT
-
Keaktifan
SA
KCA KA
-
Ketepatan
ST
T TC KT
|
6
|
IX
|
Ujian Tengah Semester
|
|
Humanistik/Unjuk Kerja
|
|
25
|
X-XI
|
3.3.6 Menjelaskan asuhan
persalinan kala II
3.3.6.1 Perubahan fisiologis pada persalinan kala
II
3.3.6.2 Mekanisme persalinan
3.3.6.3 Asuhan sayang ibu
3.3.6.4 Menolong persalinan sesuai APN
3.3.6.5 Kebutuhan
ibu dalam kala II
3.3.6.6 Amniotomi
3.3.6.7 Episiotomi
|
3.3.6 Asuhan persalinan kala II
|
Behavioristik
-
Team
teaching
-
STAD
|
-
Kreativitas
SB
B C K
-
Unjuk
kerja
SB
B C K
-
Keaktifan
SA
A C K
-
Ketepatan
ST
T C K
|
6
|
Pertemuan
|
Kompetensi Dasar/Indikator
|
Subtansi Kajian
|
Metode/Model Pembelajaran
|
Penilaian
|
|
|
|
|
|
Kriteria
|
Bobot
|
XII-XIII
|
3.3.7 Menjelaskan asuhan persalinan kala III
3.3.7.1 Fisiologi kala III
3.3.7.2 Manajemen aktif kala III
3.3.7.3 Pemantauan keadaan ibu serta
mengenali kebutuhannya
3.3.7.4 Pemeriksaan plesenta, selaput dan tali
pusat
3.3.7.5 Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III
dan cara mengatasinya Perdarahan pada kala III
·
Atonia uteri
·
Retensio plasenta
·
Perlukaan
jalan lahir
3.3.7.6 Tindakan-tindakan kala III kompresi bimanual internal
dan eksternal, kompresi aorta, manual plasenta
|
3.3.7 Asuhan persalinan kala III
|
Kontstruktivistik
-
Pembelajaran
kreatif dan produktif
-
Inkuiri
-
Problem
Solving
-
Team
Teaching
-
Demonstrasi
|
-
Kreativitas
SK
K CK KK
-
Unjuk
kerja
ST
T CT KT
-
Keaktifan
-
SA
A CA KA
|
6
|
XIV
|
3.3.8 Menjelaskan
asuhan persalinan kala IV
3.3.8.1 Fisiologi kala IV
3.3.8.2 Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum
3.3.8.3 Pemantauan dan evaluasi lanjut
|
3.3.8 Asuhan persalinan kala IV
|
Behavioristik
-
Pembelajaran
kreatif dan produktif
-
FGD
-
SCL
|
-
Kreativitas
SB
B C K
-
Unjuk
kerja
SB
B C K
-
Keaktifan
SA
A C K
-
Ketepatan
ST
T C K
|
4
|
XV
|
3.3.9 Menjelaskan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
3.3.9.1 Adaptasi
fisiologi BBL terhadap kehidupan
di luar uterus
3.3.9.2 Pemotongan tali pusat
3.3.9.3 Evaluasi nilai APGAR
3.3.9.4 Bounding attachement
3.3.9.5 Pemberian ASI awal
3.3.9.6 Pencegahan infeksi
3.3.9.7 Profilaksis perdarahan
3.3.9.8 penuntun belajar persalinan normal
|
3.3.9 Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
|
Behavioristik
-
Team
teaching
-
STAD
|
-
Kreativitas
SK
K CK KK
-
Unjuk
kerja
ST
T CT KT
-
Keaktifan
SA
A CA KA
-
Ketepatan
ST
T CT KT
|
7
|
XVI
|
Ujian Akhir Semester
|
Humanistik/Unjuk
Kerja
|
25
|
BAHAN
AJAR
TOPIK
: KONSEP DASAR ATONIA UTERI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
DESKRIPSI SINGKAT
Pada
bab ini akan menguraikan tentang pengertian Atonia Uteri, Penyebab Atonia
Uteri, tanda gejala Atonia Uteri, dan penanganan Atonia Uteri.
B.
MANFAAT
Perkuiahan
ini memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang pengertian atonia uteri,
penyebab atonia uteri, tanda gejalaatonia uteri, dan penanganan atonia uteri.
C.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah
mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan penaganan
pada atonia uteri.
BAB II
PENYAJIAN
KONSEP DASAR ATONIA UTERI
A.
PENGERTIAN ATONIA UTERI
1. Atonia Uteri adalah suatu kondisi
dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang
keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri,
2007).
2. Atonia uteri (relaksasi otot uterus)
adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan
fundus uteri (plasenta telah lahir).
3. Atonia uteri adalah kegagalan
serabut-serabut otot myometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek.
B.
Faktor
Penyebab Terjadinya Atonia Uteri
Beberapa faktor Predisposisi yang
terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri,
diantaranya adalah :
1. Uterus membesar lebih dari normal
selama kehamilan, diantaranya :
Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
Kehamilan gemelli
Janin besar (makrosomia)
2.
Kala satu atau kala 2
memanjang
3. Persalinan cepat (partus
presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau
dipercepat dengan oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi
7. Magnesium sulfat yang digunakan
untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia atau eklamsia.
8. Umur yang terlalu tua atau terlalu
muda(<20 tahun dan >35 tahun)
Atonia
Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan
memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta,
sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
C. Manifestasi Klinis
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
2. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)
D.
Tanda dan gejala atonia uteri
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan
darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah
keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi
sebagai anti pembeku darah
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia
dengan penyebab perdarahan yang lainnya
3. Fundus uteri
naik
4. Terdapat tanda-tanda syok
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/
menit atau lebih)
b. Tekanan darah sangat rendah :
tekanan sistolik < 90 mmHg
c. Pucat
d. Keriangat/ kulit terasa dingin dan
lembap
e. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/
menit atau lebih
f. Gelisah, binggung atau kehilangan
kesadaran
g. Urine yang sedikit ( < 30 cc/
jam)
E. Diagnosis
Diagnosis ditegakan bila setelah
bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak,
bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau
lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia
uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc
yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus
dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.
F. Pencegahan Atonia Uteri
Pemberian
oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum
lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai
terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam
persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan
utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan
tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti
ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah
atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin
setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus
atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu
karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan
mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan
onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin
4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin
bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif
dibanding oksitosin.
G.
Langkah-langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri
Banyaknya darah yang hilang akan
mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar,
sedikit anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus
dilakukan tergantung pada keadaaan klinisnya.
NO
|
Langkah
penatalaksanaan
|
Alasan
|
1
|
Masase
fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta(maksimal 15 detik)
|
Masase
merangsang kontraksi uterus. Saat dimasase dapat dilakukan penilaia kontraksi
uterus
|
2
|
Bersihkan
bekuan darah adan selaput ketuban dari vaginadan lubang servik
|
Bekuan
darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat
menghalang kontraksi uterus secara baik.
|
3
|
Pastikan
bahwa kantung kemih kosong,jika penuh dapat dipalpasi, lakukan
kateterisasi menggunakan teknik aseptic
|
Kandung
kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.
|
4
|
Lakukan
Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit
|
Kompresi
bimanual internal memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding
uterusdan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
|
5
|
Anjurkan
keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksternal
|
Keluarga
dapat meneruskan kompresi bimanual eksternal selama penolong melakukan
langkah-langkah selanjutnya
|
6
|
Keluarkan
tangan perlahan-lahan
|
Menghindari
rasa nyeri
|
7
|
Berikan
ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misopostrol 600-1000
mcg
|
Ergometrin
dan misopostrol akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
|
8
|
Pasang
infus menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan 500cc ringer laktat + 20 unit
oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin
|
Jarum
besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat atau tranfusi darah. RL
akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
perdarahan.oksitosin IV akan cepat merangsang kontraksi uterus.
|
9
|
Ulangi
kompresi bimanual internal
|
KBI
yang dilakukan bersama dengan ergometrin dan oksitosin atau misopostrol akan
membuat uterus berkontraksi
|
10
|
Rujuk
segera
|
Jika
uterus tidak berkontaksiselama 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia
sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas yang mampu
melaksanakan bedah dan tranfusi darah
|
11
|
Dampingi
ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI
|
Kompresi
uterus ini memberikan tekanan langung pada pembuluh darah dinding uterus dan
merangsang uterus berkontraksi
|
12
|
Lanjutkan
infus RL +20 IU oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 cc/ jam
sehingga menghabiskan 1,5 I infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak
tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc yang kedua dengan kecepatan sedang
dan berikan minum untuk rehidrasi
|
RL
dapat membantu memulihkan volume cairan yang hilang akibat perdarahan.
Oksitosin dapat merangsang uterus untuk berkontraksi.
|
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan
pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk
mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan
mekanisme ini.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh
kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.
H.
Manajemen Atonia Uteri ( Penatalaksanaan)
1.
Resusitasi
Apabila
terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi
dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital,
monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan
darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
2. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan
menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan.Pemijatan
fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik),Jika uterus berkontraksi maka
lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung,
periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau
rujuk segera :
Ø Jika uterus
tidak berkontraksi maka : Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina
& lobang serviks.
Pastikan bahwa
kandung kemih telah kosong,Lakukan
kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
Ø Jika uterus berkontraksi, teruskan
KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan
dan pantau kala empat dengan ketat.
Ø Jika uterus tidak berkontraksi, maka
: Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal;
Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan
jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan
500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi
KBI
Ø Jika uterus berkontraksi, pantau ibu
dengan seksama selama kala empat
Jika uterus tidak berkontraksi maka
rujuk segera
3. Pemberian Uterotonika
Oksitosin
merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat
ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan
meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah
oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis
tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk
perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter,
jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM).
Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan
vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang
dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan
secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg,
dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV
bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan
hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh
diberikan pada pasien dengan hipertensi.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil
prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal,
transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau
IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg.
Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5
tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif
tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus,
diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot
halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang
menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan
peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen.
Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan
kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius
penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari
beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi
perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan
84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri
maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi
perdarahan masif yang terjadi.
4. Operatif
Beberapa
penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan
80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping
uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi
dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini
diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai.
Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa
uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian avaskular ligamentum latum lateral
vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi
harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk
menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah
diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim.
Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa
uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus
mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan
cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus
berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
5.
Ligasi arteri Iliaka
Interna
Identiffikasi
bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya harus
dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter.
Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan ligasi
arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan
dibelakang arteri, dan dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua
ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna.
Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan
sebelum dan sesudah ligasi.Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena
iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter
harus mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien.
Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan
“brace suture”, ditemukan oleh Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan
operatif alternative untuk mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.
6. Histerektomi
Histerektomi
peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan
pospartum masif yang jmembutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13
per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal
dibandingkan vaginal.
7. Kompresi bimanual atonia uteri
Peralatan : sarung tangan steril;
dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang yang telah dicuci.
Teknik :
Basuh genetalia eksterna dengan
larutan disinfektan; dalam kedaruratan tidak diperlukan :
1. Eksplorasi dengan tangan kiri
Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina
2. Tangan
kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap uterus
dari belakang atas
3. Tangan
dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar
Ia tidak hanya menekan uterus,
tetapi juga meregang pembuluh darah aferen sehingga menyempitkan
lumennya.Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu
10-15 menit.Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering
menghentikan perdarahan secara sempurna
DAFTAR PUSTALKA
Buku
Utama :
Ø Mochtar, Rustam. Sinopsis
obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.
Ø Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu
kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana. Jakarta: EGC, 1998.
Ø Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku
ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A. Wijayarini, Peter
I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004
Ø Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi
dan obstetric. Alih
bahasa H. Mochamad martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta: EGC, 1997
Ø Prawirohardjo,
Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanaan. Edisi
3. Jakarta : YBP-SP.
Ø Nani
Wijaya, Amd. 2009. Asuhan Kegawat
Daruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Ø Prawirohardjo,
Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanaan. Edisi
4. Jakarta : YBP-SP.
Ø Pudiastuti,
Ratna Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Bersalin Ptologi. Cetakan 1. Myha Medika. Yogyakarts.
Ø Ali
Yeyeh Rukiah, Lia Yulianti. 2012. Asuhan Kebidanan IV Patologi Bagian 2.
Jakarta : CV Trans Info Media
Ø Fadlum,
Feryanto Achamad. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
Ø Mocthar,
Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Patologi. Jakarta : EKG.
No comments:
Post a Comment