Visitor

Sunday, February 5, 2017

MAKALAH LES (Lupus Eritematosus Sistemik) KEPERAWATAN LENGKAP




KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang bertemakan LES (Lupus Eritematosus Sistemik)” .
Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media elektronik dan media cetak. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok 4 (empat)  yang telah memberikan partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belumlah sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.


                          Makassar, 2 JANUARI 2017


                                    ZULFI PRINT




B A B I
KONSEP MEDIS


A.    Definisi
SLE (Sistemisc Lupus Erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
Sistemik lupus eritematosus (SLE) merupakan salah satu penyakit autoimun yang disebabkan oleh disregulasi sistim imunitas dan secara garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu endokrin-metabolik, lingkungan dan genetic

B.     Etiologi
Penyebab pasti LES masih merupakan misteri, tetapi bukti yang ada menunjukkan factor-faktor imunologi, lingkungan, hormonal dan genetic yang saling terkait. Factor-faktor ini dapat meliputi :
1.      Stress fisik dan mental
2.      Infeksi streptococcus atau virus
3.      Pajanan cahaya matahari atau ultraviolet
4.      Imunisasi
5.      Kehamilan
6.      Metabolisme estrogen yang abnormal
7.      Terapi dengan obat tertentu seperti prokainamid (Pronestyl), hidralazin (Apresoline), antikonvulsan dan yang lebih jarang, penisilin, obat-obtan sulfa serta kontrasepsi oral (pil KB)


C.    Ptofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).
Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

D.    Manifestasi Klinis
Umumnya gejala klinis LES meliputi :
1.      Demam
2.      Penurunan berat badan
3.      Rasa tidak enak badan (malaise)
4.      Keluhan mudah lelah
5.      Ruam
6.            Poliartralgia
Tanda dan gejala :
1.      Sistem Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
2.      Sistem integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3.      Sistem kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4.      Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
5.      Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6.      Sistem perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7.      Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

E.     Komplikasi
Komplikasi LES yang mungkin terjadi meliputi :
1.      Infeksilain yang terjadi secara bersamaan
2.      Infeksi saluran kemih
3.      Gagal ginjal
4.      Osteonekrosis tulang pinggul/pangkal paha akibat penggunaan steroid jangka panjang

F.     Pemeriksaan  Diagnostik
Hasil pemeriksaan yang dapat menunjukkan LES meliputi :
1.      Hitung darah lengkap dengan hitung jenis yang mungkin mempelihatkan anemia atau penurunan jumlah sel darah putih
2.      Jumlah trombosit yang dapat menurun          
3.      Laju endap darah yang sering tinggi
4.      Elektroforesis serum yang dapat memperlihatkan hipergamahlobulinemia
                                                                                                         
Hasil pemeriksaan diagnostic yang lain meliputi :
1.      Pemeriksaan ANA dan tes sel LE yang menunjukkan hasil positif pada pasien LES aktif
2.      Antibody anti-dsDNA (anti-double-stranded deaoxyribonucleic acid) , tes ini paling spesifik untuk LES, memiliki korelasi dengan aktivitas penyakit khusunya bila terjadi gangguan pada ginjal dan membantu pemantauan hasil terapi, kadar antibody ini bisa rendah atau tidak terdapat pada keadaan remisi.
3.      Pemeriksaan urine yang mungkin memperlihatkan keberadaan sel darah merah serta sel darah putih, silinder serta sedimen unrine dan kehilangan protein yang khas (lebih dari 0,5 g/24 jam)
4.      Pemeriksaan komplemen serum yang memperlihtakan penurunan kadar komplemen (C3 dan C4), hasil ini menunjukkan penyakit yang aktif.
5.      Foto rontgen thoraks yang mungkin menunjukkan pleurits atau pneumonitis lupus
6.      Elektrokardiografi yang mungkin memperlihatkan defek hantaran dengan gangguan jantung atau perikarditis
7.      Biopsi ginjal untuk menentukan stadium penyakit dan luas lesi pada ginjal
8.      Tes antikoagulan lupus dan anti kardiolipin yang mungkin positif pada sebagian pasien (biasanya pasien dengan kecenderungan menderita syndrome antifosfolipid pada keadaan thrombosis, abortus atau trombositopenia)

G.    Penatalaksanaan Medis
1.      Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
2.      Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
3.      Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.
4.      Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid termasuk aspirin untuk mengembalikan gejala arthritis
5.      Kortikosteroid sistemik untuk mengurangi gejala sistemik SLE dan mencegah eksaserbasi akut yang menyeluruh ataupun penyakit serius yang berhubungan dengan system organ yang penting seperti pleuritis, perikarditis, nefritis lupus, vaskulitis serta gangguan pada SSP
6.      Obat-obatan antihipertensi dan modifikasi diet untuk menimalkan efek lesi pada ginjal







BAB II
KONSEP KEPERAWATAN


A.    Pengkajian
  1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
  2. Sistem Kardiovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan.
  1. Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
  1. Sistem integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
  1. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
  1. Sistem Renal
Edema dan hematuria.
  1. Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya.


B.     Masalah Keperawatan

1.       Diagnose keperawatan : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
Tujuan : perbaikan dalam tingkat kennyamanan
Intervensi :
1)      Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres panas /dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)
2)      Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.
3)      Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap penatalaksanaan nyeri.
4)      Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik penyakitnya.
5)      Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
6)      Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa pasien untuk memakai metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
7)      Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.

2.       Diagnose keperawatan : Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
Tujuan : mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan untuk mengubah.

Intervensi :
1)      Beri penjelasan tentang keletihan :
a)      hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan
b)      menjelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara melaksanakannya
c)      mengembangkan dan mempertahankan tindakan rutin unutk tidur (mandi air hangat dan teknik relaksasi yang memudahkan tidur)
d)     menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stres sistemik, artikuler dan emosional
e)      menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga
f)       kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan.
2)      Fasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat.
3)      Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya.
4)      Rujuk dan dorong program kondisioning.
5)      Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan suplemen.

  1. Diagnose keperawatan : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.
Tujuan : mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang optimal.
Intervensi :
1)      Dorong verbalisasi yang berkenaan dengan keterbatasan dalam mobilitas.
2)      Kaji kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi/fisioterapi :
a)      Menekankan kisaran gherak pada sendi yang sakit
b)      Meningkatkan pemakaian alat Bantu
c)      Menjelaskan pemakaian alas kaki yang aman.
d)     Menggunakan postur/pengaturan posisi tubuh yang tepat.
3)      Bantu pasien mengenali rintangan dalam lingkungannya.
4)      Dorong kemandirian dalam mobilitas dan membantu jika diperlukan.
a)      Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas
b)      Memberikan kesempatan istirahat sesudah melakukan aktivitas.
c)      Menguatkan kembali prinsip perlindungan sendi

  1. Diagnose keperawatan : Gangguan citra tubuh berhubungqan dengan perubahan dan ketergantungan fisaik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.
Tujuan : mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan erubahan fisik serta psikologik yang ditimbulkan penyakit.
Intervensi :
1)      Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan penanganannya.
2)      Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut
a)      Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.
b)      Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu.
c)      Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif.

  1. Disgnosa keparawatn : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.
Tujuan : pemeliharaan integritas kulit.
Intervensi :
1)      Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
2)      Hilangkan kelembaban dari kulit
3)      Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya sedera termal akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.
4)      Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
5)      Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid.




DAFTAR PUSTAKA



Kowalak. 2003. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Prce, Wilson. 2002. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

https://zulfiprint19.blogspot.co.id/

Maryllin E Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC :  Jakarta.

 SEKIAN POSTINGAN KAMI, TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA... POSTINGAN KAMI TERUPDATE SETIAP HARI YAH !!! SYUKRAN :)























No comments:

Post a Comment