BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pelayanan
kesehatan bayi dan balita bertujuan
untuk meningkatkan akses bayi dan balita terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui
sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi dan balita, sehingga cepat
mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dan
balita dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan
pelayanan kesehatan dapat terpenuhi.
Istilah
tumbuh kembang mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi sulit untuk
dipisahkan yaitu tumbuh dan kembang.
ü Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur.
ü Perkembangan
(development) berkaitan dengan bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Termasuk juga proses pematangan
termasuk juga perkembangan emosional dan tingkh laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.
B. Rumusan
masalah
1.
Bagaimana Pelayanan Kesehatan pada Bayi?
2.
Bagaimana Pelayanan Kesehatan pada Balita
?
3.
Bagaimana Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi
dan Balita?
4.
Apa yang dimaksud dengan Imunisasi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi meliputi :
a.
Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1
– 4, Hepatitis B1 – B3 dan campak)
b.
Stimulasi deteksi intervensi tumbuh
kembang bayi (SDIDTK)
c.
Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11
bulan)
d.
Konseling ASI eksklusif dan pemberian
makanan pendamping ASI
e.
Konseling pencegahan hipotermi dan
perawatan kesehatan bayi di rumah
f.
Penanganan rujukan kasus
Pelayanan
kesehatan bayi (29 hari – 11 bulan) dilaksanakan oleh dokter spesialis anak /
dokter / bidan / perawat terlatih baik di fasilitas kesehatan maupun melalui
kunjungan rumah. Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya
satu kali pada tiwulan I, satu kali pada triwulan II, satu kali pada triwulan
III dan satu kali pada triwulan IV.
Pelaksanaan
pelayanan kesehatan bayi :
a.
Kunjungan bayi antara umur 29 hari – 3
bulan
b.
Kunjungan bayi antara umur 3 – 6 bulan
c.
Kunjungan bayi antara umur 6 – 9 bulan
d.
Kunjungan bayi antara umur 9 – 11 bulan
B. Pelayanan Kesehatan Balita
Lima tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini adalah merupakan
masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar – dasar kemampuan
keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang
intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting
untuk mengoptimalkan fungsi – fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan
otak, dilain pihak upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada
anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan
atau mencegah gangguan kearah yang lebih berat.
Pelayanan kesehatan anak balita adalah
pelayanan kesehatan terhadap anak yang berumur 12 – 59 bulan yang sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan ahli gizi, penyuluhan kesehatan masyarakat dan
petugas sektor lain yang meliputi :
a.
Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap
bulan yang tercatat dalam buku KIA / KMS, dan pelayanan stimulasi deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) serta mendapat vitamin A dua kali dalam
setahun.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran
berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada buku KIA / KMS. Bila
berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut – turut atau berat badan anak
balita dibawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
b.
Pelayanan
SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan
SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun diluar
gedung.
c.
Suplementasi vitamin A dosis tinggi 200.000
IU diberikan pada anak balita minimal 2 kali pertahun.
d.
Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA
oleh setiap anak balita.
C.
Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi Dan Balita
Deteksi dini
tumbuh kembang bayi dan balita adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara
dini adanya penyimpangan tumbuh kembang bayi dan balita.
Dengan
ditemukannya secara dini penyimpangan / masalah tumbuh kembang bayi dan balita,
maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.tenaga kesehatan juga mempunyai
waktu dalam membuat rencana tindakan / intervensi yang tepat, terutama ketika
harus melibatkan ibu / keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui maka
intervensinya akan sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang bayi
dan balita tersebut.
Ada tiga jenis
deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di
tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :
·
Deteksi
dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui / menemukan status gizi
kurang / buruk, dan mikro / makrosefali.
·
Deteksi
dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan
bayi dan balita (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
·
Deteksi
dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental
emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
1.
Deteksi
dini penyimpangan pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan disemua
tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Tingkat pelayanan
|
Pelaksana
|
Alat yang
Digunakan
|
Keluarga, masyarakat
|
·
Orang tua
·
Kader kesehatan
·
Petugas PAUD, BKB, TPA, dan Guru TK
|
·
KMS
·
Timbangan dacing
|
Puskesmas
|
·
Dokter
·
Bidan
·
Perawat
·
Ahli gizi
·
Petugas lainnya
|
·
Tabel BB / TB
·
Grafik LK
·
Timbangan
·
Alat ukur tinggi badan
·
Pita pengukur
lingkar kepala
|
a.
Pengukuran
berat badan terhadap tinggi badan
1)
Tujuan
pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak apakah normal, kurus,
kurus sekali, atau gemuk
2)
Jadwal
pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi tumbuh kembang balita.
Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
3)
Pengukuran
berat badan / BB :
a)
Menggunakan
timbangan bayi
ü
Timbangan
bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masih
bisa berbaring atau duduk tenang.
ü
Letakkan
timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
ü
Lihat
posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
ü
Bayi
sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos kaki, dan sarung tangan.
ü
Baringkan
bayi dengan hati – hati diatas timbangan.
ü
Lihat
jarum timbangan sampai berhenti.
ü
Baca
angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
ü
Bila
bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka ditengah – tengah antara
gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
b)
Menggunakan
timbangan injak
ü
Letakkan
timbangan di lantai yang datarsehingga tidak mudah bergerak.
ü
Lihat
posisi jarum atau angka menunjuk angka 0.
ü
Anak
sebaiknya memakai baju sehari – hari yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu.
ü
Anak
berdiri diatas timbangan tanpadipegangi.
ü
Lihat
jarum timbangan sampai berhenti kemudian baca angka yang ditunjuk oleh jarum
timbangan.
4)
Pengukuran
panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) :
a)
Cara
mengukur dengan posisi berbaring :
ü
Sebaiknya
dilakukan oleh 2 orang.
ü
Bayi
dibaringkan terlentang pada alas yang datar.
ü
Kepala
bayi menempel pada pembatas angka 0.
ü
Petugas
I : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka 0
(pembatas kepala).
ü
Petugas
II : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki
ke telapak kaki. Kemudian membaca angka ditepi luar pengukur.
b)
Cara
mengukur dengan posisi berdiri :
ü
Anak
tidak memakai sandal atau sepatu
ü
Berdiri
tegak menghadap ke depan
ü
Punggung,
pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
ü
Turunkan
batas atas pengukur sampai menempel di ubun – ubun.
ü
Baca
angka pada batas tersebut.
c)
Penggunaan
tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat,2002).
ü
Ukur
tinggi / panjang dan timbang berat badan anak, sesuai dengan cara diatas.
ü
Lihat
kolom tinggi / panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran.
ü
Pilih
kolom berat badan untuk anak laki – laki kiri atau perempuan kanan sesuai jenis
kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan berat badan anak.
ü
Dari
angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka
standar deviasi (SD).
b.
Pengukur
lingkar kepala
1)
Tujuan
pengukuran
Untuk
mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
2)
Jadwal
pengukuran
Disesuaikan
dengan umur anak. Umur 0 – 11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan.
Pada anak yang lebih besar , umur 12 – 27 bulan, pngukuran dilakukan setiap 6
bulan. Pengukuran dan penilaian kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih.
3)
Cara
mengukur lingkar kepala
ü
Pengukur
dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, diatas kedua
telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
ü
Baca
angka pada pertemuan dengan angka 0.
ü
Tanyakan
tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak.
ü
Buat
garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran yang sekarang..
4)
Interpretasi
ü
Bila
ukuran lingkar kepala anak berada di dalam jalur hijau maka lingkar kepala anak
normal
ü
Bila
ukuran lingkar kepala anak berada berada diluar jalur hijau maka lingkar kepala
anak tidak normal.
ü
Lingkar
kepala anak yang tidak normal dibedakan menjadi dua, yaitu makrosefal bila
berada diatas jalur hijau dan mikrosefal bila berada di bawah jalur hijau.
5)
Intervensi
ü
Bila
ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit.
2.
Deteksi
dini penyimpangan perkembangan
Deteksi dini
penyimpangan perkembangan anak dilakukan disemua tingkat pelayanan. Adapun
pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tingkat pelayanan
|
Pelaksana
|
Alat yang
Digunakan
|
Keluarga, masyarakat
|
·
Orang tua
·
Kader kesehatan
·
Petugas PAUD, BKB, TPA, dan Guru TK
|
Buku KIA
|
Puskesmas
|
·
Dokter
·
Bidan
·
Perawat
|
KPSP
TDL
TDD
|
Keterangan :
Buku KIA : buku
kesehatan ibu dan anak
KPSP : koesioner
pra skrining perkembangan
TDL : tes
daya lihat
TDD
: tes daya dengar
BKB : bina
keluarga balita
TPA
: tempat penitipan anak
Pusat PAUD :
pusat pendidikan anak usia dini
TK
: taman kanak – kanak
a.
Skrining
/ pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan
(KPSP)
1)
Tujuan
skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
2)
Jadwal
skrining / pemeriksaan KPSP rutin adalah umur 3 – sampai 72 bulan dengan
interval 3 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu
datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
3)
Apabila
orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang
sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSp untuk
umur skrining terdekat yang lebih lebih muda.
4)
Alat
/ instrumen yang digunakan adalah :
ü
Formulir
KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 – 10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0 – 72 bulan.
ü
Alat
bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biskuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm.
5)
Cara
menggunakan KPSP :
a)
Pada
waktu pemeriksaan / skrining anak harus dibawa.
b)
Tentukan
umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak
lebih lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
c)
Setelah
menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
d)
KPSP
terdiri atas 2 macam pertanyaan yaitu :
ü
Pertanyaan
yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak.
ü
Perintah
kepada ibu / pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis
pada KPSP.
e)
Jelaskan
kepada orang tua agar tidak ragu – ragu atau takut menjawab, oleh karena itu
tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan
hanya ada 1 jawaban ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
f)
Ajukan
pertanyaan berikutnya setelah ibu / pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu
g)
Teliti
kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
6)
Interpretasi
hasil KPSP :
a)
Hitung
berapa jumlah jawaban “ya” atau “tidak”
b)
Jumlah
jawaban “ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya
(S), jika 7 atau 8 perkembangannya meragukan (M), jika 6 atau kurang
kemungkinan ada penyimpangan (P)
c)
Untuk
jawaban “tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “tidak” menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi).
7)
Intervensi
:
a)
Bila
perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut :
ü
Beri
pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
ü
Teruskan
pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
ü
Beri
stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin sesuai dengan umur
dan kesiapan anak.
ü
Ikutkan
anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di Posyandu secara
teratur setiap bulannya.
b)
Bila
perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut :
ü
Beri
petunjuk kepada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering
lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
ü
Ajarkan
ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan / mengejar ketinggalnnya.
ü
Lakukan
pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang
menyebabkan penyimpangan perkembangannya
ü
Jika hasil KPSP ulang jawaban “ya” tetap 7
atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan.
c)
Bila
tahapan perkembangannya terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan berikut :
Rujuk ke rumah
sakit dengan menyebutkan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak
kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
b.
Tes
daya dengar
1)
Tujuan
tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar
dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan
bicara anak
2)
Jadwal
TTD adalah setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada
anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK,
tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya.
3)
Alat
/ sarana yang diperlukan adalah :
a)
Instrumen
TTD menurut umur anak
b)
Gambar
binatang dan manusia
c)
Mainan
4)
Cara
melakukan TTD
Tanyakan
tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan. Pilih daftar
pertanyaan TTD yang sesuai dengan umur anak dalam bulan.
a)
Pada
anak kurang dari 24 bulan
ü
Semua
pertanyaan harus dijawab oleh orang tua atau pengasuh
ü
Bacakan
pertanyaan dengan jelas, lambat dan nyaring
ü
Tunggu
jawaban dari orang tua / pengasuh anak
ü
Jawaban
“ya” jika menurut orang tua / pengasuh anak dapat melakukannya dalam bulan
terakhir.
b)
Pada
anak umur 24 bulan tau lebih
ü
Pertanyaan
– pertanyaan berupa perintah melalui orang tua / pengasuh untuk dikerjakan oleh
anak
ü
Amati
kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua / pengasuh
ü
Jawaban
“ya” jika anak dapat melakukan perintah orang tua / pengasuh
ü
Jawaban
“tidak” jika anak tidak dapat melakukan perintah orang tua / pengasuh
5)
Interpretasi
a)
Bila
ada satu atau lebih jawaban “tidak” kemungkinan anak mengalami gangguan
pendengaran.
b)
Catat
dalam buku KIA atau kartu kohort bayi / balita atau status catatan medis anak,
jenis kelainan
6)
Interpretasi
a)
Tindak
lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
b)
Rujuk
ke RS jika tidak dapat ditanggulangi.
c.
Tes
daya lihat
1)
Tujuan tes Daya lihat adalah untuk
mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan
lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi
lebih besar.
2)
Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6
bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas latih lainnyan.
3)
Alat / sarana yang diperlukan adalah
ü
Ruangan yang bersih, tenang, dengan
penyinaran yang baik
ü
Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk
pemeriksa
ü
Poster “E” digantung dengan kartu “E”
untuk dipegang anak
4)
Cara melakukan tes daya lihat
ü
Pilih satu ruangan yang bersih, tenang,
dengan penyinaran yang baik
ü
Gantungkan poster “E” setinggi mata anak
pada posisi duduk
ü
Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter
dari poster “E” menghadap ke poster “E”
ü
Letakkan sebuah kursi lainnya di samping
poster “E” ntuk pemeriksa
ü
Pemeriksa memberikan kartu “E” pada
anak. Latih anak dalam mengarahkan kartyu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan
kanan sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap
anak mau melakukannya. Lakukan ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E”
dengan benar.
ü
Selanjutnya anak diminta menutup sebelah
matanya dengan buku / kertas.
ü
Dengan alat penunjuk, tunjuk hurui “E”
pada poster satu persatu mulai baris pertama sampai baris ke empat atau baris
“E” terkecil yang masih dapat dilihat
ü
Puji anak setiap kali anak dapat
mencocokkan posisi kartu dengan benar.
ü
Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata
yang sama.
5)
Interpretasi
Anak pra sekolah umumnya tidak mengalami
kesulitan melihat sampai baris ke tiga pada poster “E”. bila kedua mata anak
tidak dapt melihat baris ke tiga poster “E” artinya tidak dapat mencocokkan
arah kartu “E” yang dipegangnya dengan yang ada pada poster. Kemungkinan anak
mengalami gangguan daya lihat.
6)
Intervensi
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan
daya lihat, minta anak dating lagi untuk memeriksa ulang. Bila pada pemeriksaan
berikutnya anak tidak dapat melihat pada baris yang sama , rujk ke Rumah sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).
3.
Deteksi dini penyimpangan mental
emosional
Deteksi dini penyimpangan mental
mosional adalah kegiatan / pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
masalah mental emosional, autisme, dan gangguan pmusatan perhatian dan
hiperaktifitas pada anak, agar dapat segera dikakukan tindakan intervensi. Bila
penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka intervensinya akan
lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
Adanya beberapa jenis alat yang
digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional
pada anak, yaitu :
a)
Kuesioner masalah mental emosional (KMME)
bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan
b)
Ceklis autis anak pra sekolah (Cheklist for
autism in toddler CHAT) bagi anak umur 18 – 36 bulan
c)
Formulir deteksi dini gangguan pemusatan
perhatian hiperaktivitas (GPPH) menggunakan abreviated conner rating scale bagi
anak umur 36 bulan keatas.
a.
Deteksi dini masalah mental emosional
pada anak prasekolah
1)
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara
dini adanya penyimpangan atau masalah mental emosional pada anak prasekolah
2)
Jadwal deteksi dini masalah mental
emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36 – 72 bulan, jadwal ini
sesuai dengan jadwal skrining / pemeriksaan perkembangan anak.
3)
Alat yang digunakan adalah KMME yang
terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur
36 – 72 bulan
4)
Cara melakukan :
ü Tanyakan
setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyarin satu – persatu perilaku
tertulispada KMME kepada orang tua / pengasuh anak.
ü Catat
jawaban “ya” kemudian hitung jumlahnya
Kuesioner
Masalah Mental Emosional (KMME)
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Apakah
anak anda sering kali terlihat marah tanpa sebab yang jelas?
Apakah
anak anda tampak menghindar dari teman – teman atau anggota keluarganya ?
Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak
dan menentang terhadap lingkungan sekitarnya ?
Apakah
anak anda memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau kecemasan yang
berlebihan yang tidak dapat dijelaskan alasannya atau tidak sebanding dengan
anak lain seusianya
Apakah
anak anda mengalami keterbatasan oleh karena adanya konsentrasi yang buruk
atau mudah teralih perhatiannya sehingga mengalami penurunan dalam aktivitas
sehari – hari atau prestasi belajarnya
Apakah
anak anda menunjukkan perilaku kebingungan sehingga mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dan membuat keputusan
Apakah
anak anda menunjukkan adanya perubahan pola tidur?
Apakah
anak anda mengalami perubahan pola makan?
Apakah
anak anda sering kali mengeluh sakit kepala, sakit perut atau keluhan –
keluhan fisik lainnya
Apakah
anak anda sering kali mengeluh putus asa atau berkeinginan mengakhiri
hidupnya?
Apakah
anak anda menunjukkan adanya kemunduran perilaku atau kemampuan yang sudah
dimilikinya?
Apakah
anak anda melakukan perbuatan yang berulang – ulang tanpa alasan yang jelas?
|
||
5)
Interpretasi
Bila ada jawaban “ya”maka kemungkinan
anak mengalami masalah mental emosional.
6)
Intervensi
a)
Bila jawaban “ya” hanya 1:
ü Lakukan
konseling kepada orang tua menggunkan buku pedoman pola asuh yang mendukung
perkembangan anak.
ü Lakukan
evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh kembang anak.
b)
Bila jawaban “ya” ditemukan 2 atau lebih:
Rujuk ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai
informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.
b.
Deteksi dini autis pada anak prasekolah
1)
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara
dini adanya autis pada anak umur 18 – 36 bulan.
2)
Jadwal deteksi dini autis pada anak
prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh anak
atau ada kecurigaan tenaga kesehatam,kader kesehatan, BKB, petugas PAUD,
pengelola TPA dan guru TK.keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih
keadaan dibawah ini:
a)
Keterlambatan bicara
b)
Gangguan komunikasi/interaksi sosial
c)
Perilaku yang berulang-ulang.
3)
Alat yang digunakan adalah CHAT.CHAT ini
ada dua jenis pertanyaan yaitu :
a)
Ada 9 pertanyaan yang dijawaboleh orang
tua/pengasuh anak.
Pertanyaan yang diajukan secara
berurutan, satu persatu.jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau
takut menjawab.
b)
Ada 5 perintah bagi anak, untuk
melaksanakan tugas seperti tugas yang tertulis CHAT.
4)
Cara menggunakan CHAT :
a)
Ajukan pertanyaan dengan lambat,jelas
dan nyaring,satu persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang
tua/pengasuh anak.
b)
Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai
dengan tugas CHAT.
c)
Catat jawaban orang tua / pengasuh anak
dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali
apakah semua pertanyaan telah dijawab.
Ceklis deteksi dini
autis
A
|
Alo anamnesis
|
Ya
|
Tidak
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Apakah
anak senang diayun – ayun atau diguncang – guncang naik turun di paha anda?
Apakah
anak lain tertarik memperhatikan anak lain?
Apakah
anak suka memanjat – manjat, seperti memanjat tangga?
Apakah
anak suka bermain cilukba petak umpet?
Apakah
anaak pernah bermain seolah – olah membuat secangkir teh menggunakan mainan
berbentuk cangkir dan teko atau permainan lain?
Apakah
anak pernah menunjuk atau meminta sesuatu dengan menunjukkan jari?
Apakah
anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk sesuatu agar anda melihat kesana?
Apakah
anak dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil atau kubus)?
Apakah
anak pernah memberikan sesuatu benda untuk menunjukkan sesuatu?
|
||
B
|
Pengamatan
|
Ya
|
Tidak
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Selama
pemeriksaan apakah anak anda menatap (kontak mata) dengan pemeriksa?
Usahakan
menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan
pemeriksaan sambil mengatakan “lihat itu, ada bola atau mainan lain”
perhatikan mata apakah ia melihat ke benda yang ditunjuk, bukan melihat
tangan pemeriksa?
Usahakan
menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada
anak “ buatkan secangkir susu buat mama”
Tanyakan
pada anak “tunjukkan mana gelas”. Apakah anak menunjukkan benda tersebut
dengan jarinya, atau sambil menatap wajah anda ketika menunjuk suatu benda?
Apakah
anak anda menumpuk beberapa kubus / balok menjadi suatu menara?
|
5)
Interpretasi :
a)
Risiko tinggi menderita autis : bila
jawaban “tidak” pada pertanyaan A5,A7,B2,B3 dan B4.
b)
Risiko rendah menderita autis : bila
jawaban ‘tidak” pada pertanyaan A7 dan B4.
c)
Kemungkinan gangguan perkembangan lain :
bila jawaban “tidak” jumlah 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4,A6,A8,A9,B1 DAN
B5.
d)
Anak dalam batas normal bila tidak
termasuk dalam kategori 1,2 dan 3.
6)
Intervensi
Bila anak risiko menderita autis atau
kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiki
fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
c.
Deteksi dini gangguan pemustan perhatian
dan hiperaktivitas (GPPH) pada anak prasekolah.
1)
Tujuan adalah untuk mengetahui secara
dini pada anak adanya GPPH pada anak umur 36 bulan keatas.
2)
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak
prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada kelihan dari orang tua/
pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB,
petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah
satu atau lebih keadaan dibawah ini :
a)
Anak tidak bisa duduk tenang
b)
Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan
tidak mengenal lelah
c)
Perubahan suasana hati yang mendadak /
impulsif.
3)
Alat yang digunakan adalah formulir
deteksi dini GPPH formulir ini terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan yang
perlu pengamatan pemeriksa.
4)
Cara menggunakan formulir deteksi dini
GPPH :
a)
Ajukan pertanyaan dengan lambat,jelas
dan nyaring satu persatu perilaku yang tertulis pada formulirdeteksi dini
GPPH.jelaskan kepada orang tua / pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau tidak
menjawab.
b)
Lakukan pengamatan kemampuan sesuai dengan pertanyaan pada formulir
deteksi dini GPPH.
c)
Keadaan yang ditanyakan / diamati ada
pada anak dimanapun anak berada , misalnyaketika di rumah, sekolah, pasar,
toka, dan lain-lain,setiap saat dan ketika anak denga n siapa saja.
d)
Catat jawaban dan hasil pengamatan
perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua
pertanyaan telah dijawab.
No
|
Kegiatan yang diamati
|
0
|
1
|
2
|
3
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Tidak
kenal lelah atau aktivitas berlebihan
Mudah
menjadi gembira, impulsive
Mengganggu
anak – anak lain
Gagal
menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang perhatian pendek
Menggerak
– gerakkan anggota badan atau kepala secara terus – menerus
Kurang
perhatian, mudah teralihkan
Permintaannya
harus segera dipenuhi
Sering
dan mudah menangis
Suasana
hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis
Ledakkan
kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga
|
5)
Interpretasi :
Beri nilai pada masing-masing jawaban
sesuai dengan bobot nilai berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban
menjadi nilai total.
a)
Nilai 0 :jika keadaan tersebut tidak
ditemukan pada anak
b)
Nilai 1: jika keadaan tersebut
kadang-kadang ditemukan pada anak
c)
Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering
ditemukan pada anak
d)
Nilai 3 :jika keadaan tersebut selalu
ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak
kemungkinan dengan GPPH.
(formulir deteksi dini GPPH terlampir)
6)
Intervensi
a)
Anak dengan kemungkinan GPPH perlu
dirujuk ke rumah sakit yang memilki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang
ana.
b)
Bila nilai total kurang dari 13 tetapi
anda ragu-ragu,jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudia. Ajukan pertanyaan
kepada orang-orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasu, nenek, guru, dan
sebagainya ).
D. Imunisasi
1.
Pengertian imunisasi
Bayi
yang kelihatannya sehat belum tentu kebal terhadap serangan penyakit berbahaya.
Membawa bayi kita ke Posyandu atau tempat pelayanan kesehatan lainnya untuk
mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadual adalah wujud kasih sayang dan
tanggung jawab melindungi buah hati tercinta.
Imunisasi
berasal dari kata Imun, kebal atau resistan. Anak di imunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resistan terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit
yang lain (Notoadmodjo, 1997 : 37).
2.
Tujuan imunisasi
Adapun tujuan
dari imunisasi adalah
ü Untuk
mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu.
ü Mencegah
gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian apabila terjadi penyakit dan
tidak akan terlalu parah.
3.
Jenis-Jenis Imunisasi
Pada dasarnya
ada 2 (dua) jenis imunisasi :
ü munisasi
pasif (passive immunization)
tubuh tidak
dengan sendirinya membentuk kekebalan, tetapi diberikan dalam bentuk antibodi
dari luar .
ü Imunisasi
aktif (active immunization)
tubuh ikut
berperan dalam membentuk kekebalan (imunitas). Tubuh seseorang dirangsang untuk
membangun pertahanan imunologis terhadap kontak alamiah dengan berbagai
penyakit.
4.
Lima imunisasi dasar lengkap
Untuk bayi usia
dibawah satu tahun
VAKSIN
|
MENCEGAH
PENULARAN
PENYAKIT
|
HEPATITIS
B (HB)
|
Hepatitis
B dan kerusakan hati
|
BCG
|
TBC
(Tuberkulosis) yang berat
|
POLIO
|
Polio
yang dapat menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau lengan
|
DPT
|
1.Difteri
yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas.
2.Batuk rejan (Batuk 100 hari)
3.Tetanus
|
CAMPAK
|
Campak
yang dapat mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otak dan
kebutaan.
|
Jadwal imunisasi
UMUR BAYI
|
JENIS IMUNISASI
|
0 BULAN
|
HEPATITIS B
|
1 BULAN
|
BCG, POLIO 1
|
2 BULAN
|
DPT/HB1, POLIO 2
|
3 BULAN
|
DPT/HB2, POLIO 3
|
4 BULAN
|
DPT/HB3, POLIO 4
|
9 BULAN
|
CAMPAK
|
5.
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)
KIPI adalah kejadian sakit yang mungkin timbul setelah imunisasi.
kejadian ini umumnya terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
a.
Hepatitis B = tidak ada efek samping
b.
BCG = setelah 2 minggu akan terjadi
pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan. setelah 2-3 minggu kemudian
pembengkakan menjadi abses kecil yang menjadi luka dengan garis tengah sekitar
10 mm. jangan diberi obat apapun, dan biarkan luka tetap terbuka. luka tersebut
akan sembuh dengan sendirinya dan meninggalkan parut yang kecil.
c.
Polio=Sangat jarang; bila terjadi
kelumpuhan ekstremitas segera konsul, Diare, Dehidrasi
(tergantung derajat diare, biasanya hanya diare ringan).
d.
DPT = kadang2 bayi menderita panas
setelah mendapat vaksin ini. tetapi panas ini umumnya akan sembuh dalam 1-2
hari. sebagian bayi merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan.
sedangkan sebagian bayi lainnya tidak. keadaan ini tidak berbahaya dan tidak
perlu pengobatan, akan sembuh sendiri.
e.
Campak = anak mungkin panas pada hari ke
5-12 sesudah suntikan. kadang2 disertai kemerahan pada kulit seperti campak.
hal ini adalah gejala penyakit campak ringan dan umumnya setelah 1-2 hari akan
hilang.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
·
Pelayanan kesehatan bayi (29 hari – 11
bulan) dilaksanakan oleh dokter spesialis anak / dokter / bidan / perawat
terlatih baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Setiap
bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya satu kali pada tiwulan
I, satu kali pada triwulan II, satu kali pada triwulan III dan satu kali pada
triwulan IV.
·
Pelayanan kesehatan anak balita adalah
pelayanan kesehatan terhadap anak yang berumur 12 – 59 bulan yang sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan ahli gizi, penyuluhan kesehatan masyarakat dan
petugas sektor lain
·
Deteksi
dini tumbuh kembang bayi dan balita adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang bayi dan balita.
·
Imunisasi berasal dari kata Imun, kebal
atau resistan. Anak di imunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap
suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resistan terhadap suatu penyakit,
tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain
B.
Saran
Bidan di masyarakat harus mampu menjalankan
fungsi – fungsi primer pelayanan kebidanan. Dari skrining / deteksi dini sampai
dengan rujukan apabila diperlukan. Hal ini dilakukan pada seluruh sasaran
asuhan kebidanan yaitu pada bayi dan balita.
No comments:
Post a Comment