Visitor

Saturday, February 4, 2017

PELAYANAN KESEHATAN BAYI & BALITA "

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pelayanan kesehatan  bayi dan balita bertujuan untuk meningkatkan akses bayi dan balita  terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi dan balita, sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dan balita dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi.
Istilah tumbuh kembang mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi sulit untuk dipisahkan yaitu tumbuh dan kembang.
ü  Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur.
ü  Perkembangan (development) berkaitan dengan bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Termasuk juga proses pematangan termasuk juga perkembangan emosional dan tingkh laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Pelayanan Kesehatan pada Bayi?
2.      Bagaimana Pelayanan Kesehatan pada Balita ?
3.      Bagaimana Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita?
4.      Apa yang dimaksud dengan Imunisasi?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi meliputi :
a.       Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1 – 4, Hepatitis B1 – B3 dan campak)
b.      Stimulasi deteksi intervensi tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
c.       Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)
d.      Konseling ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI
e.       Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di rumah
f.       Penanganan rujukan kasus
Pelayanan kesehatan bayi (29 hari – 11 bulan) dilaksanakan oleh dokter spesialis anak / dokter / bidan / perawat terlatih baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya satu kali pada tiwulan I, satu kali pada triwulan II, satu kali pada triwulan III dan satu kali pada triwulan IV.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
a.       Kunjungan bayi antara umur 29 hari – 3 bulan
b.      Kunjungan bayi antara umur 3 – 6 bulan
c.       Kunjungan bayi antara umur 6 – 9 bulan
d.      Kunjungan bayi antara umur 9 – 11 bulan

B.     Pelayanan Kesehatan Balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini adalah merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar – dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi – fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak, dilain pihak upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan kearah yang lebih berat.
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan terhadap anak yang berumur 12 – 59 bulan yang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan ahli gizi, penyuluhan kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain yang meliputi :
a.       Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam buku KIA / KMS, dan pelayanan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) serta mendapat vitamin A dua kali dalam setahun.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada buku KIA / KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut – turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
b.       Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun diluar gedung.
c.       Suplementasi vitamin A dosis tinggi 200.000 IU diberikan pada anak balita minimal 2 kali pertahun.
d.      Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.

C.    Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi Dan Balita
Deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang bayi dan balita.
Dengan ditemukannya secara dini penyimpangan / masalah tumbuh kembang bayi dan balita, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.tenaga kesehatan juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan / intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu / keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui maka intervensinya akan sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang bayi dan balita tersebut.
Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :
·         Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui / menemukan status gizi kurang / buruk, dan mikro / makrosefali.
·         Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan bayi dan balita (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
·         Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
1.      Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan disemua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tingkat pelayanan
Pelaksana
Alat yang
Digunakan
Keluarga, masyarakat
·    Orang tua
·    Kader kesehatan
·    Petugas PAUD, BKB, TPA, dan Guru TK
·    KMS
·    Timbangan dacing
Puskesmas
·    Dokter
·    Bidan
·    Perawat
·    Ahli gizi
·    Petugas lainnya
·    Tabel BB / TB
·    Grafik LK
·    Timbangan
·    Alat ukur tinggi badan
·    Pita pengukur
 lingkar kepala


a.       Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan
1)      Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak apakah normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk
2)      Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
3)      Pengukuran berat badan / BB :
a)      Menggunakan timbangan bayi
ü  Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk tenang.
ü  Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
ü  Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
ü  Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos kaki, dan sarung tangan.
ü  Baringkan bayi dengan hati – hati diatas timbangan.
ü  Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
ü  Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
ü  Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka ditengah – tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
b)      Menggunakan timbangan injak
ü  Letakkan timbangan di lantai yang datarsehingga tidak mudah bergerak.
ü  Lihat posisi jarum atau angka menunjuk angka 0.
ü  Anak sebaiknya memakai baju sehari – hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu.
ü  Anak berdiri diatas timbangan tanpadipegangi.
ü  Lihat jarum timbangan sampai berhenti kemudian baca angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan.
4)      Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) :
a)      Cara mengukur dengan posisi berbaring :
ü  Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
ü  Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar.
ü  Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
ü  Petugas I : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
ü  Petugas II : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki. Kemudian membaca angka ditepi luar pengukur.
b)      Cara mengukur dengan posisi berdiri :
ü  Anak tidak memakai sandal atau sepatu
ü  Berdiri tegak menghadap ke depan
ü  Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
ü  Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun – ubun.
ü  Baca angka pada batas tersebut.
c)      Penggunaan tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat,2002).
ü  Ukur tinggi / panjang dan timbang berat badan anak, sesuai dengan cara diatas.
ü  Lihat kolom tinggi / panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran.
ü  Pilih kolom berat badan untuk anak laki – laki kiri atau perempuan kanan sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan berat badan anak.
ü  Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka standar deviasi (SD).
b.      Pengukur lingkar kepala
1)      Tujuan pengukuran
Untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
2)      Jadwal pengukuran
Disesuaikan dengan umur anak. Umur 0 – 11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar , umur 12 – 27 bulan, pngukuran dilakukan setiap 6 bulan. Pengukuran dan penilaian kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
3)      Cara mengukur lingkar kepala
ü  Pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
ü  Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
ü  Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak.
ü  Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran yang sekarang..
4)      Interpretasi
ü  Bila ukuran lingkar kepala anak berada di dalam jalur hijau maka lingkar kepala anak normal
ü  Bila ukuran lingkar kepala anak berada berada diluar jalur hijau maka lingkar kepala anak tidak normal.
ü  Lingkar kepala anak yang tidak normal dibedakan menjadi dua, yaitu makrosefal bila berada diatas jalur hijau dan mikrosefal bila berada di bawah jalur hijau.
5)      Intervensi
ü  Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit.
2.      Deteksi dini penyimpangan perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan disemua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tingkat pelayanan
Pelaksana
Alat yang
Digunakan
Keluarga, masyarakat
·    Orang tua
·    Kader kesehatan
·    Petugas PAUD, BKB, TPA, dan Guru TK
Buku KIA
Puskesmas
·    Dokter
·    Bidan
·    Perawat

KPSP
TDL
TDD


Keterangan :
Buku KIA   : buku kesehatan ibu dan anak
KPSP           : koesioner pra skrining perkembangan
TDL              : tes daya lihat
TDD              : tes daya dengar
BKB             : bina keluarga balita
TPA              : tempat penitipan anak
Pusat PAUD : pusat pendidikan anak usia dini
TK                  : taman kanak – kanak
a.       Skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP)
1)      Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
2)      Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP rutin adalah umur 3 – sampai 72 bulan dengan interval 3 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
3)      Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSp untuk umur skrining terdekat yang lebih lebih muda.
4)      Alat / instrumen yang digunakan adalah :
ü  Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 – 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0 – 72 bulan.
ü  Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm.
5)      Cara menggunakan KPSP :
a)      Pada waktu pemeriksaan / skrining anak harus dibawa.
b)      Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
c)      Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
d)     KPSP terdiri atas 2 macam pertanyaan yaitu :
ü  Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak.
ü  Perintah kepada ibu / pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
e)      Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu – ragu atau takut menjawab, oleh karena itu tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
f)       Ajukan pertanyaan berikutnya setelah ibu / pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu
g)      Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
6)      Interpretasi hasil KPSP :
a)      Hitung berapa jumlah jawaban “ya” atau “tidak”
b)      Jumlah jawaban “ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S), jika 7 atau 8 perkembangannya meragukan (M), jika 6 atau kurang kemungkinan ada penyimpangan (P)
c)      Untuk jawaban “tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi).
7)      Intervensi :
a)      Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut :
ü  Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
ü  Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
ü  Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
ü  Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di Posyandu secara teratur setiap bulannya.
b)      Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut :
ü  Beri petunjuk kepada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
ü  Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan / mengejar ketinggalnnya.
ü  Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya
ü   Jika hasil KPSP ulang jawaban “ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan.
c)      Bila tahapan perkembangannya terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan berikut :
Rujuk ke rumah sakit dengan menyebutkan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
b.      Tes daya dengar
1)      Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak
2)      Jadwal TTD adalah setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya.
3)      Alat / sarana yang diperlukan adalah :
a)      Instrumen TTD menurut umur anak
b)      Gambar binatang dan manusia
c)      Mainan
4)      Cara melakukan TTD
Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan. Pilih daftar pertanyaan TTD yang sesuai dengan umur anak dalam bulan.
a)      Pada anak kurang dari 24 bulan
ü  Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua atau pengasuh
ü  Bacakan pertanyaan dengan jelas, lambat dan nyaring
ü  Tunggu jawaban dari orang tua / pengasuh anak
ü  Jawaban “ya” jika menurut orang tua / pengasuh anak dapat melakukannya dalam bulan terakhir.
b)      Pada anak umur 24 bulan tau lebih
ü  Pertanyaan – pertanyaan berupa perintah melalui orang tua / pengasuh untuk dikerjakan oleh anak
ü  Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua / pengasuh
ü  Jawaban “ya” jika anak dapat melakukan perintah orang tua / pengasuh
ü  Jawaban “tidak” jika anak tidak dapat melakukan perintah orang tua / pengasuh
5)      Interpretasi
a)      Bila ada satu atau lebih jawaban “tidak” kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.
b)      Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi / balita atau status catatan medis anak, jenis kelainan
6)      Interpretasi
a)      Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
b)      Rujuk ke RS jika tidak dapat ditanggulangi.
c.       Tes daya lihat
1)      Tujuan tes Daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
2)      Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas latih lainnyan.
3)      Alat / sarana yang diperlukan adalah
ü  Ruangan yang bersih, tenang, dengan penyinaran yang baik
ü  Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa
ü  Poster “E” digantung dengan kartu “E” untuk dipegang anak
4)      Cara melakukan tes daya lihat
ü  Pilih satu ruangan yang bersih, tenang, dengan penyinaran yang baik
ü  Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk
ü  Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster “E”
ü  Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” ntuk pemeriksa
ü  Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartyu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap anak mau melakukannya. Lakukan ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar.
ü  Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku / kertas.
ü  Dengan alat penunjuk, tunjuk hurui “E” pada poster satu persatu mulai baris pertama sampai baris ke empat atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat
ü  Puji anak setiap kali anak dapat mencocokkan posisi kartu dengan benar.
ü  Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata yang sama.
5)      Interpretasi
Anak pra sekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris ke tiga pada poster “E”. bila kedua mata anak tidak dapt melihat baris ke tiga poster “E” artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan yang ada pada poster. Kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
6)      Intervensi
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak dating lagi untuk memeriksa ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat pada baris yang sama , rujk ke Rumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).

3.      Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Deteksi dini penyimpangan mental mosional adalah kegiatan / pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme, dan gangguan pmusatan perhatian dan hiperaktifitas pada anak, agar dapat segera dikakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Adanya beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu :
a)      Kuesioner masalah mental emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan
b)      Ceklis autis anak pra sekolah (Cheklist for autism in toddler CHAT) bagi anak umur 18 – 36 bulan
c)      Formulir deteksi dini gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas (GPPH) menggunakan abreviated conner rating scale bagi anak umur 36 bulan keatas.
a.       Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah
1)      Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mental emosional pada anak prasekolah
2)      Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36 – 72 bulan, jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining / pemeriksaan perkembangan anak.
3)      Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36 – 72 bulan
4)      Cara melakukan :
ü  Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyarin satu – persatu perilaku tertulispada KMME kepada orang tua / pengasuh anak.
ü  Catat jawaban “ya” kemudian hitung jumlahnya

Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.

2.

3.

4.



5.




6.


7.

8.

9. 


10.

11.


12.    
Apakah anak anda sering kali terlihat marah tanpa sebab yang jelas?
Apakah anak anda tampak menghindar dari teman – teman atau anggota keluarganya ?
 Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak dan menentang terhadap lingkungan sekitarnya ?
Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau kecemasan yang berlebihan yang tidak dapat dijelaskan alasannya atau tidak sebanding dengan anak lain seusianya
Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena adanya konsentrasi yang buruk atau mudah teralih perhatiannya sehingga mengalami penurunan dalam aktivitas sehari – hari atau prestasi belajarnya
Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan membuat keputusan
Apakah anak anda menunjukkan adanya perubahan pola tidur?
Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan?
Apakah anak anda sering kali mengeluh sakit kepala, sakit perut atau keluhan – keluhan fisik lainnya
Apakah anak anda sering kali mengeluh putus asa atau berkeinginan mengakhiri hidupnya?
Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran perilaku atau kemampuan yang sudah dimilikinya?
Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang – ulang tanpa alasan yang jelas?





5)      Interpretasi
Bila ada jawaban “ya”maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.
6)      Intervensi
a)      Bila jawaban “ya” hanya 1:
ü  Lakukan konseling kepada orang tua menggunkan buku pedoman pola asuh yang mendukung perkembangan anak.
ü  Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh kembang anak.
b)      Bila jawaban “ya” ditemukan 2 atau lebih:
Rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.
b.      Deteksi dini autis pada anak prasekolah
1)      Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 – 36 bulan.
2)      Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatam,kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK.keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan dibawah ini:
a)      Keterlambatan bicara
b)      Gangguan komunikasi/interaksi sosial
c)      Perilaku yang berulang-ulang.
3)      Alat yang digunakan adalah CHAT.CHAT ini ada dua jenis pertanyaan yaitu :
a)      Ada 9 pertanyaan yang dijawaboleh orang tua/pengasuh anak.
Pertanyaan yang diajukan secara berurutan, satu persatu.jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b)      Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti tugas yang tertulis CHAT.
4)      Cara menggunakan CHAT :
a)      Ajukan pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring,satu persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang tua/pengasuh anak.
b)      Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas CHAT.
c)      Catat jawaban orang tua / pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.


Ceklis deteksi dini autis
A
Alo anamnesis
Ya
Tidak
1.

2.
3.
4.
5.


6.

7.

8.

9.
Apakah anak senang diayun – ayun atau diguncang – guncang naik turun di paha anda?
Apakah anak lain tertarik memperhatikan anak lain?
Apakah anak suka memanjat – manjat, seperti memanjat tangga?
Apakah anak suka bermain cilukba petak umpet?
Apakah anaak pernah bermain seolah – olah membuat secangkir teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko atau permainan lain?
Apakah anak pernah menunjuk atau meminta sesuatu dengan menunjukkan jari?
Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk sesuatu agar anda melihat kesana?
Apakah anak dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil atau kubus)?
Apakah anak pernah memberikan sesuatu benda untuk menunjukkan sesuatu?


B
Pengamatan
Ya
Tidak
1.

2.




3.


4.


5.  
Selama pemeriksaan apakah anak anda menatap (kontak mata) dengan pemeriksa?
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan “lihat itu, ada bola atau mainan lain” perhatikan mata apakah ia melihat ke benda yang ditunjuk, bukan melihat tangan pemeriksa?
Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada anak “ buatkan secangkir susu buat mama”
Tanyakan pada anak “tunjukkan mana gelas”. Apakah anak menunjukkan benda tersebut dengan jarinya, atau sambil menatap wajah anda ketika menunjuk suatu benda?
Apakah anak anda menumpuk beberapa kubus / balok menjadi suatu menara?



5)      Interpretasi :
a)      Risiko tinggi menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A5,A7,B2,B3 dan B4.
b)      Risiko rendah menderita autis : bila jawaban ‘tidak” pada pertanyaan A7 dan B4.
c)      Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak” jumlah 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4,A6,A8,A9,B1 DAN B5.
d)     Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1,2 dan 3.
6)      Intervensi
Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
c.       Deteksi dini gangguan pemustan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada anak prasekolah.
1)      Tujuan adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH pada anak umur 36 bulan keatas.
2)      Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada kelihan dari orang tua/ pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :
a)      Anak tidak bisa duduk tenang
b)      Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c)      Perubahan suasana hati yang mendadak / impulsif.
3)      Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan yang perlu pengamatan pemeriksa.
4)      Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
a)      Ajukan pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring satu persatu perilaku yang tertulis pada formulirdeteksi dini GPPH.jelaskan kepada orang tua / pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau tidak menjawab.
b)      Lakukan pengamatan kemampuan  sesuai dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.
c)      Keadaan yang ditanyakan / diamati ada pada anak dimanapun anak berada , misalnyaketika di rumah, sekolah, pasar, toka, dan lain-lain,setiap saat dan ketika anak denga n siapa saja.
d)     Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.


No
Kegiatan yang diamati
0
1
2
3
1.
2.
3.
4.

5.

6.
7.
8.
9.
10.
Tidak kenal lelah atau aktivitas berlebihan
Mudah menjadi gembira, impulsive
Mengganggu anak – anak lain
Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang perhatian pendek
Menggerak – gerakkan anggota badan atau kepala secara terus – menerus
Kurang perhatian, mudah teralihkan
Permintaannya harus segera dipenuhi
Sering dan mudah menangis
Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis
Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga





5)      Interpretasi :
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.
a)      Nilai 0 :jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
b)      Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
c)      Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
d)     Nilai 3 :jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
(formulir deteksi dini GPPH terlampir)
6)      Intervensi
a)      Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke rumah sakit yang memilki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang ana.
b)      Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu,jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudia. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasu, nenek, guru, dan sebagainya ).
D.    Imunisasi
1.      Pengertian imunisasi
Bayi yang kelihatannya sehat belum tentu kebal terhadap serangan penyakit berbahaya. Membawa bayi kita ke Posyandu atau tempat pelayanan kesehatan lainnya untuk mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadual adalah wujud kasih sayang dan tanggung jawab melindungi buah hati tercinta.
Imunisasi berasal dari kata Imun, kebal atau resistan.  Anak di imunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.  Anak kebal atau resistan terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Notoadmodjo, 1997 : 37).
2.      Tujuan imunisasi
Adapun tujuan dari imunisasi adalah
ü  Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu.
ü  Mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian apabila terjadi penyakit dan tidak akan terlalu parah.
3.       Jenis-Jenis Imunisasi
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi :
ü  munisasi pasif (passive immunization)
tubuh tidak dengan sendirinya membentuk kekebalan, tetapi diberikan dalam bentuk antibodi dari luar .
ü  Imunisasi aktif (active immunization)
tubuh ikut berperan dalam membentuk kekebalan (imunitas). Tubuh seseorang dirangsang untuk membangun pertahanan imunologis terhadap kontak alamiah dengan berbagai penyakit.
4.      Lima  imunisasi dasar lengkap
Untuk bayi usia dibawah  satu tahun
VAKSIN
MENCEGAH PENULARAN
PENYAKIT
HEPATITIS B (HB)
Hepatitis B dan kerusakan hati
BCG
TBC (Tuberkulosis) yang berat
POLIO
Polio yang dapat menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau lengan
DPT
1.Difteri yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas.
2.Batuk rejan (Batuk 100 hari)
3.Tetanus
CAMPAK
Campak yang  dapat mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otak dan kebutaan.


Jadwal imunisasi
UMUR BAYI
JENIS IMUNISASI
0   BULAN
HEPATITIS B
1   BULAN
BCG, POLIO 1
2   BULAN
DPT/HB1, POLIO 2
3   BULAN
DPT/HB2, POLIO 3
4   BULAN
DPT/HB3, POLIO 4
9   BULAN
CAMPAK

5.      kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)
KIPI adalah kejadian sakit yang mungkin timbul setelah imunisasi. kejadian ini umumnya terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
a.       Hepatitis B = tidak ada efek samping
b.      BCG = setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan. setelah 2-3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil yang menjadi luka dengan garis tengah sekitar 10 mm. jangan diberi obat apapun, dan biarkan luka tetap terbuka. luka tersebut akan sembuh dengan sendirinya dan meninggalkan parut yang kecil.
c.       Polio=Sangat jarang; bila terjadi kelumpuhan ekstremitas segera konsul,    Diare, Dehidrasi (tergantung derajat diare, biasanya hanya diare ringan).
d.      DPT = kadang2 bayi menderita panas setelah mendapat vaksin ini. tetapi panas ini umumnya akan sembuh dalam 1-2 hari. sebagian bayi merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. sedangkan sebagian bayi lainnya tidak. keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu pengobatan, akan sembuh sendiri.
e.       Campak = anak mungkin panas pada hari ke 5-12 sesudah suntikan. kadang2 disertai kemerahan pada kulit seperti campak. hal ini adalah gejala penyakit campak ringan dan umumnya setelah 1-2 hari akan hilang.








BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
·         Pelayanan kesehatan bayi (29 hari – 11 bulan) dilaksanakan oleh dokter spesialis anak / dokter / bidan / perawat terlatih baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya satu kali pada tiwulan I, satu kali pada triwulan II, satu kali pada triwulan III dan satu kali pada triwulan IV.
·         Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan terhadap anak yang berumur 12 – 59 bulan yang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan ahli gizi, penyuluhan kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain
·         Deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang bayi dan balita.
·         Imunisasi berasal dari kata Imun, kebal atau resistan.  Anak di imunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.  Anak kebal atau resistan terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain
B.     Saran
Bidan di masyarakat harus mampu menjalankan fungsi – fungsi primer pelayanan kebidanan. Dari skrining / deteksi dini sampai dengan rujukan apabila diperlukan. Hal ini dilakukan pada seluruh sasaran asuhan kebidanan yaitu pada bayi dan balita.















No comments:

Post a Comment