KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Tak lupa pula
shalawat dan salam tekirim atas junjungan nabi Muhammad SAW sebagai teladan
bagi seluruh umat manusia.
Penulisan makalah “standar
tindakan bayi”
diharapkan dapat memberi infomasi
kepada pembaca sehingga mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Penyakit infeksi yang di
alami oleh bayi dan balita
merupakan mata kuliah Askeb neonatus ,bayi dan balita.
Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan
sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan di masa yang akan
datang.
Akhirnya,
semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami sebagai penyusun makalah
serta sekiranya dapat bermanfaat bagi orang lain.
Makassar,
4 april 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . ..... . . . .i
DAFTAR ISI .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... . . . . . . . ii
BAB I . PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .... . . 1
B.
Tujuan penulisan ...... . . . ..
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .
. 2
C. Rumusan masalah. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II . PEMBAHASAN
A. Pengertian. . . . . . .. . . . . . . .
.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . .. . . . . ........... 3
B. standar asuhan
kebidanan . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 3
C. Standar 13
perawatan bayi baru lahir. . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .. 10
B. Saran .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .. 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan
menyeluruh dan penerapan tentang Standar Asuhan kebidanan sangat penting jika
bidan menilai status kesehatan ibu dan bayi secara akurat untuk memastikan
bahwa pemantauan sesuai dengan standar yang diharapkan dan mengurangi masalah
kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara umum dan
dapat memberikan dampak kerugian bagi kesehatan ibu dan bayi sehingga dapat
mengakibatkan kematian.
Kebidanan adalah bagian integral dari sistem kesehatan dan berkaitan dengan
segala sesuatu yang menyangkut pendidikan, praktek dan kode etik bidan dimana
dalam memberikan pelayanannya meyakini bahwa kehamilan dan persalinan adalah
suatu proses fisiologi normal dan bukan merupakan penyakit, walaupun pada
beberapa kasus mungkin berkomplikasi sejak awal karena kondisi tertentu
atau komplikasi bisa timbul kemudian.
Asuhan
Kebidanan adalah prosedur tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dalam lingkup prakteknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, dengan memperhatikan pengaruh - pengaruh
sosial, budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika dan kode etik
serta hubungan interpersonal dan hak dalam mengambil keputusan dengan prinsip
kemitraan dengan perempuan dan mengutamakan keamanan ibu, janin / bayi dan
penolong serta kepuasan perempuan dan keluarganya. Asuhan kebidanan diberikan
dengan mempraktikan prinsip-prinsip bela rasa, kompetensi, suara hati, saling
percaya dan komitmen untuk memelihara serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan
janin / bayinya.
Standar asuhan
kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai kewenangan dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan
ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan
kebidanan atau dokumentasi.
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang masalah kebidanan di komunitas
yaitu “Standar Asuhan Kebidanan”.
2. Tujuan Khusus
Dengan pembuatan makalah ini maka mahasiswa diharapkan mampu :
a. Untuk mengetahui standar asuhan kebidanan.
b. Untuk mengetahui standar asuhan kebidanan dilihat dari ruang lingkup
standar pelayanan kebidanan.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari standar asuhan kebidanan ?
2.
Apa saja standar asuhan kebidanan ?
3. apa saja 13 standar tindakan pada bayi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Standar Asuhan
Kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Standar asuhan
kebidanan sangat penting di dalam menentukan apakah seorang bidan telah
melanggar kewajibannya dalam menjelaskan tugas profesinya.
B. Standar
Asuhan Kebidanan
Adapun standar
asuhan kebidanan terdiri dari ;
Standar 1 : Metode Asuhan
Merupakan asuhan kebidanan yang
dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan 7 langkah , yaitu :
pengumpulan data, analisa data , penentuan diagnosa , diagnosa potensial,
antisipasi penanganan segera,
perencanaan pelaksanaan , dan evaluasi.
Standar 2 :
Pengkajian
Pengumpulan data mengenai status
kesehatan klien yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan data yang
diperoleh, dicatat dan dianalisis.
Standar 3 :
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan
dengan padat , jelas dan sistematis mengarah pada asuhan kebidanan yang
diperlukan oleh klien sesuai dengan wewenang bidan berdasarkan analisa data
yang telah dikumpulkan.
Standar 4 :
Rencana Asuhan
Rencana asuhan
kebidanan dibuat berdasarkan dengan diagnosa kebidanan.
Standar 5 :
Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan
berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien dan dilanjutkan dengan
evaluasi keadaan klien.
Standar 6 :
Partisipasi Klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan
bersama-sama atau partisipasi klien dan keluarga dalam rangka peningkatan
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Standar 7 :
Pengawasan
Monitoring atau pengawasan
terhadap klien dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan klien
Standar 8 :
Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan
dilaksanakan secara terus-menerus seiring dengan tindakan kebidanan yang
dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Standar 9 :
Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan
sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
kebidanan yang diberikan.
Standar asuhan
kebidanan dapat dilihat dari ruang lingkup standar pelayanan kebidanan yang
meliputi 24 standar dan dikelompokkan sebagai standar pelayanan umum, standar
pelayanan antenatal, standar pertolongan persalinan, standar pelayanan nifas,
dan standar penanganan kegawatdaruratan obstectic neonatus.
C. STANDAR 13 : PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
A.
TUJUAN
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimualinya
pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemia, dan infeksi
B.
PERNYATAAN STANDAR
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menentukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau
menangani hipotermi, dan mencegah hipoglikemia, serta infeksi.
C.
HASIL
1.
Bayi
baru lahir menerima perawatan dengan segera dan tepat
2.
Bayi
baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan
dengan baik
3.
Penurunan
kejadian hipotermia, asfeksia, infeksi, dan hipoglikemia pada bayi baru lahir
4.
Penurunan
terjadinya kematian bayi baru lahir
D. PRASYARAT
1.
Bidan sudah dilatih dengan tepat dan
terampil untuk mendampingi persalinan dan memberikan perawatan bayi baru lahir
dengan segera
2.
Bidan sudah terlatih dan terampil
untuk :
1. memeriksa dan menilai bayi baru lahir dengan menggunakan
skor apgar.
2. menolong bayi untuk memulai terjadinya pernapasan dan
melakukan resusitasi bay baru lahir.
3. mengenal tanda-tanda hipotermi dan dapat melakukan tindakan
yang tepat untuk mencegah dan menangani
hipotermi
4. pencegahan infeksi pada bayi baru
lahir.
5. mengenal
tanda-tanda hipoglikemia dan melakukan penatalaksanaan yang tepat jika
hipoglikemia terjadi.
3. tersedianya perlengkapan dan
peralatan untuk perawatan yang bersih
dan aman bagi bayi baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk yang
bersih, dua handuk/ kain hangat yang bersih ( satu untuk mengeringkan, yang
lain untuk menyelimuti bayi ), gunting steril/ DTT untuk memotong tali pust, 2
klem steril/ DTT, benang steril/ DTT ( atau klem _ untuk mengikat tali pusat,
sarung tangan bersih / DTT, thermometer bersih/ DTT, bola karet penghisap atau
penghisap DeLee yang di DTT, timbanagn bayi dan pita pengukur yang bersih
4. obat salep mata : tetrasiklin 1%
atau eritromisin 0,5%
5. kartu ibu, kartu bayi, dan buku KIA
6. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan
bayi baru lahir yang efektif.
E. PROSES
Bidan
harus :
1. Selalu mencuci tangan dan
menggunakan sarung tangan bersih/ DTT sebelum menangani bayi baru lahir.
2. Memastikan bahwa suhu ruangan hangat
(ruangan harus hangat untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir ).
3. Segera setelah lahir, nilai keadaan
bayi, letakkan di perut ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih
yang hangat setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian kepalanya dengan
handuk baru yang bersih dan hangat> riset membuktikan bahwa 90% bayi baru
lahirmengalami perubahan dari kehidupan intrauterine menjadi ekstrauterine
dengan pengeringan dan stimulasi. Penghisapan lender rutin tidak perlu perlu
dan mungkin membahayakan ).
4. Segera menilai bayi utnuk memastikan
bahwa bayi bernafas/ menangis sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi
tidak menangis atau tidak bernafas spontan, hisap mulut dan hidung bayi secara
hati-hati menggunakanbola karet pengisap atau penghisap DeLee yang di DTT.
5. Jika bayi mengalami kesulitan
memulai pernafassan walaupun sudah dilakukan pengeringan, stimulasi atau
penghisapan lender dengan hati-hati, mulai lalukan resusitasi bayi baru lahir
untuk menanganii asfiksia ( lihat standar 24 )
6. Jika bayi menangis/ bernafas, lakukan
pemeriksaan APGAR pada menit pertama setelah lahir
7. Minta ibu memegang bayinya. Tali
pusat diklem di dua tempat menggunakan klem steril/ DTT
8. Pasang benang/ klem tali pusat
9. Bayi harus tetap diselimui dengan
baik, anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan segera mulai menyusui. ( riset
menunjukkna pemberian ASI dini penting untuk keberhasilan awal pemberian ASI.
Kontak kulit ibu dan bayi juga merupakan cara yang baik untuk menjaga
pengaturan suhu tubuh bayi pada saat lahir. Pastikan, jika bayi tidak didekap
oleh ibunya, selimut ibayi dengan handuk yang bersih dan hangat. Tutupi kepala
bayi dengan baik untuk mencegah kehilangan panas )
10. Sesudah 5 menit lakukan penilaian
terhadap keadaan bayi secara umum dengan menggunakan skor APGAR
Skor APGAR
|
0
|
1
|
2
|
Warna
|
Biru/ pucat
|
Tubuh merah jambu, ekstremitas
kebiruan
|
Seluruh tubuh kemerahan
|
DJJ
|
Tidak ada
|
<100 x/ menit
|
>100 x/ menit
|
Refleks
|
Tdak ada
|
Menyeringai
|
Bersin, batu, menarik kaki
|
Aktivitas
|
Tidak ada/ lemas
|
Sedikit fleksi
|
Gerak aktif
|
pernapasan
|
Tidak ada
|
Lemah dan tidak teratur/ menangis
lemah
|
Menangis kuat, pernafasan kuat dan
teratur
|
11. Jika kondisi bayi stabil, lakukan
pemeriksaan bayi setelah plasenta lahri dan kondisi ibu stabil
12. Periksa tanda vital bayi. Ukur
suhunya dengan menggunakan thermometer yang diletakkan di ketiak (
janganmemasukkan thermometer dalam anus bayi, hal ini merupakan prosedur yang
tidak perlu dan dapat membahayakan bayi ). Bila suhu bayi <36 C atau jika
tubuh atau kaki bayi teraba dingin, maka segera lakukan penghangatan tubuh bayi
seperti pada “ penangaan hipotermi”. Amati suhu bayi setiap jam sampai suhunya
normal dan stabil
13.Periksa bayi dari kepala sampai
ujung kaki untuk mencari kemungkinan adanya kelainan. Periksa anus dan daerah
kemaluan. Lakukan pemeriksaan ini dengan cepat agar bayi tidak kedinginan. Ibu
hendaknya menyaksika pemeriksaan tersebut
14.Timbang bayi dan ukur panjangnya.
Lakukan dengan cepat agar bayi tidak mengalami hipotermi
15. Tetap selimuti bayi pada saat
ditimbang, meletakkan bayi pada timbangan yang dingin akan menyebabkan
kehilangan panas. Berat yang tercatat kemudian dpat disesuaikan dengan
mengurangi jumlah berat handuk/ kain tersebut
16.Setelah memeriksa dan mengukur bayi,
selimuti dengan baik, pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan berikan bayi
kembali untuk dipeluk ibu. Hal in merupakan cara yang sangat baik untuk
mencegah hipotermi
17. Cuci tangan lagi dengan sabun, air,
dan handuk yang bersih. Dalam waktu satu jam setelah kelahiran, berikan salep/
obat tetes mata pada mata bayi baru lahir, untuk mencegah oftalmia neonatorum :
salep mata tetrasikilin 1%, lautan perak 1%, atau eritromisin 1%. Biarkan
obatnya tetap di mata bayi, jangan dibersihkan salep/ obat tets mata yang
berada di sekitar mata
18. Jika bayi belum diberi ASI, bantu
ibu untuk mulai menyusui. ( riset menunjukkna bahwa memulai pemberian ASI dalam
waktu 1 jam pertama ketelah kelahiran adalah penting untuk keberhasilan awal
pemberian ASI. Kolostrum, ASI pertama, penting karena mengandung zat kekebalan
untukpencegahan infeksi dan penyakit pada bayi baru lahir. Pemberian ASI dini
akan mencegah/ menangani hipoglikemia pada bayi baru lahir
19.Hindari pemberian susu formula pada
bayi baru lahir, hal ini tidak perlu dan mungkin membahayakan
20. Tunggu 6 jam, atau lebih, setelah
kelahiran bayi, sebelum memandikannya, tunggu lebih lama jika bayi mengalami
kesulitan mempertahankan suhu tbuhny atau mengalami asfiksia pada saat lahir :
periksa suhu tubhbayi sebelum memandikannya, suhu tubuh bayi baru lahir harus
antara 36-37 C. Gunakan air hangat untuk memandikan bayi dan pastikan ruangan
hangat. Memandikan bayi dengan cepat dan segera keringkan bayi dengan handuk
bersih, hangat, dan kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang
berlebihan
21.Kenakan baju yang bersih dan
selimuti bayi dengan handuk/ kain yang hangat dan bersih
22. Periksa apakah bayi baru lahir
mengeluarkan urine dan meconium dalam 24 jam pertama kehidupannya., catat waktu
pengeluaran urine dan meconium. Mintalah ibu memperhatikannya bila persalinan
berlangsung di rumah. Bila dalam 24 jam bayi tiak mengeluarkan urine dan
meconium, segera rujuk ke rumah sakit
23. Lakukan pencatatan semua temuan dan
perawatan yang diberikan dengan cermat dan lengkap dalam partograf, Karu Ibu
dan Kartu Bayi
24. Rujuk segera ke puskesmas atau rumah
sakit yang tepat jika ditemukan kelainan dari normal
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Standar Asuhan Kebidanan adalah
acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan
sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktinya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.
Standar Asuhan Kebidanan terdiri
dari metode asuhan, pengkajian, diagnosa kebidanan,rencana asuhan, tindakan,
partisipasi klien, pengawasan, evaluasi dan dokumentasi.
Standar Asuhan Kebidanan dilihat
dari ruang lingkup terdiri dari standar pelayanan umum, standar pelayanan
antenatal, standar pelayanan persalinan, standar pelayanan nifas, standar
penanganan kegawatdaruratan obstetric dan neonatus.
B.
Saran
Untuk
menjalin suatu hubungan yang baik dengan klien kita harus bisa memahami diri
sendiri. Mencoba untuk memahami kebutuhan dan keinginan masing-masing individu.
Sama halnya dengan manejemen dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Retna Eny, Ambarwati. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Dewi Ratna, Pudiastuti. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika
JANGAN LUPA INVITE BBM >IG > & FB KAMI YAH SAY :)
No comments:
Post a Comment