KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Tak lupa pula
shalawat dan salam tekirim atas junjungan nabi Muhammad SAW sebagai teladan
bagi seluruh umat manusia.
Penulisan makalah “standar
tindakan bayi”
diharapkan dapat memberi infomasi
kepada pembaca sehingga mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Penyakit infeksi yang di
alami oleh bayi dan balita
merupakan mata kuliah Askeb neonatus ,bayi dan balita.
Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan
sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan di masa yang akan
datang.
Akhirnya,
semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami sebagai penyusun makalah
serta sekiranya dapat bermanfaat bagi orang lain.
Makassar,
4 april 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .i
DAFTAR ISI .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I . PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B.
Rumusan Masalah . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
C. Tujuan. . . . .
. . . . . . . . ..
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2
BAB II . PEMBAHASAN
A. Definisi anemia. . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . .. . . . . . 3
B. Klasifikasi
anemia. . . .. . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 3
C. Anemia
defisiensi.. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .3
D. Anemia Aplastik / Pansitopenia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
. . .8
E. Anemia Hemolitik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
F. Anemia Post Hemoragik
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .. 18
B. Saran .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .. 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia
didefinisikan sebagai penurunan
volume/jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar
Hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Hb<10
g/dL), sehingga terjadi penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke
jaringan. Dengan demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan
dari dasar perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan
fisik yang teliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang. Manifestasi
klinik yang timbul tergantung pada :
1.
kecepatan timbulnya anemia
2.
umur individu
3.
mekanisme kompensasi tubuh
seperti : peningkatan
curah jantung dan pernapasan, meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin,
mengembangkan volume plasma, redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.
1.
tingkat aktivitasnya
2.
keadaan penyakit yang mendasari
3.
parahnya anemia tersebut
Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian :
1.
Anemia defisiensi
Anemia yang terjadi
akibat kekurangan faktor-faktor pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi,
asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin dan sebagainya.
2. Anemia aplastik
Anemia yang terjadi
akibat terhentinya proses pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.
3. Anemia hemoragik
Anemia yang terjadi
akibat proses perdarahan masif atau perdarahan yang menahun.
4. Anemia
hemolitik
Anemia yang terjadi
akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Bisa bersifat intrasel
seperti pada penyakit talasemia, sickle cell anemia/ hemoglobinopatia, sferosis
kongenital, defisiensi G6PD atau bersifat ektrasel seperti intoksikasi,
malaria, inkompabilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah.
Tanda dan gejala yang
sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemah, gelisah,
diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi yang
progresif cepat atau syok, dan pucat (dilihat dari warna kuku, telapak
tangan, membran mukosa mulut dan konjungtiva). Selain itu juga terdapat gejala
lain tergantung dari penyebab anemia seperti jaundice, urin berwarna hitam,
mudah berdarah dan pembesaran lien.
Untuk menegakkan
diagnosa dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan sel darah
merah secara lengkap, pemeriksaan kadar besi, elektroforesis hemoglobin dan
biopsi sumsum tulang.
Untuk penanganan
anemia diadasarkan dari penyakit yang menyebabkannya seperti jika karena
defisiensi besi diberikan suplemen besi, defisiensi asam folat dan vitamin B12 dapat
diberikan suplemen asam folat dan vitamion B12, dapat juga dilakukan
transfusi darah, splenektomi, dan transplantasi sumsum tulang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Anemia
di definisikan sebagai penurunan volume/jumlah sel darah merah (eritrosit)
dalam darah atau penurunan kadar hemoglobin sampai di bawah rentang nilai yang
berlaku untuk orang sehat (Hb<10 g/dL), sehingga terjadi penurunan
kemamapuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Dengan demikian anemia
bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis
yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan
laboratorium yang menunjang.
B. Klasifikasikan
anemia dibagi menjadi empat bagian
:
1.
Anemia Defisiensi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan satu atau beberapa
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam
folat, vitamin B12, protein, piridoksin dan sebagainya. Anemia
defisiensi dapat diklasifikasikan menurut morfologi dan etiologi.
a. Mikrositik
Hipokrom
Mikrositik berarti sel
darah merah berukuran kecil, dibawah ukuran normal (MCV<80 fL). Hipokrom
berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal (MCHC
kurang). Hal ini umumnya menggambarkan defisiensi besi, keadaan sideroblastik
dan kehilangan darah kronik atau gangguan sintesis globin seperti pada
penderita talasemia. Dari semua itu defisiensi besi merupakan penyebab utama
anemia didunia.
Anemia Defisiensi Besi
Merupakan penyakit yang
sering pada bayi dan anak yang sedang dalam proses pertumbuhan dan pada wanita hamil
yang keperluan besinya lebih besar dari orang normal. Jumlah besi dalam badan
orang dewasa adalah 4-5 gr sedang pada bayi 400 mg, yang terdiri dari : masa
eritrosit 60 %, feritin dan hemosiderin 30 %, mioglobin 5-10 %, hemenzim 1 %,
besi plasma 0,1 %. Kebutuhan besi pada bayi dan anak lebih besar dari
pengelurannya karena pemakaiannya untuk proses pertumbuhan, dengan kebutuhan
rata-rata 5 mg/hari tetapi bila terdapat infeksi meningkat sampai 10 mg/hari.
Besi diabsorsi dalam
usus halus (duodenum dan yeyenum) proksimal. Besi yang terkandung dalam makanan
ketika dalam lambung dibebaskan menjadi ion fero dengan bantuan asam lambung
(HCL). Kemudian masuk ke usus halus dirubah menjadi ion fero dengan pengaruh
alkali, kemudian ion fero diabsorpsi, sebagian disimpan sebagai senyawa feritin
dan sebagian lagi masuk keperedaran darah berikatan dengan protein (transferin)
yang akan digunakan kembali untuk sintesa hemoglobin. Sebagian dari transferin
yang tidak terpakai disimpan sebagai labile iron pool. Penyerapan ion fero
dipermudah dengan adanya vitamin atau fruktosa, tetapi akan terhambat dengan
fosfat, oksalat, susu, antasid. Berikut bagan metabolisme besi
Adapun sumber besi dapat diperoleh dari
·
makanan seperti : hati, daging telur, buah, sayuran yang mengandung
klorofil, terkadang untuk menghindari anemia defisiensi besi kedalam susu
buatan atau tepung untuk makanan bayi ditambahkan kandungan besi namun
terkadang dapat menimbulkan terjadinya hemokromatosis.
Cadangan besi dalam tubuh.
Bayi
normal/sehat cadangan besi cukup untuk 6 bulan
Bayi
prematur cadangan besi cukup untuk 3 bulan
Ekskresi besi dari tubuh sangat sedikit bisa melalui urin,
tinja, keringat, sel kulit yang terkelupas dan karena perdarahan (mens) sangat
sedikit. Sedangkan besi yang dilepaskan pada pemecahan hemoglobin dari
eritrosit yang sudah mati akan masuk kembali ke dalam iron pool dan digunakan
lagi untuk sintesa hemoglobin. Pengeluaran besi dari tubuh yang normal :
Bayi
0,3 – 0,4 mg.hari
Anak
4-12 tahun 0,4 – 1
mg/hari
Laki-laki
dewasa 1 – 1,5 mg/hari
Wanita
dewasa 1 – 2,5 mg/hari
Wanita
hamil
2,7 mg/hari
2.
Etiologi
patogenesisnya :
- Masukan
kurang : MEP,
defisiensi diet, pertumbuhan cepat.
- Absorpsi kurang
: MEP, diare kronis
- Sintesis kurang :
transferin kurang
- Kebutuhan meningkat
: infeksi dan pertumbuhan cepat
- Pengeluaran bertambah:
kehilangan darah karena infeksi parasit dan polip
berdasarkan umur
penderita penyebab dari defisiensi besi dapat dibedakan:
- bayi < 1tahun : persediaan
besi kurang karena BBLR, lahir kembar, ASI eklusif tanpa suplemen besi,
susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat, anemi selama kehamilan
- anak 1-2 tahun : masukan besi
kurang, kebutuhan yang meningkat karena infeksi berulang (enteritis,BP),
absorpsi kurang
- anak 2-5 tahun : masukan besi
kurang, kebutuhan meningkat, kehilangan darah karena divertikulum meckeli.
- Anak 5-remaja : perdarahan
karena infeksi parasit dan polip, diet tidak adekuat.
- Remaja-dewasa: mentruasi berlebihan
3. Gejala klinis
- Lemas,
pucat dan cepat lelah
- Sering
berdebar-debar
- Sakit
kepala dan iritabel
-
Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku
- Konjungtiva
okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white)
- Papil
lidah atrofi : lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah, meradang dan sakit.
- Jantung
dapat takikardi
- Jika
karena infeksi parasit cacing akan tampak pot belly
- Penderita
defisiensi besi berat mempunyai rambut rapuh, halus serta kuku tipis, rata,
mudah patah dan berbentuk seperti sendok.
4. Laboratorium
- Kadar Hb <10 g/dL, Ht
menurun
- MCV <80, MCHC <32 %
- Mikrositik hipokrom,
poikilositosis, sel target
- SSTL sistem eritropoetik
hiperaktif
- SI menurun, IBC meningkat
4.
Terapi
- Pengobatan kausal
- Makanan adekuat
- Sulfas ferosus 3X10 mg
/KgBB/hari. Diharapkan kenaikan Hb 1 g.dL setiap 1-2 minggu
- Transfusi darah bila kadar Hb
<5 g/dL dan keadaan umum tidak baik
- Antelmintik jika ada infeksi
parasit
- Antibiotik jika ada infeksi
b. Makrositik
Normokrom (Megalobalstik)
Makrositik berarti
ukuran sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena
konsentrasi hemoglobin normal (MCV >100 fL, MCHC normal). Hal ini
diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti
yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat.
1. Anemia Defisiensi Asam Folat
Asam folat adalah
bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah asam folat dalam tubuh
berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam folat dapat diperoleh
dari hati, ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap dalam duodenum
dan yeyenum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan
didalam hati. Tanpa adanya asupan folat, persediaan folat biasanya akan habis
kira-kira dalam waktu 4 bulan.
2.
Etiologi
- kekurangan masukan asam folat
- gangguan absorpsi
- kekurangan faktor intrinsik
seperti pada anemia pernisiosa dan postgastrektomi
- infeksi parasit
- penyakit usus dan keganasan
- obat yang bersifat antagonistik
terhadap asam folat seperti metotrexat.
3.
Gejala klinis
- pucat
- lekas letih dan lemas
- berdebar-debar
- pusing dan sukar tidur
- tampak seperti malnutrisi
- glositis berat (radang lidah
disertai rasa sakit)
- diare dan kehilangan nafsu
makan
4.
laboratorium
- Hb menurun, MCV >96 fL
- Retikulosit biasanya berkurang
- Hipersegmentasi neutrofil
- Aktivitas asam folat dalam
serum rendah (normal antara 2,1-2,8 mg/ml)
- SSTL eritropoetik megaobalstk,
granulopoetik, trombopoetik
5. Terapi
- Asam folat 3X5 mg/hari untuk
anak
- Asam folat 3X2,5 mg/hari untuk
bayi
- Atasi faktor etiologi
2. Anemia Defisiensi Vitamin B12
Dihasilkan dari
kobalamin dalam makanan terutama makanan yang mengandung sumber hewani seperti
daging dan telur. Vitamin B12 merupakan bahan esensial untuk
produksi sel darah merah dan fungsi sistem saraf secara normal. Anemia jenis
ini biasanya disebabkan karena kurangnya masukan, panderita alkoholik kronik,
pembedahan lambung dan ileum terminale, malabsorpsi dan lain-lain. Adapun
gejala dari penyakit ini berupa penurunan nafsu makan, diare, sesak napas,
lemah, dan cepat lelah. Untuk pengobatannya dapat diberikan suplementasi
vitamin B12.
3.
Anemia Dimorfik
Suatu campuran anemia
mikrositik hipokrom dan anemia megaloblastik. Biasanya disebabkan oleh
defisiensi dari asam folat dan besi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan :
- hipokrom makrositik
- mikrositik normokrom
- MCV, MCH, MCHC mungkin normal
- SI menurun sedikit
- IBC agak menurun
- SSTL terlihat gejala campuran
dari kedua jenis anemia
Untuk terapi dapat
diberikan : preparat besi dan asam folat.
2. Anemia Aplastik / Pansitopenia
Keadaan yang
disebabkan berkurangnya sel-sel darah dalam darah tepi sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemapoetik dalam SSTL, sehingga penderita mengalami
pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit.Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan
normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang, biopsi sumsum tulang
menunjukkan keadaan yang disebut pungsi kering dengan hipoplasia yang nyata dan
terjadi penggantian dengan jaringan lemak. Anemia aplastik dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1.
Kongenital
Timbul perdarahan
bawah kulit diikuti dengan anemia progresif dengan clinical onset 1,5-22 tahun,
rerata 6-8 tahun. Salah satu contoh adalah sindrom fanconi yang bersifat
constitusional aplastic anemia resesif autosom, pada 2/3 penderita disertai
anomali kongenital lain seperti mikrosefali, mikroftalmi, anomali jari,
kelainan ginjal, perawakan pendek, hiperpigmentasi kulit.
1.
Didapat
disebabkan oleh :
- radiasi sinar rontgen dan sinar
radioaktif
- zat kimia seperti benzena,
insektisida, As, Au, Pb
- obat seperti kloramfenikol,
busulfan, metotrexate, sulfonamide, fenilbutazon.
- Individual seperti alergi
- Infeksi seperti IBC milier,
hepatitis
- Lain-lain seperti keganasan,
penyakit ginjal, penyakit endokrin
- Yang paling sering bersifat
idiopatik
- Pucat, lemah, anorexia,
palpitasi
- Sesak napas karena gagal
jantung
- Aplasi sistem hematopoetik
seperti ikterus, limpa/hepar membesar, KGB membesar
- Anemia karena eritropoetik
menurun retikulositopenia,Hb,Ht, eritrosit
menurun
- Perdarahan oleh karena
trombopoetik menurun
trombositopenia
- Rentan terhadap infeksi oleh
karena granulopoetik
menurun
netropenia
- Bersifat berat dan serius
Gejala klinis
- Anemia hipokrom normositik dan
makrositik
- Retikulosit menurun
- Leukopenia
- Trombositopenia
- Kromosom patah
- SSTL hipoplasia / aplasia yang
diganti oleh jaringan lemak atau jaringan penyokong
Terapi
- Prednison /kortikosteroid 2-5
mg/KgBB/hari secara oral
- Androgen/testosteron 1-2 mg
/KgBB/ hari secara parenteral
- Transfusi darah bila perlu
- Pengobatan terhadap infeksi
sekunder
- Makanan lunak
- Istirahat
- Transplantasi sumsum tulang
pada pasien muda, antithymocyte globulin (ATG) untuk pasien tua.
3. Anemia Hemolitik
Pada
anemia hemolitik umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit
100-120 hari). Gejala umum penyakit ini disebabkan adanya penghancuran
eritrosit sehingga dapat menimbulkan gejala anemi, bilirubin meningkat bila
fungsi hepar buruk dan keaktifan sumsum tulang untuk mengadakan kompensasi
terhadap penghancuran tersebut (hipereaktif eritropoetik) sehingga dalam darah
tepi dijumpai banyak eritrosit berinti, retikulosit meningkat, polikromasi,
bahkan eritropoesis ektrameduler. Adapun gejala klinis penyakit ini berupa :
menggigil, pucat, cepat lelah, sesak napas, jaundice, urin berwarna gelap, dan
pembesaran limpa. Penyakit ini dapat dibagi dalam 2 golongan besar yaitu :
a. Gangguan
Intrakorpuskular (kongenital)
Kelainan ini umumnya
disebabkan oleh karena ada gangguan dalam metabolisme eritrosit sendiri. Dapat
dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1. Gangguan pada struktur dinding eritrosit
- Sferositosis
Umur eritrosit pendek,
bentuknya kecil, bundar dan resistensi terhadap NaCl hipotonis menjadi rendah.
Limpa membesar dan sering disertai ikhterus, jumlah retikulosit meningkat.
Penyebab hemolisis pada penyakit ini disebabkan oleh kelainan membran
eritrosit. Pada anak gejala anemia lebih menyolok dibanding dengan ikhterus.
Suatu infeksi yang ringan dapat menimbulkan krisis aplastik. Utnuk pengobatan
dapat dilakukan transfusi darah dalam keadaan kritis, pengangkatan limpa pada
keadaan yang ringan dan anak yang agak besar (2-3 tahun), roboransia.
- Ovalositosis
(eliptositosis)
50-90% Eritrosit
berbentuk oval (lonjong), diturunkan secara dominan, hemolisis tidak seberat
sferositosis, dengan splenektomi dapat mengurangi proses hemolisis.
- A
beta lipoproteinemia
Diduga kelainan bentuk
ini disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada dinding sel.
- Gangguan
pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat
menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah
- Defisisnsi
vitamin E
2. Gangguan enzim yang mengakibatkan kelainan metabolisme dalam
eritrosit
- Defisiensi
G6PD
akibat kekurangan
enzim ini maka glutation (GSSG) tidak dapat direduksi. Glutation dalam keadaan
tereduksi (GSH) diduga penting untuk melindungi eritrosit dari setiap oksidasi,
terutama obat-obatan. Diturunkan secara dominan melalui kromosom X. Penyakit
ini lebih nyata pada laki-laki. Proses hemolitik dapat timbul akibat atau pada
: obat-obatan (asetosal, sulfa, obat anti malaria), memakan kacang babi, alergi
serbuk bunga, bayi baru lahir. Gejala klinis yang timbul berupa cepat lelah,
pucat, sesak napas, jaundice dan pembesaran hepar. Untuk terapi bersifat
kausal.
- Defisiensi
glutation reduktase
Disertai
trombositopenia dan leukopenia dan disertai kelainan neurologis.
- Defisiensi
glutation
Diturunkan secara
resesif dan jarang ditemukan.
- Defisiensi
piruvat kinase
Pada bentuk
homozigot berat sekali sedang pada bentuk heterozigot tidak terlalu
berat. Khas dari penyakit ini adanya peninggian kadar 2,3 difosfogliserat (2,3
DPG). Gejala klinis bervariasi, untuk terapi dapat dilakukan tranfusi darah.
- Defisiensi
triose phosphatase isomerase (TPI)
Menyerupai
sferositosis tetapi tidak ada peningkatan fragilitas osmotik dan hapusan darah
tepi tidak ditemnukan sferosit. Pada bentuk homozigot bnersiaft lebih
berat.
- Defisiensi
difosfogliserat mutase
- Defisiensi
heksokinase
- Defisiensi
gliseraldehide 3 fosfat dehidrogenase
Ketiga jenis terakhir
diturunkan secara resesif dan diagnosis ditgakkan dengan pemeriksaan biokimia.
3. Hemoglobinopatia
Hemoglobin orang
dewasa normal teridi dari HbA (98%), HbA2 tidak lebih dari 2 % dan HbF tidak
lebih dari 3 %. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari
hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan konsentrasi HbF akan menurun
sehingga pada umur 1 tahun telah mencapai keadaan yang normal. Terdapat 2
golongan besar gangguan pembentukan Hemoglobin ini yaitu :
- gangguan struktural pembentukan
hemoglobin (hemoglobin abnormal) misal HbE, HbS dan lain-lain.
- Gangguan jumlah (salah satu
atau beberapa) rantai globin misal talasemia
TALASEMIA
Penyakit anemia
hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anak-anaknya
secara resesif. Di Indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak diantara
golongan anemia hemolitik dengan penyebab intrakorpuskular. Secara molekular
dibedakan atas :
- Talasemia (gangguan pembentukan rantai µ)
- Talasemia (gangguan pembentukan tantai b)
- Talasemia (gangguan pembentuka
rantai b dand yang letak gennya diduga berdekatan )
- Talasemia (gangguan pembentukan
rantai d)
Secara klinis
talasemia dibagi dalam 2 golongan yaitu :
- Talasemia mayor (bentuk
homozigot)
Memberikan gejala
klinis yang jelas
- Talasemia minor
Biasanya tidak
memberikan gejala klinis
Gejala klinis dan laboratorium
- Kelaian darah
Berupa anemia berat
tipe mikrositik karena sintesis HbA menurun, penghancuran eritrosit meningkat
dan defisiensi asam folat.
- Kelainan organ
karena proses penyakit
dan hemosiderosis karena transfusi. Berupa hepatomegali –
splenomegali, pada anak yang besar disertai gizi yang jelek dan muka fasies
mongoloid. tulang medula lebar, kortek tipis sehingga mudah fraktur dan
trabekula kasar, tulang tengkorak memperlihatkan diploe dan brush appereance.
Gangguan pertumbuhan berupa pendek, menarche, gangguan pertumbuhan sex
sekunder, perikarditis dan kardiomegali dapat menyebabkan dekomp kordis.
- Darah tepi
Mikrositik hipokrom,
jumlah retikulosit meningkat, pada hapusan darah tepi didapatkan anisositosis,
hipokromi, poikilositositosis, sel target. Kadar besi dalam serum (SI) meninggi
dan daya ikat serum besi (IBC) menjadi rendah. Hemoglobin mengandung kadar HbF
yang tinggi lebih dari 30%. Di indonesia kira-kira 45% penderita talasmeia juga
mempunyai HbE, penderita talasemia HbE maupun HbS secara klinis lebih ringan
dari talasemia mayor. Umumnya datang ke dokter pada umur 4-6 tahun sedang
talasemia mayor gejala sudah tampak pada umur 3 bulan. Penderita talasemia HbE
dapat hidup hingga dewasa.
Komplikasi
Anemi berat dan lama
dapat menyebabkan gagal jantung, transfusi darah berulang dan proses hemolisis
menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam
berbagai organ (hepar, limpa, kulit, jantung).hemokromatosis, limpa yang besar
mudah ruptur kadang disertai tanda hipersplenisme seperti leukopenia dan
trombositopenia.
Pengobatan
- Saat diagnosis (baru)
-
Atasi anemi dengan transfusi PRC bila hb <6g/dL dan dipertahankan >12
g/dL
-
Atasi komplikasi karena penyakit : gagal jantung karena anemi beri oksigen,
transfusi, diuretik, digitalisasi hanya bila Hb >8 g/dL. Jika ada infeksi
beri antibiotik.
-
Lengkapi antropometri
-
Lengkapi penunjang : kadar besi dan feritin, foto tulang, analisa Hb, rontgen
thorak dan EKG, pemeriksaan DNA
-
Imunisasi hepatitis B
- Tindak lanjut (pasien lama)
-
kontrol Hb 2- 4 minggu, darah lengkap setiap 4 minggu
-
pemberian kelasi besi (deferoxamin /DFO)
jika kadar feritin
³2000 mg/L diberikan 5 hari dalam 1 minggu, jika kadar feritin <2000 mg/L
diberikan tiap kali transfusi
-
pemantauan fungsi organ : setiap 3 bulan
-
splenektomi
-
pemeriksaan IQ
-
atasi komplikasi
untuk dekomp kordis
jika Hb>8 g/dL dan ada kardiomiopati beri dosteral IM, transfusi. Jika Hb
< 8 g/dL oleh karena anemi dapat dilakukan transfusi, dosteral biasa.
-
Obat-obatan seperti vitamin C dan asam folat 2-5 mg/hari.
-
Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan, transfusi darah
diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g/dL) atau bila anak
mengeluh tidak mau makan dan lemah
-
Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan iron chelating agent
yaitu desferal secata intramuskular atau intavena.
-
Splenektomi dilakukan pada anak 2 tahun sebelum didapatkan tanda hipersplenisme
atau hemosiderosis. Dapat pula diberikan vitamin.
b. Gangguan Ektrakorpuskular
Golongan dengan
penyebab hemolisis ektraseluler, biasanya penyebabnya merupakan faktor yang
didapat (acquired) dan dapat disebakan oleh :
- obat-obatan, racun ular, jamur,
bahan kimia (bensin, saponin, air), toksin (hemolisisn) streptokokkus,
virus, malaria.
- hipesplenisme
- anemia akibat penghancuran
eritrosit karena reaksi antigen-antibodi. Seperti inkompabilitas golongan
darah, alergen atau hapten yang berasal dari luar tubuh, bisa juga karena
reaksi autoimun.
Pengobatan
Pemberian transfusi
darah dapat menolong penderita, dapat pula diberikan prednison atau
hidrokortison dengan dosis tinggi pada anemia hemolitik imun ini.
4. Anemia Post Hemoragik
Terjadi akibat
perdarahan masif atau perdarahan menahun seperti kehilangan darah karena
kecelakaan, operasi, perdarahan usus, ulkus peptikum, hemoroid.
a. Kehilangan
darah mendadak
1. Pengaruh yang
timbul segera
- kehilangan darah yang cepat
akan menimbulkan reflek kardiovaskular sehingga terjadi kontraksi
arteriola, penurunan aliran darah keorgan yang kurang vital (anggota gerak,
ginjal dan sebagainya) dan peningkaata aliran darah keorgan vital (otak
dan jantung).
- Kehilangan darah 12-15% :
pucat, takikardi, TD normal/menurun
- Kehilangan darah 15-20% : TD
menurun, syok reversibel
- Kehilangan darah >20% : syok
reversibel
- Terapi : transfusi darah dan
plasma
2. Pengaruh
lambat
- pergeseran cairan ektraseluler
ke intraseluler sehingga terjadi hemodilusi
- gejala : leukositosis
(15.000-20.000/mm3), Hb, Ht, eritrosit menurun, eritropoetik
meningkat, oligouria / anuria, gagal jantung.
- Terapi dapat diberikan PRC
b. Kehilangan
darah menahun
Berupa gejala
defisiensi besi bila tidak diimbangi dengan masukan suplemn besi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia
didefinisikan
sebagai penurunan volume/jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah
atau penurunan kadar Hemoglobin sampai dibawah rent Untuk penangan anemia
diadasarkan dari penyakit yang menyebabkannya ang nilai yang berlaku untuk
orang sehat (Hb<10 g/dL).
Dengan
demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar
perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang
teliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang.
Tanda
dan gejala yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemah,
gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi
yang progresif cepat atau syok, dan pucat (dilihat dari warna kuku,
telapak tangan, membran mukosa mulut dan konjungtiva).
Anemia dapat
diklasifikasikan menjadi empat bagian :
Anemia defisiensi
dibedakan menjadi :
- Anemia defisiensi
- Anemia aplastik
- Anemia hemoragik
- Anemia hemolitik
- mikrositik hipokrom :
defisiensi besi
- makrositik normokrom :
defisiensi asam folat dsn vitamin B12
- anemia dimorfik
- Anemia hemolitik dibedakan
menjadi :
- gangguan intakorpuskuler :
kelainan struktur dinding eritrosit, defisiensi enzim, hemoglobinopatia
- gangguan ektrakorpuskuler
- Anemia post hemoragik bisa
karena :
- kehilangan darah mendadak
- kehilangan darah menahun
B. SARAN
Di
harapkan mahasiswa dapat memahami isi makalah tersebut
DAFTAR PUSTAKA
- Mansoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran edisi
3. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2000
- Sylvia A.Price. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit buku 2. EGC. Jakarta. 1995
- Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1 .
Percetakan Info Medika. Jakarta. 2002
- Richard E.Behrman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Volume 2 edisi 15. EGC. Jakarta. 2000
- Rita Nanda, MD. Departement of Hematology/Oncology.
University of Chicago Medical Centre. Chicago. Review provided by VeriMed
Healthcare Network.
- Stephen Grund, MD, PhD. Chief of Hematology/Oncology
and Director of The George Bray Cancer Center at New Britain General
Hospital. New Britain. Review provided by VeriMed Healthcare Network.
- Marcia S.Brose, MD, PhD. Assistant Profesor
Hematology/Oncology. The University of Pennsylvania Cancer Center.
Philadelphia. Review provided by VeriMed Healthcare Network.
- Beutler E. G6PD deficiency. Blood 1994;84:3613-36.
- S, Estwick D, Peddi R. G6PD deficiency: its
role in the high prevalence of hypertension and diabetes mellitus. Ethn
Dis 2001;11:749-54..
- Mehta A, Mason PJ, Vulliamy TJ. Glucose-6-phosphate
dehydrogenase deficiency. Baillieres Best Pract Res Clin Haematol
2000;13:21-38..
- 1994, 1995 University of Texas – Houston Medical School, DPALM MEDIC
JANGAN LUPA INVITE BBM >IG > & FB KAMI YAH SAY :)
No comments:
Post a Comment