Visitor

Saturday, February 4, 2017

PERDARAHAN DAN PENANGANAN PADA MASA NIFAS "TUGAS KEBIDANAN"


KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Tak lupa pula shalawat dan salam tekirim atas junjungan nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia.
            Penulisan makalah perdarahan dan pencegahan pada masa nifas diharapkan dapat memberi infomasi kepada pembaca sehingga mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perdarahan dan pencegahan pada masa nifas merupakan mata kuliah Askeb menyusui dan masa nifas.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan di masa yang akan datang.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami sebagai penyusun makalah serta sekiranya dapat bermanfaat bagi orang lain.



Makassar, 2 JANUARI 2017


ZULFI PRINT



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR  . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i
DAFTAR ISI . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . ii
BAB I . PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah  . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
B.     Rumusan Masalah  . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB II . PEMBAHASAN
A.    Definisi perdarahan post partum . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  4
B.     Etiologi perdarahan post partum . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  5
C.     Insidensi perdarahan post partum. . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
D.    Faktor resiko perdarahan post partum. . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . .  .. . . . . .5
E.    Pemeriksaan penunjang. . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
F.     Penatalaksanaan perdarahan post partum.. . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 7
G.   Resusitasi cairan. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 7
H. Transfusi darah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
I. Penyulit perdarahan post partum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
J. Pencegahan perdarahan post partum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
K. Penanganan perdarahan post partum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan  . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
B.     Saran  . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
            Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas.
            Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
   INFEKSI MASA NIFAS
            Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan. Kenaikan suhu sampai 38 derajat serius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
>> Infeksi Masa Nifas dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks & endometrium
Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena, melalui jalan limfe & melalui permukaan endometrium.
Tanda & Gejala
Infeksi akut di tandai dengan demam, sakit di daerah infeksi berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbrntuk:
-          Infeksi lokal
Pembengkakn luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit, pengeluaranlochia bercampur nanah, temperatur badan meningkat.
-       Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, tekanan darah menurun, pernafasan meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbau dan bernanah serta kotor.
Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
a)      Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b)      Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c)      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. Memberikan pelayanan keluarga berencana.Mendapatkan kesehatan emosi.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perdarahan post partum ?
2.      Bagaimana etiologi perdarahan post partum ?
3.      Bagaimana insidensi perdarahan post partum ?
4.      Apa-apa saja faktor perdarahan post partum ?
5.      Pemeriksaan penunjang apakah yang di lakukan pada perdarahan post partum ?
6.      Bagaimanakah penatalaksanaan perdarahan post partum ?
7.      Apakah yang di maksud dengan resusitasi cairan pada perdarahan post partum ?
8.      Berapakah yang diperlukan transfusi darah pada ibu-ibu yang perdarahan post partum ?
9.      Apa-apa sajakah penyulit pada perdarahan post partum ?
10.  Bagaimana cara pencegahan perdarahan post partum ?
11.  Bagaimana cara penanganan perdarahan post partum ?

C.    Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang deteksi dini pada masa nifas 6jam , 6hari , 6minggu.



BAB II
PEMBAHASAN

A.                 Definisi
            Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal1,2,3. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal dimana telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100 x/menit, kadar Hb < 8 g/dL 2.
Perdarahan post partum dibagi menjadi1,2,5:
1. Perdarahan Post Partum Dini / Perdarahan Post Partum Primer (early postpartum hemorrhage)
Perdarahan post partum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala III.
2. Perdarahan pada Masa Nifas / Perdarahan Post Partum Sekunder (late postpartum hemorrhage)
Perdarahan pada masa nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya perdarahan post partum antara lain1,2:
- Atonia uteri
- Luka jalan lahir
- Retensio plasenta
- Gangguan pembekuan darah
C. Insidensi                    
Insidensi yang dilaporkan Mochtar, R. dkk. (1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%5.
Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut5:
- Atonia uteri 50 – 60 %
- Sisa plasenta 23 – 24 %
- Retensio plasenta 16 – 17 %
- Laserasi jalan lahir 4 – 5 %
- Kelainan darah 0,5 – 0,8 %
D. Faktor Resiko1,3
· Penggunaan obat-obatan (anestesi umum, magnesium sulfat)
· Partus presipitatus
· Solutio plasenta
· Persalinan traumatis
· Uterus yang terlalu teregang (gemelli, hidramnion)
· Adanya cacat parut, tumor, anomali uterus
· Partus lama
· Grandemultipara
· Plasenta previa
· Persalinan dengan pacuan
· Riwayat perdarahan pasca persalinan
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk1,3.
- Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode antenatal3.
- Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan2,3.
b. Pemeriksaan radiologi
- Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman, pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya jendalan darah dan retensi sisa plasenta1,3.
- USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya1,2,3.
F. Penatalaksanaan
            Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2 komponen, yaitu: (1) resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta kemungkinan syok hipovolemik dan (2) identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan post partum3.
G. Resusitasi cairan
            Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena sehingga dapat memberi waktu untuk menegakkan diagnosis dan menangani penyebab perdarahan. Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses intravena. Selama persalinan perlu dipasang peling tidak 1 jalur intravena pada wanita dengan resiko perdarahan post partum, dan dipertimbangkan jalur kedua pada pasien dengan resiko sangat tinggi3.
            Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume yang besar, baik normal salin (NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui akses intravena perifer. NS merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan karena biaya yang ringan dan kompatibilitasnya dengan sebagian besar obat dan transfusi darah. Resiko terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam hubungan dengan perdarahan post partum. Bila dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah banyak (>10 L), dapat dipertimbangkan pengunaan cairan Ringer Laktat3.
Cairan yang mengandung dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki peran pada penanganan perdarahan post partum. Perlu diingat bahwa kehilangan I L darah perlu penggantian 4-5 L kristaloid, karena sebagian besar cairan infus tidak tertahan di ruang intravasluler, tetapi terjadi pergeseran ke ruang interstisial. Pergeseran ini bersamaan dengan penggunaan oksitosin, dapat menyebabkan edema perifer pada hari-hari setelah perdarahan post partum. Ginjal normal dengan mudah mengekskresi kelebihan cairan. Perdarahan post partum lebih dari 1.500 mL pada wanita hamil yang normal dapat ditangani cukup dengan infus kristaloid jika penyebab perdarahan dapat tertangani. Kehilanagn darah yang banyak, biasanya membutuhkan penambahan transfusi sel darah merah3.
            Cairan koloid dalam jumlah besar (1.000 – 1.500 mL/hari) dapat menyebabkan efek yang buruk pada hemostasis. Tidak ada cairan koloid yang terbukti lebih baik dibandingkan NS, dan karena harga serta resiko terjadinya efek yang tidak diharapkan pada pemberian koloid, maka cairan kristaloid tetap direkomendasikan3.
H. Transfusi Darah
            Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut dan diperkirakan akan melebihi 2.000 mL atau keadaan klinis pasien menunjukkan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat3.
PRC digunakan dengan komponen darah lain dan diberikan jika terdapat indikasi. Para klinisi harus memperhatikan darah transfusi, berkaitan dengan waktu, tipe dan jumlah produk darah yang tersedia dalam keadaan gawat.
            Tujuan transfusi adalah memasukkan 2 – 4 unit PRC untuk menggantikan pembawa oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume sirkulasi. PRC bersifat sangat kental yang dapat menurunkan jumlah tetesan infus. Msalah ini dapat diatasi dengan menambahkan 100 mL NS pada masing-masing unit. Jangan menggunakan cairan Ringer Laktat untuk tujuan ini karena kalsium yang dikandungnya dapat menyebabkan penjendalan3.
I. Penyulit1
- Syok ireversibel
- DIC
- Amenorea sekunder
J. Pencegahan
            Bukti dan penelitian menunjukkan bahwa penanganan aktif pada persalinan kala III dapat menurunkan insidensi dan tingkat keparahan perdarahan post partum3. Penanganan aktif merupakan kombinasi dari hal-hal berikut:
- Pemberian uterotonik (dianjurkan oksitosin) segera setelah bayi dilahirkan.
- Penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cepat dan tepat
- Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi balik uterus ketika uterus  berkontraksi dengan baik.
K. Pencegahan dan Penanganan
            Cara  yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi.
Penanganan umum pada perdarahan post partum :
a.       Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)
b.      Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan)
c.       Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).
d.      Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
e.       Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
f.       Atasi syok
g.      Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.
h.      Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
i.        Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
j.        Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-outputcairan
k.      Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.



BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
            Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak 2 jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan.
Komplikasi dan penyulit pada masa nifas
1.    Perdarahan pervaginam,
2.    Infeksi masa nifas,
3.    Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur,
4.    Pembengkakan di wajah atau ekstrenitas,
5.    Emam, muntah, rasa sakit waktu berkemih,
6.    Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit,
7.    Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama,
8.    Rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan di kaki,
9.    Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.
3.2   Saran    
            Bagi para pembaca diharapkan agar dengan membaca makalah ini,pengetahuan menjadi bertambah dan jika menemukan salah satu komplikasi masa nifas diatas,segera memeriksakan kondisi dari penderita. Sehingga asuhan yang di berikan oleh petugas kesehatan bisa efisien dan mengurangi resiko ibu mengalami hal yang tidak di inginkan


DAFTAR PUSTAKA

                                                 https://zulfiprint19.blogspot.co.id






No comments:

Post a Comment